karya pertama ini sedikit tidak layak untuk di baca, takutnya kalian baca malah jadi pening kepala 😅
"kamu itu hanya istri keduaku, jadi jangan banyak bertingkah"
perasaanku hancur seketika mendengar ucapan suami ku sendiri.
mengapa takdir seolah ingin mempermainkan ku.
apa istri pertama nya tau bahwa suaminya telah menikah lagi, bagaimana perasaan nya kalau tau suaminya telah menikah dengan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska Almahyra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bertemu
sudah 2 minggu aku berkerja di toko mas Rasya, aku sangat merasa nyaman di sini. meskipun hati ku kadang merindukan mas Danu. ingin sekali aku kembali berbaikan dengan mas Danu, tapi rasa takut di hatiku selalu mengalahkan niat ku untuk menemui mas danu.
"kamu lagi mikirin apa sih ko diem aja?" tanya Vina yang melihat Rara hanya mengaduk-aduk nasi di hadapannya tanpa berniat menghabiskan makan siangnya.
aku menghela nafas berat ku.
"Vin boleh aku minta pendapat kamu?"
"boleh dong Ra, soal apa?'' tanya rara
"aku ingin sekali menemui suamiku dan menjelaskan semuanya, bahwa aku tidak pernah berhianat atau pun berselingkuh di belakangnya, tapi aku takut"
"takut kenapa Ra?" tanya Vina lagi menaruh sendok makannya dan melihat ke arah ku.
"aku takut mas Danu gak mau Nerima penjelasan aku lagi"
"kenapa harus takut Ra, selama kamu memang benar jangan pernah takut menghadapi siapapun termasuk suami kamu, kalau menurut ku lebih baik kamu mencoba menemui suami mu dan jelaskan semuanya"
"tapi Vin"
"lebih baik mencoba meskipun gagal, daripa tidak mencoba kamu gak akan tau hasilnya"
"nasi mu gak akan di makan ini jam istirahat nya udah mau abis" ucap Vina mengingatkan.
"engga kaya nya aku gak selera makan Vin"
"yaudah yu lanjut kerja" ajak Vina sambil berdiri membelakangi ku.
"Vin kamu lagi dateng bulan?''
"iya kok kamu tau Ra"
"itu pembalut nya penuh deh kayanya, soal nya tembus ke celana"
mendengar ucapanku Vina panik dan melihat ke celana belakangnya.
"aduh gimana nih aku gak bawa celana ganti lagi"
"kalau kamu mau kamu bisa pake baju aku dulu" tawarku, namun dengan cepat vina menggelengkan kepalanya.
"gak mau ribet banget tau, aku ke belakang dulu deh mau ganti pembalut"
aku berjalan ke arah kasir di sana mas rasya tengah fokus pada layar di laptopnya.
"mas" panggilku.
mas Rasya menoleh ke arahku.
"ada apa Ra?"
"besok laras mau ijin keluar sebentar boleh?"
"seharian full tidak?"
"engga ko mas sampe urusan ku beres langsung ke sini lagi"
"oke, jangan lama tapi ya soalnya sore mas ada urusan"
"iya mas terimakasih"
"ayo ke depan Ra" ajak Vina.
Vina berjalan mendahului ku dengan menutup bagian belakang celananya.
"tangan mu kenapa ke belakang terus" tanya mas rasya yang merasa aneh melihat tangan Vina yang terus berada di belakang.
"eeem itu bos" lama Vina tidak melanjutkan ucapannya.
mas Rasya menghampiri kami dengan membawa jaket di tangannya. mas Rasya mendekati Vina dan melilitkan jaket yang di pegang nya ke pinggang Vina.
"makasih" ucap Vina terlihat tersipu malu dengan perlakuan mas Rasya.
"kamu tuh yah udah aku ingetin buat bawa celana double kalau lagi dateng bulan tapi lupa melulu alasannya" ucap mas rasya terlihat perhatian sekali pada Vina.
"maaf" ucap Vina pelan sambil menundukkan pandangan nya.
melihat interaksi antara Vina dan mas rasya muncul tanda tanya di pikiranku.
"perhatian mas rasya ke Vina beda banget, apa mereka berdua ada hubungan spesial?"
setelah kepergian mas rasya aku langsung bertanya pada Vina.
"kalian pacaran?"
Vina yang malu-malu kucing langsung tersenyum ke arah ku.
''pantes aja mas rasya perhatian banget sama kamu Vin, udah lama pacarannya ?
"baru 1 tahun ko Ra"
"semoga langgeng ya sampai menikah''
"aamiin"
selama aku di sini memang mas rasya sering memandangi Vina saat bekerja. bahkan tidak jarang mas rasya membelikan minuman untuk Vina, mereka selalu datang bersama ke toko mungkin mas rasya selalu menjemput Vina untuk berangkat ke kantor. perhatian-perhatian kecil pun sering mas rasya berikan untuk Vina, jika toko ramai pengunjung setelah toko sepi mas rasya selalu memanggil Vina dan memijat kaki vina di kursi dekat meja kasir, aku memang sering memperhatikan interaksi mas rasya dan Vina. dan lagi jika ada sepatu baru datang kami akan kerepotan untuk mengubah susunan pajangan toko dan membereskan stok sepatu di gudang, setelahnya mas Rasya akan memberikan kami minuman dingin dan memberikan sekotak tisu ke hadapan Vina yang sudah bercucuran keringat saking lelahnya.
aku merasa iri dengan perhatian yang mas rasya berikan pada Vina, andai saja mas Danu seperti itu padaku. tapi kayaknya mustahil kalau mas Danu akan bersikap romantis padaku, setiap bertemu saja mas Danu selalu bersikap dingin padaku, apalagi intensitas pertemuan kami sangat minim, entah mengapa meskipun mas Danu selalu bersikap dingin padaku aku mulai merasakan rindu padanya.
.
.
.
pagi itu Danu terlambat bangun, dengan kecepatan penuh Danu mencoba menerobos jalanan di depannya sampai Danu tak menyadari bahwa ada seorang wanita yang menyebrang jalan.
Danu menginjak rem nya namun karena kecepatan mobilnya di atas rata-rata, mobil nya tidak langsung bisa berhenti seratus persen, dengan cepat Danu membelokan setirnya takut menabrak perempuan tersebut, namun perempuan tersebut tetap tersenggol oleh mobil Danu.
dengan cepat Danu keluar dari mobil dan menghampiri wanita berjilbab yang tergeletak di tengah jalan.
"AW sakit" rintih perempuan tersebut sambil memegangi perutnya.
deg
betapa terkejutnya Danu saat melihat wanita yang sedang memegangi perut nya itu istri keduanya.
"kamu gak papa?" tanya Danu khawatir.
"sakit mas" rintih laras sambil menangis, tidak kuat menahan sakit di bagian perutnya.
dengan cepat Danu menggendong tubuh istrinya. Danu mendudukan istrinya di dalam mobil miliknya, Danu terkejutkan dengan tangannya yang terasa basah ternyata itu darah milik istri nya.
Danu mengemudikan mobilnya dengan cepat karena merasa sangat khawatir mendengar istrinya yang terus merintih kesakitan, namun kali ini Danu membawa mobilnya lebih hati-hati dari sebelumnya.