Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Pada pukul 3 pagi hari, Afra masih terlelap dalam tidurnya, sedangkan Faiz sudah bangun, hal pertama yang Faiz lakukan ketika bangun adalah melihat keadaan Afra karena Faiz takut dengan pergerakannya akan mengganggu tidur nyenyak Afra. Setelah memastikan Afra tidak terganggu, Faiz berdiri dan membenarkan selimut yang digunakan Afra lalu Faiz pergi ke kamar mandi dan mandi, tak lupa Faiz juga mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat malam.
Setelah itu, Faiz keluar kamar mandi dan melaksanakan sholat, Faiz sendiri memang sudah terbiasa bangun dan mandi di pagi hari sekitar jam 3 atau jam 4 untuk melaksanakan sholat malam dan setelah itu ia akan pergi ke masjid. Begitupun hari ini, Faiz memilih untuk pergi ke masjid karena Afra yang masih belum sholat.
Ketika Faiz sudah berangkat ke masjid, Afra pun bangun dari tidurnya. "Udah jam berapa ini," gumam Afra lalu melihat kearah jam.
"Masih jam setengah 6, Mas Faiz belum pulang dari masjid. Biasanya Mas Faiz pulang jam berapa ya, aku belum tau Mas Faiz tipe yang suka sarapan atau gak, aku siapin aja deh," gumam Afra dan membersihkan wajahnya.
Setelah siap-siap, Afra pun memutuskan untuk keluar kamar dan menuju dapur. Begitu Afra sampai di dapur ternyata di sana sudah ada para pekerja dan juga Umi Marwa, "Loh kamu kok udah bangun, kamu istirahat lagi aja," ucap Umi Marwa.
"Sudah Umi, ini juga sudah pagi," ucap Afra.
"Iya juga sih, yaudah gimana kalau kamu bantuin Umi aja. Ini lagi masak buat sarapan," ucap Umi Marwa.
"Iya, Umi," ucap Afra.
Dengan telaten Afra membantu Umi Marwa, karena telah terbiasa membantu Ibu Mila ketika di warung membuat Afra cepat mengerti ketika diminta bantuan oleh Umi Marwa.
Ketika masih membantu Umi Marwa, Faiz datang dan menghampiri Afra. "Assalamualaikum," salam Faiz.
"Waalaikumsalam," jawab semua yang ada di dapur secara bersamaan.
"Kenapa ada disini, bukannya istirahat?" tanya Faiz.
"Ini udah pagi Mas, masa istirahat terus," ucap Afra.
"Mau jalan-jalan keliling desa," ajak Faiz.
"Mas Faiz ngajak aku?" tanya Afra.
"Iya ngajak kamu, terus ngajak siapa lagi," ucap Faiz.
"Sekarang?" tanya Afra.
"Iya, mumpung masih pagi," ucap Faiz.
Afra pun menoleh pada Umi Marwa yang ada disampingnya meminta persetujuan, "Loh kok lihat Umi, kamu pergi gapapa. Lagian ini juga sebentar lagi selesai," ucap Umi Marwa.
"Afra pergi dulu ya, Umi," pamit Afra.
"Iya, makasih ya sudah bantuin Umi," ucap Umi Marwa.
"Iya, Umi," jawab Afra.
"Jangan lupa pakai jaket," ucap Faiz.
"Kenapa memangnya Mas?" tanya Afra.
"Soalnya kalau pagi kayak gini diluar dingin," ucap Faiz dan diangguki Afra.
Afra pun bersiap-siap di dalam kamar lalu tak lama setelah itu, Afra keluar dari kamar dan segera berangkat jalan-jalan sesuai dengan yang dikatakan Faiz.
Faiz dan Afra pun memulai perjalanan mereka dari rumah, ketika mereka sampai di gerbang pondok ternyata banyak santri dan santriwati yang juga tengah jalan-jalan pagi. Tak jarang mereka menyapa Faiz dan juga Afra, meskipun masih canggung, namun secara perlahan Afra mulai membiasakan dirinya.
"Kok banyak santri yang jalan-jalan pagi ya, Mas?" tanya Afra.
"Bisa dibilang ini itu kebiasaan sih, disini sekolahnya dimulai jam 9 dan dipagi hari para santri disarankan buat olahraga ringan gitu, makanya banyak yang milih buat jalan kaki ke taman atau olahraga di lapangan olahraga yang ada di pondok. Tapi, kayaknya kebanyakan mereka lebih milih jalan kaki sih," ucap Faiz.
"Bagus, Mas," ucap Afra ketika mereka memasuki ke area persawahan milik warga, bahkan disana Afra dapat melihat dengan jelas bagaimana sebuah gunung yang menjulang tinggi dengan gagah tanpa ada penghalang awan.
"Disini kalau pagi hari gunungnya memang terlihat jelas, kalau kamu beruntung kamu bisa lihat 3 gunung secara bersamaan. Tapi, sepertinya yang paling jelas cuma satu," ucap Faiz.
"Gus," sapa salah satu warga.
"Ke sawah Pak," balas Faiz.
"Iya, Gus. Mari Gus," jawab warga tersebut.
"Iya, Pak," jawab Faiz.
"Mas Faiz kenal ya sama warga sekitar? kok perasaan dari kemarin Mas Faiz sering di sapa sama mereka," tanya Afra.
"Ya bisa dibilang begitu, banyak anak-anak mereka yang sekolah di pesantren, terus juga aku biasanya sering jalan-jalan dan berbaur sama warga sekitar makanya aku jadi akrab sama mereka," ucap Faiz.
Ditengah obrolan santai mereka sambil menikmati pemandangan indah, mereka dikejutkan dengan datangnya seorang perempuan yang tiba-tiba menangis dan hendak memeluk Faiz, namun untung saja Faiz yang terkejut dengan kedatangannya langsung mendekati Afra sehingga perempuan tersebut tidak sempat bersentuhan dengan Faiz.
"Gus Faiz hiks hiks, apa yang Tika dengar gak bener kan hiks hiks. Gus Faiz bohong kan, gak mungkin Gus Faiz menikah, harusnya Gus Faiz menikah sama Tika," ucap perempuan bernama Tika tersebut dengan penuh drama.
Karena tidak mendapatkan respon dari Faiz, Tika pun membuka matanya dan melihat Faiz berdiri disamping seorang perempuan yang Tika akui memang cantik, namun tetap saja Tika merasa lebih cantikan Tika daripada perempuan tersebut karena Tika adalah kembang desa menurut Tika sendiri.
"Perempuan ini siapa Gus?" tanya Tika.
"Istri saya," jawab Faiz yang melihat penuh cinta pada Afra.
Tentu saja, Tika yang mendengar dan melihatnya pun murka. Dengan cepat Tika menarik tangan Afra agar menjauh dari Faiz, namun sayangnya Afra yang belum siap dengan tarikan kencang Tika pun jatuh ke aspal.
Faiz yang pun segera membantu Afra, ia tidak berpikir jika Tika akan menarik Afra hingga jatuh. "Kamu gapapa?" tanya Faiz ketika selesai membantu Afra berdiri.
"Iya, Mas. Afra gapapa," ucap Afra.
Faiz pun menatap tajam Tika, "Apa maksudmu menarik istri saya sampai jatuh?" tanya Faiz.
"Karena dia sudah merebut Gus Faiz dari Tika," ucap Tika.
"Siapa kamu? kamu bukan siapa-siapa saya, saya berhak memilih perempuan yang ingin saya nikahi. Saya tidak peduli dengan perempuan yang menyukai saya. Tapi, yang jelas perempuan yang saya sukai adalah Afra istri saya, saya tidak akan tinggal diam karena kamu sudah melukai istri saya, kamu sekolah di pesantren bukan, kalau begitu kamu tidak perlu sekolah lagi. Saya akan mengembalikan uang yang sudah kamu keluarkan untuk sekolah di pesantren, kamu bisa mencari sekolah lain," ucap Faiz lalu menggenggam tangan Afra dan meninggalkan Tika yang belum bereaksi apa-apa karena terkejut mendengar pernyataan Faiz.
"Mas, apa gak berlebihan sampai ngeluarin dia dari sekolah?" tanya Afra.
"Gak berlebihan kok, dia juga sekolah di pesantren karena ingin dekat dengan Mas. Mas tau, tapi Mas diam karena Mas tidak bisa melarang perasaan manusia, tapi apa yang di lakukan tadi sudah kelewatan dan Mas tidak akan diam saja ketika melihat kamu di sakiti," ucap Faiz.
.
.
.
Bersambung.....
mantaaaabh
lanjut ka elaaaa 👍🏻🌹🌹
semangaaaaaaats 💪🏻💪🏻🌹🌹
dasar cocote Ra pada ada akhlaknya
lanjut ka elaaaaa 👍🏻🌹🌹🌹
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻
senewen q jadinya
lanjut ka elaaaaaaa
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻