NovelToon NovelToon
Trial Of Marriage

Trial Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Jae Hyun—seorang CEO dingin dan penuh perhitungan—menikahi Riin, seorang penulis baru yang kariernya baru saja dimulai. Awalnya, itu hanya pernikahan kontrak. Namun, tanpa disadari, mereka jatuh cinta.

Saat Jae Hyun dan Riin akhirnya ingin menjalani pernikahan mereka dengan sungguh-sungguh, masa lalu datang mengusik. Youn Jung, cinta pertama Jae Hyun, kembali setelah pertunangannya kandas. Dengan status pernikahan Jae Hyun yang belum diumumkan ke publik, Youn Jung berharap bisa mengisi kembali tempat di sisi pria itu.

Di saat Jae Hyun terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Riin mulai mempertanyakan posisinya dalam pernikahan ini. Dan ketika Seon Ho, pria yang selalu ada untuknya, mulai menunjukkan perhatian lebih, Riin dihadapkan pada pilihan: bertahan atau melepaskan.
Saat rahasia dan perasaan mulai terungkap, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang harus melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A Veil of Uncertainty

Waktu seakan berjalan lebih lambat saat Jae Hyun duduk di samping ibunya di ruang tunggu rumah sakit. Cahaya lampu putih yang dingin menerangi koridor. Suara langkah kaki para dokter dan perawat yang berlalu lalang, dengungan mesin-mesin medis, serta bisikan penuh kekhawatiran dari keluarga pasien lain bercampur menjadi satu dalam keheningan yang mencekam.

Jae Hyun duduk tegak, tangannya terkepal di pangkuannya, tetapi matanya tetap fokus ke pintu ruang operasi yang masih tertutup rapat. Ibunya, Ny. Hana, tampak berusaha tegar, tetapi dari jemarinya yang saling menggenggam erat dan helaan napasnya yang berat, ia jelas menyembunyikan kegelisahan.

"Jae Hyun~a..." suara ibunya lirih.

"Hm?" Jae Hyun menoleh, menatap ibunya yang kini memandangnya dengan sorot penuh kekhawatiran.

"Kenapa kebetulan sekali kau berada di rumah sakit hari ini? Istrimu baik-baik saja, kan?" tanyanya, suaranya mengandung kecemasan seorang ibu yang tak pernah bisa benar-benar berhenti mengkhawatirkan anaknya.

Jae Hyun mengangguk. "Riin baik-baik saja. Aku tadi hanya menjenguk seorang teman."

Ny. Hana menghela napas lega, tetapi matanya masih menatap anaknya dengan penuh selidik. "Aku tidak tahu harus bagaimana jika tadi tidak bertemu denganmu di sini..."

Jae Hyun meremas tangan ibunya, mencoba memberikan ketenangan yang mungkin hanya bisa ia berikan dalam bentuk sentuhan. "Eomma harus menghubungiku kalau terjadi sesuatu. Ah Ra Noona sedang sibuk mengurus anak-anaknya, tentu hanya aku yang harus Eomma andalkan."

Ibunya tersenyum lemah, tetapi ada kesedihan yang tersirat di matanya. "Kau sudah sangat sibuk, Jae Hyun~a. Aku khawatir hanya akan membebanimu."

Jae Hyun menggeleng, menatap ibunya dengan tatapan tegas. "Tidak ada yang namanya merepotkan jika ini tentang keluarga. Aku yang seharusnya minta maaf karena belakangan jarang mengunjungi kalian. Aku dan Riin sedang sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaan."

"Tidak apa-apa, aku sangat mengerti. Tapi, Jae Hyun~a..." Ny. Hana menggenggam tangan putranya lebih erat. "Kau tahu, sebelum kejadian ini, ayahmu sempat merencanakan liburan keluarga. Ia ingin kita menghabiskan waktu bersama, terutama denganmu..."

Jae Hyun terdiam sejenak, matanya berkabut. Ia tahu betul bahwa hubungan dengan ayahnya tidak pernah benar-benar harmonis. Tn. Cho adalah pria yang kaku dan keras, selalu menuntut kesempurnaan dari dirinya sejak kecil. Namun, di balik sikapnya yang dingin dan otoriter, Jae Hyun tahu bahwa pria itu tetap peduli_dengan caranya sendiri.

"Appa pasti akan baik-baik saja, kita bisa berlibur setelah ia pulih nanti." ujar Jae Hyun akhirnya, mencoba menenangkan ibunya meski ia sendiri juga tengah berjuang melawan kegelisahan.

Mereka kembali terdiam, tenggelam dalam doa masing-masing, berharap pintu ruang operasi itu segera terbuka dengan kabar baik.

***

Sementara itu, di tempat lain, Riin sedang duduk di kantin kantor dengan punggung bersandar pada kursi. Matanya menatap layar ponselnya, tetapi pikirannya melayang ke arah lain. Belakangan ini, tubuhnya terasa jauh lebih mudah lelah dibanding biasanya. Pinggang dan punggungnya sering terasa sakit, ditambah lagi perutnya yang kerap terasa kram hingga membuatnya tidak nyaman.

Dengan gerakan perlahan, ia mulai memijat bahu dan pinggangnya, mencoba mengurangi rasa pegal yang terus menyerang. Napasnya tertahan saat rasa nyeri menusuk pinggangnya lebih tajam dari sebelumnya. Ia mengusap perutnya yang terasa sedikit kencang, berharap rasa tidak nyaman itu segera mereda.

"Riin?"

Suara itu membuatnya tersentak. Ia menoleh dan menemukan Seon Ho berdiri di depannya dengan ekspresi khawatir. Pria itu mengenakan kemeja biru muda yang sedikit tergulung di lengan, membuatnya tampak lebih santai dibanding biasanya.

"Kau tidak apa-apa?" Seon Ho bertanya, matanya tajam mengamati setiap gerakan Riin yang tampak tidak nyaman.

Riin tersenyum kecil, berusaha mengabaikan rasa sakitnya. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit pegal."

Seon Ho tidak langsung percaya. Ia menarik kursi dan duduk di hadapan Riin, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Sepertinya akhir-akhir ini kau sering terlihat kelelahan. Kau yakin tidak perlu periksa ke dokter?"

Riin menggeleng. "Mungkin hanya kurang tidur. Belakangan ini ada banyak pekerjaan yang harus segera aku selesaikan, jadi..."

"Riin-ssi," suara Seon Ho sedikit lebih dalam, seakan memperingatkan agar Riin tidak mengabaikan kesehatannya sendiri.

Riin mendesah pelan. Ia tahu Seon Ho selalu perhatian padanya, bahkan sejak sebelum pria itu mengetahui bahwa ia adalah istri Jae Hyun. Namun, sekarang semuanya sudah berbeda. Seon Ho bukan lagi pria yang menyimpan perasaan padanya, melainkan lebih seperti kakak yang menjaga adiknya dengan baik.

"Aku benar-benar tidak apa-apa, Seon Ho-ssi," ujar Riin, mencoba meyakinkannya.

Namun, Seon Ho tetap menatapnya tajam, jelas tidak percaya. "Setelah jam kerja selesai, aku akan mengantarmu pulang."

Riin membuka mulut untuk protes, tetapi tatapan serius Seon Ho membuatnya menghela napas dan akhirnya menyerah. "Baiklah..."

***

Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam, tetapi Jae Hyun masih duduk tegak di kursi tunggu dengan rahang mengeras, tatapannya terpaku pada pintu ruang ICU yang baru saja menelan tubuh dokter yang menangani operasi ayahnya.

Tiga jam menunggu dalam kecemasan yang mencekik, akhirnya operasi selesai.

Dokter yang menangani operasi memberikan kabar bahwa ayahnya harus tetap berada di ruang ICU untuk pemantauan intensif. Operasi berjalan lancar, tetapi kondisi Tn. Cho masih lemah.

Jae Hyun menghela napas panjang, merasakan kelelahan yang menumpuk di bahunya. Ia menoleh ke samping, melihat ibunya yang masih berdiri dengan tangan saling menggenggam erat. Mata wanita itu tampak lelah, tetapi ada keteguhan dalam sorotnya.

"Eomma, sebaiknya sekarang aku mengantarmu pulang. Biar nanti aku yang menunggu di rumah sakit," ucapnya dengan suara rendah, mencoba meyakinkan ibunya untuk beristirahat.

Ny. Hana menggeleng pelan, senyum tipisnya penuh kehangatan tetapi juga kelelahan. "Bagaimana mungkin aku bisa pulang dengan tenang? Lagipula..." Ia menatap putranya, ekspresinya berubah sedikit khawatir. "Kau juga belum memberitahu istrimu soal ini, kan? Lebih baik kau saja yang pulang. Riin pasti khawatir karena kau belum kembali selarut ini."

Benar.

Jae Hyun belum memberi tahu Riin. Pikirannya terlalu terfokus pada kondisi ayahnya dan menguatkan ibunya hingga ia sama sekali tidak sempat menghubungi istrinya.

Ia menoleh ke arah ponselnya yang tergeletak di atas kursi ruang tunggu. Layarnya gelap, tetapi ia tahu pasti ada pesan yang masuk. Mungkin lebih dari satu. Riin pasti sudah menghubunginya beberapa kali.

Tapi tetap saja, ia tidak bisa membiarkan ibunya menunggu di rumah sakit sendirian dalam kondisi seperti ini.

"Eomma," Jae Hyun berbicara dengan nada lembut tetapi tetap penuh ketegasan. "Sekarang Appa berada di ruang ICU. Tidak banyak yang bisa kita lakukan di sini. Bagaimana jika kita pulang dulu? Eomma bisa menyiapkan keperluan Appa untuk beberapa hari ke depan. Besok pagi, aku akan menjemput Eomma dan kita bisa kembali ke sini bersama."

Ny. Hana menatap putranya dengan pandangan penuh pertimbangan. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke pintu ruang ICU, seolah berusaha memastikan bahwa suaminya benar-benar baik-baik saja meski harus ditinggalkan sementara.

Akhirnya, ia mengangguk pelan. "Baiklah. Eomma akan menurutimu."

Jae Hyun mengangguk kecil, merasa lega karena berhasil membujuk ibunya. Ia meraih mantel yang tadi dilipat di pangkuannya, lalu berdiri dan merangkul bahu ibunya dengan lembut, memberikan sedikit kehangatan di tengah udara dingin rumah sakit.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!