Aira harus menelan pil pahit, ketika Andra kekasih yang selama ini dicintai dengan tulus memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, karena terhalang restu oleh orang tua karena perbedaan keyakinan.
padahal Aira sedang mengandung anak dari kekasihnya.
apakah Aira akan mampu bertahan dengan segala ujian yang dihadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arij Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Drtt... Drtt... Drtt...
drrtt... drtt... Drtt ...
Ponsel Aira berbunyi terus menerus tiada henti. Aira terbangun, mendengar suara ponselnya. Ingin sekali Dia memaki orang dibalik ponsel yang berbunyi.
"Kurang kerjaan sekali..."
"Pagi-pagi sudah ganggu saja!*
Aira tidak menghiraukan bunyi ponselnya, dia masih asyik bergulung dengan selimut, malahan sekarang berganti posisi menjadi membelakangi ponselnya.
"Drrtt... Drtt... Drtt..."
"Drtt... Drtt... Drtt... "
Dengan gerakan kasar Aira menyibak selimutnya, masih dengan mata terpejam Dia meraba-raba kasur, mencari ponselnya yang entah semalam dilemparkannya.
Dia memencet tombol terima tanpa melihat siap yang memanggil,
"Hallo...hallo... Hallo.."
"assalamualaikum,"
"waalaikumsalam," jawab yang menelpon.
Mendengar suara mamaknya, mata Aira langsung terbuka dengan sempurna.
"eh... mamakku, aku kira tadi siapa tadi," dalam hatinya, Dia berkata.
Dia melihat ponselnya, bahwa memang benar dilayar tertera nama Dina.
"Aira, sudah bangun apa belum, Nduk?"
"Kabar re piye? (bagaimna kabarnya?)"
"Kok, gak telpon telpon mamak to..." ( kok, tidak nelpon mamak sih...) dengan melas mamak bertanya.
Aira menghela nafas, mendengar pertanyaan beruntun dari mamaknya.
"hufftt.... Aira sehat Mak,"
Dia menepuk keningnya, "maaf Mak, Aira lupa..."
"Yo wes lah nak ngono, seng penting Aira sehat-sehat wae ( ya sudah kalau begitu, yang penting Aira sehat-sehat terus)," jawab mamak.
"geh Mak (iya Mak)," jawabnya.
Mereka lama sekali berbicara, Damar dan Dina pun ikut menimpali sesekali.
karena sudah terlalu lama, akhirnya Dia menyudahinya. Bersiap dan berkemas untuk perjalanan besok.
...****************...
Hari ini Aira sudah siap untuk berangkat ke Sumatra. Jadwal penerbangan pukul 2 siang.
"Dek, kamu udah siap packing belum?" tanya Aulia ketika memasuk kamar.
"sudah mbak, dari semalem," jawabnya sambil menunjuk koper disebelahnya.
"ada yang ketinggalan tidak?, coba cek lagi aja," sambungnya.
Aulia menghampiri Aira, ikut duduk disampingnya, "dek, kamu yakin akan kesana?, mbak takut kamu gak betah loh!, ungkap isi hati Aulia.
Aira tidak menjawab, Dia hanya mengangguk sambil menengok ke Aulia.
"huftt... Aulia menghembuskan nafas berat.
" Pikirkan lagi dek!, mumpung kamu belum berangkat, " sambungnya.
" Aku udah bener-bener yakin mbak!, kalaupun Aku berubah pikiran nanti, kan bisa minta jemput sama kamu mbak!, ya kan!!" jawab Aira dengan santai, tak lupa mengedipkan matanya.
" ish... Kau ini, bisa saja jawabnya," jawabnya sambil mencubit pipi Aira dengan gemes.
" aduh... Sakit tau mbak," disingkirkannya tangan Aulia dari pipinya.
" habisnya kamu makin hari makin chubby aja pipinya, jadi pengen aku cubit terus, gemes... Tau gak!" ungkapnya sambil mengangkat tangannya untuk mencubit lagi.
Aira langsung menyingkir melihat kakaknya yang akan melakukan aksinya kembali.
Tidak ingin melihat Aira ngambek, Aulia langsung memeluk sayang adik sepupunya itu.
" Maaf ya, tidak usah ngambek lagi, janji deh, mbak gak akan ulangi lagi," ucap Aulia.
" Dek, dari kemaren ponsel kamu bunyi terus, apa itu dari Andra?" tanyanya.
" Mbak sih berharap, kamu tidak berhubungan lagi dengannya, Kamu jangan sampai terjerat sama cowok bajingan itu lagi!" lanjutnya dengan tegas.
" Percuma saja kamu pergi jauh tapi ujung-ujungnya kamu masih meresponnya, cowok seperti itu tidak akan mau mendekat kembali kalau tidak ada keuntungan buatnya," panjang lebar Aulia menasehati Aira.
" I_ya mbak," jawabnya dengan gugup, Dia takut ketahuan kalau masih ingin mengharapkan Andra kembali.
Dengan pelan Dia menjelaskan ya " Tidak kok mbak, memang dari kemaren Andra selalu hubungin aku, tapi Aku cuek saja, pesan sama panggilannya gak Aku jawab, Aku biarin saja."
" Aku gak ingin berharap lagi mbak darinya, rasanya itu sakit... Sekali mbak. Aku tak ingin lagi berharap yang melebihi ketentuan Tuhan mbak. Takut nanti kalau tidak sesuai harapan akan menjadi lebih sakit dari ini," jelasnya dengan suara lirih.
" Kau tahu mbak!, dulu Aku menginginkan agar Dia mau memeluk keyakinan seperti kita, Aku meyakini bahwa pasti Dia mau. Selama menjalin hubungan denganku, aku melihat Dia jarang ibadah, masa bodoh dengan Tuhannya. Makanya aku yakin kalau pelan-pelan Dia mau memeluk keyakinan yang sama kayak aku, tapi ternyata itu melebihi ekspektasi ku sendiri. Terlalu tinggi aku berharapnya, pas aku tau tidak sesuai harapan langsung aku merasa jatuh ke lembah yang dalam mbak. Ibarat kata jangan terbang terlalu tinggi, nanti sakit kalau jatuh, nah... Seperti itulah perasaanku sekarang mbak, sakit... sedih... Kecewa banget," lanjutnya.
" Kenapa kamu bisa yakin seperti itu dek, sebelum bertanya langsung dengannya?" tanya Aulia, karena masih penasaran.
" Bagaimna aku tidak yakin mbak!, orang setiap hari bisa dibilang kita selalu bersama. Dia ngapain aja tu, aku tau. Dia malah yang ngingetin Aku untuk sholat tepat waktu, waktu puasa aja Dia malah yang lebih semangat loh dari pada Aku. Jadi bagaiman Aku tidak yakin mbak," Aira bercerita dengan menggebu-gebu.
Aulia hanya mengangguk dan menggelengkan kepala saja mendengar cerita Aira. Dia belum memberi komentar.
Aira berhenti sebentar, kemudian mengambil minum yang ada di meja samping tempat tidur,
" Gluk... Gluk... Gluk... " Dia menghabiskan minumannya.
" Salah tidak sih mbak, kalau Aku sampai punya pemikiran seperti itu," sambungnya.
"huffttt...," Aulia menghela nafas pelan.
" Ya, gimna ya!, kalau menurut Aku kalian semua salah. Terutama kamu, harusnya sebelum kalian jadian pastikan, terutama keyakinannya ya. Itu yang paling PENTING!"
" Saat sudah tahu kalian mempunyai keyakinan yang berbeda, bukannya berhenti tapi malah tetap melanjutkannya, salahnya disitu, mana sampai kebablasan lagi."
" Kamu tidak pernah cerita ,kalau kamu punya kekasih, kamu tidak pernah curhat dengan orang tua. Kami juga salah sih, tidak bertanya Sampai hal pribadi, seandainya kami tahu lebih dulu pasti bagai mana pun caranya akan kami cegah," panjang lebar Aulia menasihatinya.
" kalau sudah kejadian seperti ini, mau tidak mau ya harus mau. Kamu sudah membuat kesalahan hingga hamil ya jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. tunjukkan padanya kalau kamu bisa merawat dan membesarkannya walau tanpa Dia," lanjutnya.
"Iya mbak, Aku akan berusaha menunjukkan pada semua orang kalau aku bisa tanpanya, terutama Dia," jawab Aira dengan penuh semangat.
" jadwal keberangkatannya nanti jam berapa?" tanya Aulia, agar menyudahi pembicaraan yang sensitif bagi Aira.
" jam 2 mbak, berarti dari sini jam berapa mbak kiara-kira?, supaya nanti tepat waktu," tanya Aira.
" jam berapa ya kira-kira?," Aulia menjawab sambil berfikir.
" perjalan dari sini ke bandara kalau tidak salah itu sekitar 1 jam kalau tidak macet, kalau macet sekitar 2 jaman, dan setidaknya harus menunggu 1 jam sebelum keberangkatan?" sambil melihat jam dinding untuk melihat waktu.
setelah berfikir dan menghitung, " jam 10.30 aja dec nanti kita berangkatnya, dari pada nanti telat terus ketinggalan pesawat, mendingan nanti kita yang nunggu lebih lama gak masalah."
" nanti mbak ikut tidak buat anterin Aku?" tanya Aira.
" ikutlah, bukannya mbak saja yang ikut, mas Ikbal sama Rere juga ikut," Jawabnya.
" bahkan Rere sudah tidak sabar dia ingin melihat pesawat dari dekat," lanjutnya.
" INGAT!, disana nanti jaga diri baik- baik, kalau ada apa- apa langsung kabari mbak," ucapnya lagi.
" siap mbak, mbak tidak usah khawatir, pasti aku akan kabari mbak setiap saat, setiap waktu, agar mbak senang, he he he he he," jawabnya dengan senyum.
.
.
.
bersambung...............