Jerat Cinta Sang Bunga Malam

"Sial!! Brengsek!!" Maki Erick dengan menenggak minuman dari gelas nya.

Entah itu sudah gelas yang keberapa malam itu Erick lupa.Tapi dia tidak perduli karena semakin banyak minuman keras yang katuk kedalam tenggorokannya maka perasaan sakit, marah serta kecewanya akibat permintaan putus Katerina tadi bisa berkurang.

Kalau boleh jujur, meski marah dan kesal serta kecewa pada semua yang dilakukan Katerina selama ini pada hubungan mereka, tapi Erick tidak pernah punya niat mengakhiri hubungan diantara mereka..

Dia sangat mencintai Katerina dan serius ingin menjadikan Katerina istrinya.

Dia hanya butuh sedikit waktu untuk berpikir dengan menjauh begini dan berharap setelah ini hubungan mereka bisa kembali membaik lagi.Tapi ternyata malah berakhir begini.

Bagaimana ini? Dia tidak ingin berpisah dengan Katerina, dia tidak bisa. Dia harus....

Bruk !!

" Tuan Erick, anda tidak papa??!!" Edward yang menemani Erick minum di Bar terkejut melihat Erick yang tiba tiba jatuh tersungkur dari kursinya.

Dengan segera Edward berusaha membantu Erick untuk bangun tapi, Erick langsung menepis keras tangan pria itu, tidak mau dibantu.

" Aku tidak papa Ed," Setelah mengatakan itu dengan susah payah Erick berusaha bangun dari posisinya di lantai bar sementara Edward hanya memperhatikan dengan waspada, siap untuk membantu bosnya kalau kalau diperlukan.

Erick berhasil bangun meski terlihat kesulitan, lalu dia duduk lagi di kursinya tadi dan menenggak lagi sisa minuman di gelasnya.

Habis di gelas itu, kali ini dia tidak lagi menuangkannya, melainkan langsung meminum dari dalam botolnya

Edward yang melihatnya tentu saja merasa semakin cemas, tapi teguran Erick tadi membuat pria itu kali ini memilih diam tidak melakukan apa apa.

" Ed, aku akan pulang sekarang. Tolong pesankan aku tiket pesawat, karena aku harus bertemu...."

" Erick.Hay!!"

Erick langsung menoleh kearah suara yang memanggilnya barusan dan tersenyum pada orang itu meski tidak bisa mengenali wajahnya tapi tau kalau mereka saling kenal.

"Ya, i'm fine..." Balas nya sambil tersenyum lagi kearah orang itu.

" Aku rasa kau tidak baik baik aja. Sekarang kau sangat mabuk, jadi sebaiknya kembali saja ke hotel untuk istirahat."

" Sudah ku bilang aku tidak...Bruk!!

Lagi lagi Erick terjatuh saat akan berjalan, tapi kali ini tidak sampai terjatuh kelantai Bar, sebab Edward dan orang yang baru datang itu sudah lebih dulu menopang tubuh besar pria itu.

" Sebaiknya kita bawa Erick untuk kembali ke hotelnya tuan Edward. Karena sekarang ini dia sangat mabuk."

" Baik nona, tapi bisa anda terus membantu saya memapah tubuh tuan Erick sampai mobil. Karena kalau sendirian saya cukup kesulitan." Pinta Edward yang diangguki setuju oleh orang tersebut yang tidak lain ternyata Clara.

Clara makan itu datang ke Bar bersama Melisa tadi sebenarnya tidak sengaja melihat Erick disana.

Dia tadi haus karena itu pamit dari Melisa yang masih menari di lantai dansa untuk pergi ke Bar guna beli minuman.

Saat mendekat ke Bar itulah dia melihat sosok Erick, senang karena bisa bertemu pria itu juga disana sontak Clara langsung menyapa dan langsung terkejut ketika melihat kondisi pria itu yang sangat mabuk, sampai tidak kuat untuk menopang tubuhnya sendiri seperti sekarang.

Rencana awal Clara hanya berniat membantu Edward memapah tubuh besar Erick sampai ke mobil pria itu. Tapi waktu sudah tiba di mobil dan Edward lagi lagi kesulitan memasukkan tubuh Erick sendirian, reflek Clara menawarkan bantuan nya untuk mengantarkan Erick sampai hotel, agar bisa membantu Edward nanti mengeluarkan Erick dari mobilnya.

" Apa tidak papa anda ikut mengantar tuan Erick begini nona?" Tanya Edward terlihat tidak nyaman sudah membuat Clara ikut repot karena Erick.

" Tidak masalah tuan Edward, anggap saja ini balas jasaku, karena dibantu oleh Erick waktu itu." Timpal Clara.

Edward lalu diam mendengar itu, meski dia tau bosnya tersebut pasti tidak ingin minta balas budi dari perempuan yang sudah dia tolong ini. Tapi karena saat ini kondisi Erick sedang tidak baik baik saja. Dia sangat mabuk hingga tidak sadarkan diri begitu, Edward rasa menerima bantuan Clara tidak masalah

 Toh perempuan itu hanya akan mengantar Erick sampai hotel pria itu, lalu begitu nanti tiba dia akan....

" Nona Clara maafkan saya, semula saya hanya ingin anda mengantarkan tuan Erick sampai depan hotel, tapi ini malah membantu saya memapah nya sampai dalam kamar nya. " ucap Edward, dengan perasaan bersalah pada Clara.

Bagaimana dia tidak merasa bersalah, Erick itu tanggung jawabnya tapi setelah tiba di hotel saat akan turun dari mobil Erick yang selama perjalanan terus pingsan akibat mabuk, tiba tiba sadar dan menolak dipapah oleh Edward.

Dan Clara yang masih ada disana langsung berinisiatif membantu melakukan nya.Untung saja ketika Clara yang membawa Erick menuju kamarnya, pria itu tidak menolak.

Hingga akhirnya mereka berdua bisa membaringkan Erick diatas ranjangnya seperti sekarang ini.

" Saya akan membantu tuan Erick melepaskan pakaiannya agar bisa tidur nyaman, bati setelah itu saya akan antar anda kembali ketempat tadi atau ke hotel anda nona." Ucap Edward.

Clara hanya mengangguk mengiyakan niat Edward.

Lalu karena saat itu Edward ingin melepaskan baju yang dipakai oleh Erick, Clara menyingkir cukup jauh. Sambil berniat menghubungi Melisa untuk mengatakan dimana dirinya saat ini, agar temannya itu tidak cemas.

Tapi baru saja dia selesai mengirim pesan untuk Melisa,dia terkejut dan sontak berlari mendekati tempat tidur saat mendengar Erick berteriak marah pada Edward karena menolak disentuh pria itu.

" Ada apa tuan Edward?!" Tanya Clara ingin tau.

" Ini nona, tuan Erick..."

" Keluar Ed!!! Aku tidak mau melihat mu!!!"

Clara sontak menoleh kearah Erick, yang sedang berteriak membentak Edward.

" Tuan Edward, saran saya sebaiknya sekarang anda keluar saja dan biar saya saja yang membantu dia." Edward tidak langsung pergi seperti permintaan Clara itu, tapi berdiri dengan wajah terlihat bimbang.

Bagaimana dia tidak bimbang, dia khawatir Erick yang sangat mabuk itu akan menyakiti Clara kalau nanti dia keluar dari kamar itu.

Clara yang melihat wajah bimbang Edward lalu berusaha menenangkan.

" Saya hanya akan membantu Erick agar lebih nyaman tuan Edward, jadi jangan cemas begitu. Karena kami pasti akan baik baik saja dan kalau nanti dia melakukan sesuatu yang membahayakan saya, saya akan langsung menghubungi anda minta bantuan." Ucap Clara.

Edward masih sedikit ragu, tapi saat melihat wajah Clara yang penuh keyakinan tidak apa-apa. Akhirnya pria itu mengangguk setuju untuk pergi dari kamar, meninggal Erick dan Clara hanya berdua disana.