Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.
Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Dirga menelan ludahnya. Tentu saja dia tidak bisa menahan rasa terkejut yang menghampiri pikirannya. Bisa membuat hujan turun adalah sebuah kekuatan yang sangat istimewa menurutnya.
"Aku tahu kau belum maksimal mengeluarkan kemampuanmu, Anak muda. Tapi aku tidak peduli, kau tetap harus mati untuk menebus kesalahanmu membantai murid-muridku!" Suara yang keluar dari bibir Suromenggolo begitu mengintimidasi. Tapi itu tidak berlaku bagi Dirga. Dia masih harus berjuang sekuat tenaganya untuk menahan siapapun yang hendak mendatangi Jurang Panguripan.
"Sebelumnya aku berterima kasih karena kau telah memadamkan kebakaran hutan ini. Tapi jika kau masih ingin pertarungan ini berlanjut, silahkan! Aku tidak akan mundur sejengkal pun untuk menjaga hutan ini!"
"Hahaha ... Aku suka dengan semangatmu, Anak muda. Jarang-jarang ada anak muda yang memiliki semangat sekuat dirimu."
Dalam hatinya, Dirga bingung melihat kondisi lawannya yang bahkan tidak mengalami luka sedikitpun. Dan dia juga sadar sesadar-sadarnya bila kekuatan lawannya itu berada di atasnya.
Pemuda tampan itu kemudian mengingat semua gerakan jurus yang sudah dihapalnya. Dengan sudah menguasai 3 jurus, Dirga berpikir akan lebih mudah untuk menggunakan jurus terkuat kitab Raja Naga, jurus Cakar Naga Membelah Angkasa. Tapi begitu dia teringat jika sahabat Sarwana tidak mampu menguasainya hingga kematian menjemput, hati kecilnya sempat merasa pesimis.
"Kenapa kau diam saja, Anak muda. Aku tidak akan menyerangmu jika kau bengong seperti kerbau. Apa kau sudah merasa takut untuk menghadapiku?" ejek Suromenggolo, "Atau begini saja, aku akan memaafkanmu jika kau mau menjadi muridku, bagaimana?"
Dirga tersentak dari lamunannya. Dia merasa malu karena melamun di saat bertarung. Andai lawannya itu menyerangnya di saat lengah, tentu bisa dengan mudah dia dibunuh. Dia juga merasa salut dengan sikap yang ditunjukkan Suromenggolo yang tidak mau menyerangnya di saat lengah. Baginya, itu adalah sifat seorang ksatria.
"Mari kita lanjutkan!" ucapnya tegas.
Dirga mengubah total semua gerakan jurus yang tadi dia praktekkan. Dia kini sedang berusaha menggunakan jurus Cakar Naga Membelah Angkasa. Menurutnya, dia tidak akan punya kesempatan menang jika menggunakan tiga jurus yang sudah dikuasainya.
Suromenggolo mengernyitkan dahinya melihat gerakan yang ditunjukkan Dirga. Energi yang keluar dari tubuh pemuda itu semakin membesar seiring gerakan yang dilakukannya.
Lelaki tua itu kemudian melompat mundur beberapa langkah. Energi yang keluar dari tubuh Dirga berhasil menekannya dengan begitu kuat.
Suromenggolo pun mengeluarkan jurusnya untuk menahan serangan yang akan dilakukan lawannya. Energi besar yang menekannya seakan menjadi alarm pengingat agar dia lebih berhati-hati.
Dalam hitungan sepersekian detik, tubuh Dirga melesat dengan kecepatan yang tidak bisa dipandang oleh mata biasa. Jari tangannya yang membentuk cakar berada di depan untuk membuka serangan yang akan dilakukannya. Suara udara yang terbelah oleh kecepatan Dirga terdengar berdesing di telinga
1 meter sebelum serangannya sampai di sasaran, Dirga tiba-tiba menyabetkan cakarnya mengarah kepada tubuh Suromenggolo.Lelaki tua itu tidak tinggal diam, dia melompat tinggi untuk menghindari serangan yang dilepaskan Dirga. Suromenggolo sadar jika rsedikit saja dia terlambat bereaksi, minimal luka parah akan didapatnya.
Sesuatu yang aneh tiba-tiba terjadi, tanpa ada tanda-tanda, puluhan pohon yang berada di belakang tubuh Suromenggolo hancur berkeping-keping besar kecil ukurannya.
Dirga tentu saja dibuat terkejut. Dia tidak menyangka jika dampak jurusnya yang meleset dari sasaran malah membuat kondisi hutan itu semakin rusak parah. Tapi yang lebih membuatnya terkejut, dia tidak melihat lesatan serangan energi yang keluar dari tangannya.
Tapi kenapa tiba-tiba dampaknya menjadi begitu mengerikan?
Nasi sudah menjadi bubur. Kerusakan yang terjadi akibat pertarungan mereka menurutnya murni dari Suromenggolo yang mengajaknya bertarung. Dia tidak akan membuat hutan itu rusak jika lelaki tua itu tidak hendak membunuhnya. Jadi pertarungan harus tetap dilakukan.
Melihat Suromenggolo masih berada di udara, dengan cepat Dirga melesat mengejarnya.
kembali sambaran cakarnya dilesatkanya dengan begitu kuat.
Suromenggolo terkesima dan bergerak secepat mungkin untuk menghindari serangan yang bisa saja mencabut nyawanya.
Kembali sesuatu yang aneh terjadi. Lesatan serangan Dirga yang tidak mengenai sasaran terus melesat ke atas dan meledak setelah mengenai awan yang berarak hingga buyar seketika.
"Sudah Dirga, hentikan! Jangan bertarung lagi! Kau bisa membuat rusak semuanya dengan jurus itu!" ucap Suromenggolo seraya memajukan telapak tangannya.Dirga mengernyitkan dahinya dia kebingungan bagaimana bisa lelaki tua itu mengetahui namanya, padahal tidak sekalipun dia menyebutkan namanya kepada lelaki tua itu.
Belum juga rasa rasa penasarannya terjawab, tiba-tiba Sarwana sudah berada di belakangnya. "Apa kau mau menghancurkan alam ini, Dirga?"
Dirga membalikkan tubuhnya. Dia terkejut dengan kedatangan Sarwana yang muncul secara tiba-tiba. "Bagaimana kau bisa ada di sini? Bukannya kau sedang sakit?"
"Dia tidak sakit apa-apa!" Hydra yang ternyata mengubah wujudnya menjadi Suromenggolo, menyahuti pertanyaan Dirga. Penghuni pedang Naga Api itu tampak puas dengan rencana mereka berdua. Ingatannya kemudian tertuju saat sedang mengawasi Dirga berlatih tadi.
*Flash back*
"Sebentar. Aku mau mencoba kemampuan Dirga dulu!" kata Sarwana.
"Apa kau mau mencobanya dengan wujudmu yang sekarang?" Hydra menatap Sarwana heran.
"Menurutmu bagaimana?" Sarwana menggaruk kepalanya sambil terkekeh pelan.
"Ah, kau ini sama bodohnya dengan dia ternyata. Kalau kau mencobanya dengan wujud aslimu, dia tidak akan serius menghadapimu dan tidak bisa maksimal menunjukkan kemampuannya." Hydra bersungut kesal.
Sarwana kembali menggaruk kepalanya pelan.
Meski sedikit geram dengan ucapan bodoh yang tertuju padanya, tapi dia membenarkan apa yang dikatakan Hydra kepadanya.
"Tapi aku tidak bisa merubah wujudku sepertimu!"
"Sulit juga kalau begitu. Bagaimana kalau aku saja yang akan mencobanya? Aku bisa merubah wujud sesuka hatiku," balas Hydra.
"Usul bagus!" Sarwana tersenyum lebar.
**
"Jadi ini ide kalian berdua untuk mengujiku?"
Dirga menepuk jidatnya. Dia tidak habis pikir dengan dua makhluk aneh yang kini menjadi sahabatnya itu.
Sarwana dan Hydra yang sudah berdiri berdampingan, terkekeh berbarengan.
"Rencana kita berhasil, Hydra!" Sarwana tertawa sambil memegangi perutnya.
"Tapi kenapa sampai segitunya kalian mengujiku? Bukankah kita bisa berlatih tanding saja?" tanya Dirga sedikit kesal.
Hydra terkekeh melihat bibir Dirga yang sedikit maju."Kalau tidak begini, kau tidak akan bertarung dengan maksimal. Dan perlu kau sadari, ada satu pencapaian yang luar biasa telah kau dapatkan dalam pertarungan tadi," balas Sarwana.
"Apa?" Dirga mengernyitkan dahinya.
"Kau tadi secara tidak langsung sudah menguasai puncak jurus kitab Raja Naga, Dirga. Jurus Cakar Naga Membelah Angkasa," jawab Hydra menyela.
"Kalian berdua benar-benar gila. Bisa saja aku tadi mati terbunuh, bukan? Dan lihat kerusakan yang terjadi, butuh waktu lama agar pohon-pohon itu tumbuh kembali." Dirga bersungut sedikit kesal.