Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria asing dengan niat tersembunyi
Sekitar jam empat pagi, Lei Guiying terbangun mendapati suaminya sudah tidur di samping dirinya. Perlahan dia bangkit mencoba untuk turun dari atas tempat tidur. Namun di saat dia ingin melewati pria di sampingnya gerakannya terhenti. Dia melihat pria itu sudah menatapnya santai. Gadis itu langsung menghindar duduk di ujung tempat tidur. "Pangeran kesembilan, aku kira kamu akan menghindar agar tidak tidur satu ruangan atau bahkan satu tempat tidur dengan ku."
Kedua mata pria itu terlihat masih memerah. Dia benar-benar baru saja terbangun karena gerakan kecil dari istrinya. "Kamu sudah melangkah masuk ke dalam kediaman sebagai selir. Jadi, apa salahnya suami istri tidur bersama." Memiringkan tubuhnya dengan menyandarkan kepalanya pada tangan. "Aku masih ingin tidur. Lebih baik kamu diam jangan bergerak berlebihan." Membalikkan tubuhnya memunggungi istrinya lalu memejamkan kedua matanya kembali.
Lei Guiying kembali merebahkan tubuhnya dan selang beberapa detik saja dia kembali bangkit. Dengan cepat gadis itu melompati suaminya yang masih berbaring di tempat tidur. Dia berdiri tegap merapikan kembali gaun yang ia kenakan. "Huh..." Berjalan keluar dari ruangan kamar.
Shui Long Yin membuka kedua matanya melihat gadis yang sudah meninggalkan kamar. "Dia benar-benar sulit di kendalikan." Senyuman samar melintas di wajahnya. Kedua matanya di pejamkan kembali.
Sedang di luar, Lei Guiying turun ke lantai bawah. Pintu utama penginapan juga baru saja di buka untuk menarik para pelanggan. Gadis itu keluar dari penginapan merasakan udara segar di pagi hari. Meski cahaya matahari masih belum terlihat. Tetap saja kenyamanan terasa menyegarkan. Di depan penginapan beberapa pedagang sayuran, buah, daging, ikan dan masih banyak lagi. Sudah membuka kedai mereka di sepanjang jalur utama. Dia dengan langkah santai menyusuri jalur utama melihat setiap detail yang ada di sana.
"Tuan, berikan aku satu kilo." Menunjuk kearah buah anggur hitam yang terlibat memikat mata. "Ini juga satu kilo buah apel, pir, jeruk."
"Baik." Penjual langsung melayani pembeli pertamanya. Menimbang semua buah yang di inginkan tanpa adanya kecurangan. Setelah semua beres, "Nyonya, silakan."
Lei Guiying memberikan uang kepada penjual lalu menggambil bungkusan buah yang ia inginkan. Karena cukup sulit membawa semua bungkusan buah. Dia membeli keranjang sedang agar mempermudah dirinya menempatkan semua kantung buah dalam satu tempat.
Dia antara kerumunan orang-orang berlalu lalang. Pria muda mendekat dan berjalan berdampingan di samping Lei Guiying. "Panglima, sudah ada kabar dari istana. Pergerakan pasukan di istana tempat Permaisuri lebih aktif dari hari-hari sebelumnya. Semenjak pangeran kesembilan pergi dari ibu kota. Ketegangan terasa di dalam kegelapan. Para menteri saling menyerang bahkan sudah ada satu keluarga pejabat yang menjadi korban. Satu keluarga di habisi dalam satu malam hanya menyisakan satu putri kecil yang masih bayi."
"Beritahukan kepada semua mata-mata yang ada di istana. Jangan bergerak sembarangan. Kita hanya penonton tidak perlu ikut terjun dalam perkelahian," ujar Lei Guiying sembari melirik pria dengan pakaian lusuh membawa bakul sayuran.
"Baik." Pria itu berjalan lebih cepat menghilang di antara kerumunan.
Gadis muda itu berdiri di atas jembatan melihat keadaan di sekitar. Dia meletakkan keranjang buahnya. Melihat genangan air di bawah jembatan yang terlibat cukup dalam.
Bluutpp...
Beberapa ikan cukup besar melompat dari air menuju permukaan.
"Awas... Minggir," teriakan terdengar kuat di saat kereta melaju kencang dari arah selatan menuju Utara. "Cepat... minggir jangan halangi jalan."
Wanita tua dari arah berlawanan berjalan santai bersama cucu kecilnya. Tongkat kayu di tangan kanannya di gunakan untuk menopang tubuh rentanya. Sedangkan tangan kirinya menggandeng cucu laki-lakinya yang baru berusia delapan tahun. Anak laki-laki itu langsung sadar jika mereka berada di dalam bahaya. Dia dengan cepat mendorong neneknya menjauh. Sedangkan dirinya masih berada di tempat yang sama.
"Minggir..." Kusir kereta terus berteriak kuat.
Dalam hitungan detik saja sebelum kereta menabrak anak laki-laki itu. Lei Guiying sudah berhasil menggendong bocah itu pergi menjauh. Namun keseimbangannya terganggu di saat benda kecil menghantam kaki kirinya. Dia memeluk erat anak laki-laki itu dalam pelukannya di saat mereka berdua terjun bebas ke arah sungai.
Sebelum tubuh Lei Guiying bersama anak laki-laki itu menyentuh air sungai. Seorang pria muda terbang dari arah kapal kecil yang berlayar dari selatan. Dengan sigap meraih tubuh Lei Guiying bersama anak laki-laki itu.
Demmm...
Satu hentakkan kaki pada daun kecil di atas genangan air. Dapat membuatnya terbang kembali menuju kapal miliknya membawa dua orang di pelukannya. Percikan air semakin kuat di saat kekuatan di dalam kapal bertambah lebih berat.
Lei Guiying melepaskan pelukan pria muda itu. "Tuan, terima kasih." Memberikan hormat. Anak laki-laki di sampingnya juga memberikan hormat.
Pria itu tersenyum memperlihatkan cekungan tidak terlalu dalam di kedua pipinya. "Nona, jika kamu ingin berterima kasih. Temani aku berlayar satu hari saja. Aku anggap sebagai balasan."
"Tuan, hari ini aku harus menyiapkan sarapan untuk suamiku. Tidak bisa ikut berlayar," ujar Lei Guiying merasa kurang nyaman. Dia hanya berusaha untuk tidak mengetahui yang sebenarnya terjadi. "Jika anda tidak keberatan. Di saat kita bertemu kembali saya pasti akan secara langsung mengucapkan terima kasih bersama suamiku. Mengundang anda untuk makan bersama."
"Nona, setelah hari ini saya tidak lagi ada di kota Rong. Lebih baik kita selesaikan hari ini saja. Lagi pula suami mu pasti tidak akan keberatan jika aku meminjam istrinya sehari saja." Pria muda itu melambaikan tangan pelan membuat kapal menepi sebentar. Agar bisa membiarkan anak kecil itu turun. Namun genggaman tangan pria muda itu cukup kuat menahan gadis muda di depannya. Setelah anak kecil itu turun kapal di dayung kembali mengikuti arus air.
Lei Guiying juga tidak bisa menunjukkan jati dirinya sebagai ahli bela diri di depan banyak orang. Identitasnya terlalu sensitif sebagai Selir Li, istri pangeran kesembilan. Gadis muda itu mau tidak mau tetap harus menuruti keinginan pria muda yang telah menyelamatkannya. Dia duduk di kursi penumpang merasakan ketidaknyamanan.
"Bisakah Nona memberitahu nama mu kepadaku?"
"Tuan, kita hanya bertemu secara kebetulan. Untuk nama..." menatap pria muda dengan usia sama seperti dirinya. "saya tidak dapat mengatakannya," saut Lei Guiying tenang. Angin pagi terasa sangat sejuk juga dingin di saat kapal sudah meninggalkan dermaga. Jalur sungai luar yang sangat luas menjadi satu-satunya jalur penghubung antar negara atau daerah-daerah lain di negara Dingxi. Sekitar dua jam berlayar matahari mulai terlihat meninggi. Cahaya pertama terlihat sangat indah di ujung timur. Langit kuning kemerahan perlahan menyebar. Setelahnya menunjukkan cahaya cerah dari matahari pagi.