NovelToon NovelToon
Ibu Susu Bayi Sang Duda

Ibu Susu Bayi Sang Duda

Status: tamat
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Ibu Pengganti / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Tamat
Popularitas:212.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hari yang seharusnya menjadi momen terindah bagi Hanum berubah menjadi mimpi buruk. Tepat menjelang persalinan, ia memergoki perselingkuhan suaminya. Pertengkaran berujung tragedi, bayinya tak terselamatkan, dan Hanum diceraikan dengan kejam. Dalam luka yang dalam, Hanum diminta menjadi ibu susu bagi bayi seorang duda, Abraham Biantara yaitu pria matang yang baru kehilangan istri saat melahirkan. Dua jiwa yang sama-sama terluka dipertemukan oleh takdir dan tangis seorang bayi. Bahkan, keduanya dipaksa menikah demi seorang bayi.

Mampukah Hanum menemukan kembali arti hidup dan cinta di balik peran barunya sebagai ibu susu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Calon pelakor

Beberapa hari kemudian, suasana kantor Abraham sedikit berbeda. Ruangan rapat utama dipenuhi dengan berbagai dokumen, proposal, dan blueprint proyek baru yang akan dikerjakan bersama perusahaan lain. Julio, tangan kanan Abraham, terlihat sibuk menata berkas di meja, menunggu keputusan akhir dari sang pemimpin.

Abraham masuk dengan langkah mantap, jas hitamnya terlipat rapi. Di,a duduk di kursi utama tanpa banyak bicara, lalu matanya jatuh pada satu nama di dokumen kerja sama itu. Rahangnya mengeras, matanya melebar.

“Batalkan proyek ini,” ujarnya tegas, membuat Julio menoleh kaget.

“Batalkan, Tuan?” Julio mengulang, memastikan ia tidak salah dengar.

Abraham menatap Julio dengan dingin. “Ya, selama orang itu yang memimpin, aku tidak akan pernah menjalin kerja sama. Aku tahu Rania. Dia terlalu emosional, tidak profesional. Aku tidak mau mencampurkan masa lalu ke dalam pekerjaanku.”

Julio menarik napas, lalu memberanikan diri menjelaskan. “Saya mengerti maksud Tuan. Tapi … proyek ini berbeda, perusahaan Rania menawarkan keuntungan dua kali lipat dibandingkan rekanan lain. Kalau kita menolak, kita justru kehilangan peluang besar. Bahkan investor luar sudah menaruh perhatian pada kerja sama ini.”

Abraham terdiam, jemarinya mengetuk meja pelan. Pandangannya tajam, seolah menghitung risiko di kepalanya. “Keuntungan dua kali lipat bukan alasan untuk menaruh bom waktu di dalam perusahaan, Julio.”

“Tapi Tuan selalu mengajarkan saya untuk tidak membiarkan perasaan mencampuri bisnis,” balas Julio hati-hati. “Saya yakin, kalaupun Nona Rania punya masalah pribadi, dia tidak akan berani membawa itu ke ranah kerja. Dia butuh reputasi baik, sama seperti kita.”

Keheningan memenuhi ruangan. Hanya suara jam dinding yang terdengar. Abraham menyandarkan tubuhnya ke kursi, menutup mata sejenak. Wajah Hanum sempat melintas di benaknya, begitu pula Alma, lalu bayangan Rania beberapa hari lalu saat datang ke rumahnya, semua itu bercampur aduk. Akhirnya, Abraham membuka mata kembali. Sorotnya tajam.

“Baiklah, kita jalankan proyek ini.”

Julio menghela napas lega, meski masih tegang.

“Tapi,” lanjut Abraham, “pastikan semua komunikasi resmi hanya lewat kamu. Aku tidak ingin banyak bertatap muka dengannya kecuali sangat terpaksa.”

“Baik, Tuan,” jawab Julio cepat.

Abraham berdiri, merapikan jasnya. “Ingat, Julio, sekali saja dia mencoba mencampuradukkan urusan pribadi dengan pekerjaan, aku yang akan menghentikannya. Tidak peduli seberapa besar keuntungan yang kita dapat.”

Julio mengangguk mantap, meski dalam hatinya bertanya-tanya, apakah keputusan itu benar-benar murni profesional, ataukah justru perasaan Abraham yang mulai goyah.

Rapat panjang akhirnya selesai, Abraham baru saja menutup berkas presentasi ketika Julio berbisik pelan, mengingatkan jadwal berikutnya. Di ruangan itu, Rania masih duduk dengan wajah penuh percaya diri, menatap Abraham seakan mereka masih punya urusan pribadi yang belum selesai.

“Kalau begitu, saya pamit. Kita bahas lanjutan proyek besok,” kata Abraham datar, lalu melangkah keluar tanpa memberi kesempatan Rania berbicara lebih jauh.

Namun, bukannya kembali ke ruangannya, Rania justru turun ke lobi untuk mengambil pesanan makan siangnya yang sudah dia atur sejak pagi. Dia sengaja memesan lebih banyak, dengan dalih untuk berbagi dengan Abraham.

Saat pintu lift terbuka, langkahnya terhenti. Pandangannya jatuh pada sosok wanita muda yang sedang duduk di kursi tunggu, menggenggam kotak bekal dengan wajah penuh harap.

Senyum tipis muncul di bibir Rania, namun senyum itu lebih mirip ejekan. Dia melangkah mendekat, lalu berpura-pura ramah.

“Oh … kamu istrinya Abraham, ya?” suaranya terdengar lembut, tapi matanya meneliti bekal di tangan Hanum. “Bawa makanan? Wah, sayang sekali.”

Hanum berdiri cepat, berusaha menjaga sopan santun. “Iya, Nona Rania. Saya memang datang untuk mengantar makan siang. Ibu mertua saya yang meminta. Tuan Abraham pasti belum sempat makan...”

Belum selesai, Rania menyela sambil terkekeh. “Kamu nggak tahu, ya? Abraham sudah pesan makan siang dari luar. Kebetulan saya yang mengurus pesanan itu. Jadi … sepertinya bekal kamu tidak akan terpakai.”

Hanum terdiam, wajahnya memucat. Dia melirik sekilas ke arah resepsionis yang sejak tadi melarangnya naik, seolah mendapat pembenaran dari ucapan Rania.

Namun Hanum mencoba bertahan. “Tapi … saya sudah menunggu hampir dua jam. Saya hanya ingin memastikan Tuan Abraham tidak melewatkan makan siang.”

Rania mendekat, menunduk sedikit seakan berbicara dengan anak kecil. “Sayang, kamu harus tahu … pria seperti Abraham tidak punya waktu untuk hal-hal sepele seperti ini. Dia sibuk, kalau kamu memaksa, itu sama saja mengganggunya.”

Kata-kata itu terasa seperti tamparan bagi Hanum. Ia menggenggam kotak bekal lebih erat, berusaha menahan air matanya. “Saya istrinya, tidak mungkin saya mengganggu.”

Resepsionis yang berdiri di meja tampak ragu, tetapi tetap menggeleng saat Hanum memohon izin untuk naik. “Maaf, Nyonya. Perintahnya jelas, tidak boleh ada yang masuk ke lantai eksekutif tanpa izin.”

Situasi semakin panas. Hanum yang mencoba bersabar, dan Rania yang terus menekan dengan senyum sinisnya. Tanpa mereka tahu, di lantai atas, Abraham baru saja menerima telepon dari ibunya, Siska.

[Hanum, mengantarkan makan siang untukmu. Jangan sampai kau lupa, Biam. Dia sudah berusaha.]

Seketika wajah dingin Abraham melunak. Ada perasaan hangat yang jarang muncul di dadanya. Dia langsung berdiri dari kursinya, meninggalkan Julio yang kebingungan.

“Aku turun ke lobi,” katanya singkat.

Sementara itu, di bawah, suara Hanum mulai bergetar ketika ia berkata, “Kalau Tuan Abraham memang menolak … biar saya sendiri yang mendengar darinya. Tidak perlu lewat orang lain.”

Rania mendecak pelan, hendak menanggapi lagi, tapi saat itu suara berat yang sangat dikenalnya terdengar di belakang mereka.

“Apa yang sedang terjadi di sini?”

Hanum dan Rania sama-sama terkejut. Abraham berdiri beberapa langkah dari mereka, tatapannya tajam menusuk.

1
Kimo Miko
cinta tidak harus digembar gemborkan tapi dibuktikan dan di wujudkan. seperti abraham contohnya. sebentar lagi lilis bakal diempleng empleng galeh mau dibuat adonan donat 😁
Kimo Miko
tenang hanum ada cctv. biar lilis sendiri yang masuk penjara
Kimo Miko
😁😁😁😁😁😁 nyesel ya sudah kehilangan hanum.
Kimo Miko
halo.... galih.... kenapa harus lapir sama kamu hanum menikah dengan siapa. batu berlian kau buang dan kau pungut kerikil tajam yang akhirnya mengenaimu sendiri. meskipunhanum dirumah dianggap ibu pengasuh buat kevin diluar diakui sebagai istri seorang abraham biantara
Kimo Miko
hanum nasibmu kok ngenes buaaaanget sih. punya suami selingkuh sampai kamu keguguran kemudian dicerai. nikah lagi dapat suami menganggap sebagai ibu susu anaknya. sama saja dijadikan istri tapi tak dianggap dan hanya dimanfaatkan kesannya seperti sapi perah
Sastri Dalila
👍👍
Kimo Miko
sambil menunggu masa idhahnya hanum bisa jadi ibu susunya dulu karena darurat doalnya bayinya menolak susu formula
Kimo Miko
untung kamu sudah dicerai galih. kalau belum makan hati tiap hari. biarkan Tuhan yang membalaskan sakit hatimu hanum. balasan dari Tuhan lebih berat
Kimo Miko
singa saja sama anaknya sayang. mbak kunti yang sering bergelantungan juga sayang sama bayinya. eee.... galih..... manusia punya akal pikiran dan perasaan kok bisa tega . itu otak terbuat dari sampah kali ya.,...
Ceriwis
/Drool/
Asyatun 1
keren thoor
Asyatun 1
lanjut
Erlinda
kenapa sih ada istri setolol Hanum ini
Erlinda
jujur aq paling benci melihat tokoh wanita yg bodoh lemah dan goblok seperti Hanum ini. cuma diam menangis seakan ga punya mulut utk bicara dan membalas perlakuan buruk yg diterima nya sumpah Thor gemes banget AQ melhat perempuan tolol ini
ken darsihk
Tamat yak
Btw terimakasih author bacaan yng bagus 👏👏👏❤❤❤
Aisyah Alfatih: kembali kasih kak..🤭
total 1 replies
ken darsihk
❤❤❤❤❤❤
ken darsihk
Galih gendong anak kecil anak nya siapa itu ??
ken darsihk
Aq sdh ada di novel terbaru nya author ❤❤
Aisyah Alfatih: maksih kakak 💕
total 1 replies
ken darsihk
💪🏼💪🏼 mas Bian
Fitria Syafei
Terimakasih kk cantik 😍😍 kereeen 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!