NovelToon NovelToon
Ravendra Untuk Keisya

Ravendra Untuk Keisya

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:845
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.

Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.

Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.

Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menetap Atau Pergi?

Setahun lamanya kini Keisya sudah naik kelas 11 yang dimana ia harus lebih dewasa dari yang dulu. Seusai kepergian Dion tahun lalu untuk selamanya itu membuat dirinya sedih. Namun, semenjak ada Gibran yang selalu menemani hari-harinya ia merasa lebih baik dan juga rajin belajar.

Kemampuan Keisya juga sudah bisa menguasai seluruh materi di kelasnya. Baginya, ketidakhadiran Dion bukan suatu masalah untuk dirinya bangkit menjadi yang lebih baik. Toh, kalo ia pintar Dion juga akan tenang di alam sana.

Beberapa minggu ini Keisya dan anak Ragalaxy sudah melakukan penelusuran mencari keberadaan jasad Dion. Namun, hasilnya tetap NIHIL.

"Andai lo masih hidup, Di. Gue sayang banget sama lo. Kalo aja nih sekarang lo lagi sama gue pasti gue nggak akan ngikutin Aurel yang suka pergi nonton ke bioskop lah, ke mana-mana deh intinya." cerocosnya sambil memegang erat figura foto Dion dan dirinya.

Satu detik kemudian ia tersenyum kecut. "Gila ya gue, ngobrol sama figura. Jelas-jelas Dion kan udah nggak ada. Huft! Yang sekarang selalu di samping gue itu cuma Gibran. Ya walaupun nggak beda tipis sih, si es balok itu belum bisa gue sukai. Karena hati gue cuma buat Dion, eh tapi nggak tau sih kalau yang atas ngubah perasaan gue." lanjutnya berbicara sendiri.

Keisya beranjak dari kasurnya, ia melihat layar ponselnya menyala dengan notifikasi nama Gibran. Ya, pasti Gibran menelponnya.

"Halo,"

"Iya, kenapa? Tumben banget."

"Anak-anak sama Aurel mau nonton. Ikut gak?"

"Nonton apaan siang bolong gini?"

"Performance Dance."

"Nonton Dance gitu?"

"Cepet, mau gak? Gue jemput sekarang."

Tut tut tut...

"Ya ampun ... Nih anak dari dulu suka banget maksa ya! Belum gue jawab udah main jemput aja! Dikira gue barang kali ya nggak bisa protes!" kesalnya membuang Hp-nya ke kasur. Lalu ia merebahkan tubuhnya sejenak.

Lumayan sakit pinggang. (Meme: kasihan, mana masih muda) hahaha.

•••••••

"Cepet ganti baju," perintah Gibran yang sudah duduk disofa ruang tamu.

Entah datang sejak kapan lelaki dingin itu. "Iya sabar dong! Nggak kayak Dion banget sih! Lo dingin gitu tapi ngeselin!" protes Keisya sambil mondar-mandir mencari bajunya yang pas menurut Gibran.

Setelah lima pasang pakaian yang Keisya tunjukan, hasil pilihan Gibran tidak ada yang sempurna. "Pake hoodie cream sama celana panjang jangan yang ketat. Jangan lupa hijabnya warna hitam." atur Gibran dengan santainya sambil memiringkan Hp-nya.

"Protes mulu lo ya! Lo itu temen Dion bukan bokap gue! Main atur gue semau jidat kau aja! Ogah gue ah! Males nggak jadi ikut!" ketusnya berbalik badan dengan mata memutar malas.

Saat dirinya hendak berjalan meninggalkan Gibran, tiba tiba langkahnya berhenti begitu mendengar.

"Uhuk uhuk, akh ... Anjing ngapain kumat di sini, ban*sat!" umpat Gibran pelan, namun mampu didengar oleh Keisya.

Gadis itu kemudian berbalik badan dan mendapati sosok Gibran yang tadinya duduk santai sekarang tengah membungkuk di sofa sambil memegangi dadanya. Apa mungkin Gibran sakit jantung?

"Lo kenapa? Mau drama lo? Ternyata lo bisa drama juga ya?" cibir gadis itu memandang Gibran acuh.

Gibran terus merasa kesakitan. "Astaghfirullah, anjir ... Jangan di sini bangke ... Lo harus jagain Keisya, inget sama wasiat almarhum Dion—gue harus ja-ga-in. Akh! Anjir!" teriak Gibran membuat Keisya jadi khawatir.

"Lo kenapa, Bran? Gibran lo serius kenapa? Dada lo kenapa?" Napas gadis itu terdengar memburu.

"Dada gue sakit." jawabnya datar. Tadi teriak kesakitan lah sekarang berubah datar lagi. Itu anak orang atau siluman sih.

Keisya berdecak kesal. "Mana sini buka baju lo! Ck, buka baju doang kagak sama celana lo! Ogah banget gue doyan sama lo!" Hadeh Keisya ini otaknya memang bisa kearah itu ya.

"Lo perhatian sama gue?" tanya Gibran disela-sela Keisya melihat apa yang membuatnya kesakitan.

Keisya tak menanggapi apa apa. "Anjir! Eh astaghfirullah, lo kenapa Bran?! Ini kok dada lo merah kayak gini!" Hebohnya gadis tersebut teriak sambil melotot.

Gibran menepis tangan Keisya pelan. "Biasa, ngejar begal sadis." balasnya singkat. Ucapan Gibran tentu tidak memuaskan Keisya. Pasalnya, gadis itu selalu minta penjelasan lengkap. "Pembegal?! Terus ada korbannya nggak? Lo diapain sama pembegal itu?!" Keisya yang belum ganti baju sejak tadi terus bertanya dengan heboh.

"Nggak diapa-apain. Cuma kesayat aja dada gue," balasnya berusaha lembut. Bukan Keisya namanya kalau berani mendekati manusia es balok bernama Gibran itu.

"Gu-gue ... Boleh obatin luka lo nggak? Tapi nanti pasti jarak antara gue sama lo—" ucap Keisya gugup hingga ucapannya terpotong.

"Deket. Kenapa lo selalu nggak berani deket sama gue? Padahal kalo gue kasih tau kalo kata Dion dulu lo bakal meluk dan manja sama gue." sahut lelaki itu menatap Keisya lekat sehingga membuat wajah gadis tersebut memerah sepeti tomat.

Keisya tak paham dengan arah pembicaraan Gibran. Ia juga heran mengapa cowok dingin itu yang biasa ia sebut 'es balok' seolah berubah 180° menjadi cowok banyak bicara.

"Maksud lo apa? Gue bakal manja sama lo? Emang lo siapanya gue?" Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin Keisya lontarkan tetapi ia merasa tak enak pada Gibran.

Mungkin sekarang waktu yang tepat. Batin Gibran.

Gibran membenarkan posisi duduknya. Ia menatap Keisya penuh arti. "Mungkin emang sekarang waktu yang tepat, Sya. Gue abang sepupu lo." celetuknya sontak membuat Keisya terkejut tak percaya.

Gadis itu menggeleng berkali-kali. "Nggak mungkin ah, bercanda aja lo. Udah ah, gue mau ambil obat buat lo." Keisya ingin beranjak berdiri namun aktivitas berhenti begitu Gibran menjawab.

"Gue serius, Sya. Selama gue kenal lo, gue nggak sengaja pernah ketemu orang tua lo dan sejak itu mereka sama gue saling kenal. Gue abang sepupu lo." jelasnya meyakinkan.

1
Protocetus
Kalau berkenan thor mampir ya ke novelku Mercenary of Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!