Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
"Via!! Via!!"
Via yang sedang berjalan itu menoleh saat mendengar suara teriakan dari Bu Ramlah, wanita paruh baya yang setiap harinya bekerja di pondok pesantren,
"Assalamualaikum buk Ramlah" ucap Via sambil tersenyum.
Bu Ramlah mendengus, yang pastinya kurang suka dengan si Via ini. Namun demi melancarkan aksinya, Bu Ramlah lalu mengulas senyum terbaiknya. "Wa'alaikum salam, maaf ya Ning Via, saya kelupaan."
Via menganggukkan kepalanya. "Iya buk Ramlah tidak apa-apa. Hmmm kenapa ya? Kok buk Ramlah teriak-teriak seperti tadi. Padahal kalau panggil biasa saja saya masih dengar loh."
"Maaf loh, saya tadi takut nya Ning Via-nya enggak dengar, jadi mangkanya manggilnya agak kenceng."
"Iya, buk Ramlah mau bicara apa sama saya? Mungkin ada hal yang penting yang ingin buk Ramlah bicarakan."
Bu Ramlah menganggukkan kepalanya. "Iya, ini memang penting sekali, Ning Via harus tau ini." Seru bu Ramlah antusias sekali.
Via mengangguk, lalu mempersilahkan Bu Ramlah untuk berbicara.
"Tadi itu saya kan lagi antar anak saya shopping ya, si Rena, eh enggak sengaja ketemu sama orang yang mirip sama Gus Ikram loh. Saya kepo ini, jadi saya suruh Rena milih-milih baju, saya sendiri ngikutin kemana perginya Gus Ikram. Eh Gus Ikram shopping ternyata, habis itu dia pergi ke sebuah restauran yang ada di mall itu..." Cerita Bu Ramlah.
Via tersenyum. "Mungkin Gus Ikram ada yang ingin di belinya buk Ramlah."
"Is bukan itu intinya Ning, tapi, Gus Ikram perginya itu sama PEREMPUAN!!! PEREMPUAN Ning... Ya ampun.... Saya saja syok berat lihatnya." Bu Ramlah bahkan berlagak jantungan sambil memegang dadanya.
Deg
Jantung Via berdebar tak menentu mendengar perkataan dari Bu Ramlah, hatinya seperti teriris oleh pisau, kenapa pula suaminya tidak mengatakan apapun tadi. Terlebih Bu Ramlah juga menyebut seorang perempuan.
"Pertamanya ya, Gus Ikram itu pakai masker, eh terus waktu di restauran doang itu buka maskernya. Ya ampun, kayak emang sengaja gitu loh Ning." Timpal Bu Ramlah lagi, sengaja sekali memang Bu Kokom ingin membuat Via salah paham dan berakhir rumah tangga Gus Ikram dan Via berantakan, dan pada saat itu anak gadisnya Rena yang akan mengisi kekosongan Gus Ikram. Dan ia tidak akan menjadi pekerja di pondok pesantren lagi, tapi menjadi nyonya mertua di sana.
Via yang mendengar itu langsung berprasangka yang tidak-tidak, ia takut kalau apa yang di katakan oleh Bu Ramlah itu benar adanya.
"Enggak kebayang ya gimana kalau mereka punya hubungan, pasti Ning Via kasihan sekali, itu artinya Ninh Via di selingkuhi selama ini sama Gus Ikram."
Semakin tercabik-cabik rasanya hati Via mendengar perkataan dari Bu Ramlah, pikiran positifnya langsung hilang, tergantikan dengan pikiran buruk yang terus melayang.
"Wah apa lagi Ning Via belum punya anak tuh sama Gus Ikram, enggak menampik deh, kalau Gus Ikram bakalan selingkuh. Orang ningnya aja man--"
"Astaghfirullah Bu Ramlah!!" Ummi Sekar langsung keluar dari rumah saat mendengar suara Ramlah yang terus menerus mengatakan sesuatu pada menantunya, ia tadi mendengar semuanya, masih berdiri di sana menunggu kelanjutan ceritanya, tapi mendengar Ramlah yang ingin berbicara sembarangan, ummi Sekar tidak tinggal diam.
"Apa yang kamu katakan sama Via Bu Ramlah?"
Bu Ramlah tampak tergeragap mendengarnya, ia langsung menundukkan kepalanya takut, apa lagi saat melihat ummi Sekar menatapnya dengan tatapan menusuk.
Bu Ramlah tergeragap. "Maaf ummi, tapi apa yang saya sampaikan benar, kalau saya tadi melihat Gus Ikram di mall dengan seseorang."
Ummi Sekar menarik nafasnya perlahan, melirik ke arah Via yang sudah menundukkan kepalanya. Ummi Ramlah tidak tega melihat menantunya berubah menjadi murung seperti itu. "Saya percaya sama anak saya. Mungkin saja dia sedang bertemu dengan kliennya. Kamu tau betul dia seorang pemimpin perusahaan. Bukan hanya pondok pesantren saja yang dia pimpin."
"Tapi saya lihat Gus Ikram belanja sama perempuan itu. Mana banyak lagi, wah saya ---"
Perkataan Bu Ramlah langsung terhenti saat melihat sebelah tangan Ummi Sekar di angkat ke atas. Bu Ramlah yang sangat antusias menceritakan Gus Ikram tadi seketika langsung bungkam, tidak berani berkata-kata lagi.
"Jangan berspekulasi hal-hal yang buruk seperti itu Bu Ramlah. Gus Ikram sangat mencintai Via, dia tidak akan berbuat seperti itu. Sudahlah, sekarang Bu Ramlah masuk, masih banyak pekerjaan." Sela ummi Sekar yang geram dengan Bu Ramlah.
Bu Ramlah mengangguk, mengucapkan salam, walaupun bibirnya selalu ngedumel..
Ummi Sekar menghela nafasnya kasar, mendekat ke arah Via, lalu tangannya terulur mengelus lengan menantunya itu dengan sayang." Jangan di pikirin omongan Bu Ramlah. Kamu bicarakan dengan suamimu nanti. Bukan maksud ummi membela Ikram tapi biar bagaimanapun, kamu harus mendengar penjelasannya terlebih dahulu. Agar tidak ada salah paham di antara kamu dan Ikram."
Via menganggukkan kepalanya, tersenyum lembut ke arah mertuanya itu. "Terimakasih ummi. Ummi mau Via buatkan teh, pasti capek kan baru pulang juga?"
"Boleh, ummi sebentar lagi juga bakalan ngecek santri yang kemarin ummi data buat ikut lomba, jadi masih ada waktu buat kita minum teh bareng."
Via tersenyum lebar mendengarnya, kurang apa coba ia mendapatkan keluarga sebaik ini. Setelah kepergian ayahnya, Via sangat bersyukur bertemu dengan kyai Arham, dan lebih bersyukurnya lagi, Via di jadikan menantu oleh mereka...
"Sebentar Via buatkan dulu"
*
"Ini kartu ATM, kamu bisa menggunakannya saat kamu perlu uang atau kamu ingin membeli sesuatu. " Gus Ikram menyodorkan salah satu kartu ATM miliknya kepada Ramiah.
Ramiah yang duduk dan sibuk main ponsel langsung menoleh menatap kartu itu. Kepala Ramiah langsung menggeleng tandanya dia menolak pemberian pria itu.
Gus Ikram menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kamu tidak mau? Kamu pasti membutuhkannya, saya tidak selalu datang kemari, mungkin besok saya tidak akan kemari." Ucap Gus Ikram.
Ramiah tersenyum getir, ya jelas ia harus sadar kalau posisinya adalah yang kedua, jadi tidak mungkin suaminya itu selalu datang ke tempatnya.
"Saya akan bekerja. Jadi saya tidak perlu kartu anda."
Mendengar perkataan Ramiah, Gus Ikram langsung melotot. "Bekerja? Siapa yang mengijinkan kamu bekerja hn? Saya tidak mengijinkan kamu bekerja. Karena kebutuhan kamu sudah saya penuhi semuanya." Ucap Gus Ikram dengan tegas, ada geraman tertahan di dalam dirinya. Entahlah tapi mendengar gadis itu akan bekerja, hati Gus Ikram mendadak panas.
"Saya butuh kerja. Maaf, saya tidak butuh persetujuan anda, besok saya akan mulai mencari pekerjaan, saya tidak mau selalu bergantung kepada orang."
"Saya tidak mengijinkannya Putri Ramiah!"
Ramiah tampaknya tersulut emosi mendengar larangan Gus Ikram itu. Ramiah mendongak, matanya menatap tepat pada Gus Ikram dengan tatapan tajamnya. "Saya tidak perlu persetujuan anda."
"Tapi saya suami kamu. Saya berhak di sini. Kamu tanggung jawab saya! Saya tidak akan mengijinkan kamu."
"Terserah! Hidup-hidup saya juga, jadi kenapa pula anda yang harus repot. Anda urusin saja hidup anda sendiri." Sahut Ramiah dengan santai.
Gus Ikram menggeram marah mendengar perkataan gadis itu . "Kamu!" Gus Ikram menunjuk Ramiah. "Turutin apa kata saya!" Desis Gus Ikram.
"Enggak! Saya tetap pada pendiriannya saya, saya tidak--"
Cup
Gus Ikram langsung membungkam mulut Ramiah dengan ciumannya, ia terlalu sangat gemas dengan gadis ini.
*
"Gus Ikram kemana sih? Kok udah hampir sore gini enggak datang juga, udah di hubungi juga enggak di angkat. Mana kerjaan banyak banget lagi. Ini juga ada beberapa berkas yang harus di tanda tangani oleh Gus Ikram" Verdi ngedumel sambil sibuk mengerjakan beberapa berkas dari sekian banyak nya berkas yang menumpuk pada meja Gus Ikram.
"Mungkin lagi sama istrinya ya, kan kemarin pergi ke Bandung, jadi hari ini pengen berduaan sama istrinya, ah saya hubungi saja Ning Via deh. Biar Ning Via saja yang suruh Gus Ikram ke sini. Pasti Gus Ikram langsung ke kantor. Maaf ya Gus, saya harus mengganggu waktunya, tapi kalau nggak di ganggu, nanti pekerjaannya nggak selesai-selesai." Verdi langsung mengeluarkan ponsel miliknya dan mencoba menghubungi Via.
bagus karya mu...
mulutnya benar²,
tidak malu dengan gelar ning nya