kisah seorang gadis cupu yng dijadikan bahan taruhan oleh kakak kelasnya namun ketika taruhannya selesai akankah hubungan mereka berlanjut atau kandas yuk,,dibaca guys,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon scorpio_girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28
Reva mengangguk pelan. "Oke... tapi jangan lama-lama, ya."
Flora terkekeh. "Iya, iya. Aku bakal balik sebelum kamu nangis ke pelukan Mama kamu."
Reva mendelik, tapi ada senyum tipis di wajahnya. "Ih, apaan sih, Flo!"
Flora hanya mengedipkan sebelah mata sebelum berbalik pergi. Reva menarik napas dalam, lalu melangkah masuk ke ruang perawatan dengan hati berdebar.
Di dalam, sang Mama sudah duduk di tempat tidur rumah sakit, wajahnya masih terlihat pucat, tapi ada senyum kecil ketika melihat Reva masuk.
"Reva... sini, Nak."
Reva mendekat, matanya sedikit berkaca-kaca. "Mama... gimana rasanya? Masih sakit?"
Sang Mama mengangguk pelan. "Sedikit, tapi nggak separah tadi. Dokter bilang aku cuma butuh istirahat."
Reva menunduk, menggigit bibirnya. "Mama... aku..."
Sang Mama meraih tangan Reva dan menggenggamnya erat. "Kamu mau bilang apa, Nak?"
Reva menguatkan hatinya, lalu menatap mata Mamanya. "Aku... aku minta maaf, Ma. Aku udah jadi anak yang buruk. Aku nyakitin Mama, aku ngejauhin Mama, dan aku—"
Sang Mama menggeleng lembut, jari-jarinya mengusap punggung tangan Reva dengan penuh kasih sayang. "Nggak ada anak yang buruk, Reva. Kamu cuma butuh waktu buat ngerti kalau Mama selalu ada buat kamu."
Reva menggigit bibirnya lebih kuat, matanya memerah. "Tapi aku nyesel, Ma... Aku beneran nyesel..."
Sang Mama tersenyum lemah. "Kalau kamu nyesel, tunjukin dengan perbuatan, Nak. Jangan menjauh lagi. Mama nggak butuh penyesalanmu, Mama cuma butuh kamu di sini, jadi anak Mama yang dulu lagi."
Reva akhirnya tak bisa menahan air matanya. Ia langsung memeluk sang Mama erat, seakan takut kehilangan. "Aku janji, Ma... Aku nggak bakal ngejauhin Mama lagi... Aku sayang Mama..."
Sang Mama membalas pelukannya dengan penuh kehangatan. "Mama juga sayang kamu, Reva. Selalu."
Saat itu, pintu kamar terbuka dan Flora masuk sambil membawa kantong plastik berisi makanan. "Eh, aku balik—"
Flora terhenti melihat Reva yang masih memeluk sang Mama erat.
Ia tersenyum kecil, lalu berdeham pelan. "Ups, maaf ya. Aku ganggu nggak nih?"
Reva buru-buru menghapus air matanya dan menoleh dengan mata yang sedikit merah. "Flo! Kok balik cepet banget?"
Flora mengangkat kantong plastik di tangannya. "Lah, aku kan cuma beli makanan, bukan pergi jalan-jalan keliling kota."
Sang Mama tertawa pelan. "Terima kasih ya, Flora."
Flora tersenyum. "Sama-sama, Tante. Eh, maksudnya, Mama Reva."
Reva memutar mata. "Gombal banget sih, Flo!"
Flora terkekeh. "Biarin, kan aku emang spesial."
Sang Mama tersenyum hangat melihat interaksi mereka berdua. "Aku senang Reva punya teman sebaik kamu, Flora."
Flora mengangguk mantap. "Tenang aja, Ma, aku bakal jagain Reva terus."
Reva mendengus, tapi tak bisa menyembunyikan senyum tipis di wajahnya. Untuk pertama kalinya sejak lama, hatinya terasa lebih ringan.
Ia menggenggam tangan Mamanya erat.
”mah,,flora ini bukan teman aku tapi pacar aku dan aku harap mama nyetujui hubungan aku ini”
”ya,,kalo mah setuju-setuju aja kan yang jalanin kamu cuman mana minta belajar no satu dan jangan sampai ganggu sekolah kamu
Flora terdiam sesaat, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Eh, kok deg-degan ya tiba-tiba?"
Reva meliriknya tajam. "Jangan lebay, Flo!"
Sang Mama tersenyum lembut. "Selama Flora bisa bikin kamu bahagia dan tetap fokus sama sekolah, Mama nggak masalah, Nak. Yang penting, jangan sampai hubungan kalian bikin kamu lupa sama masa depanmu."
Reva mengangguk cepat. "Iya, Ma! Aku janji bakal tetap belajar dan nggak bikin masalah."
Flora langsung berseru, "Lihat, Ma! Reva jadi rajin belajar demi aku! Kayaknya aku emang pacar yang berpengaruh, ya?"
Reva memukul pelan lengan Flora. "Sok banget sih, Flo!"
Sang Mama terkekeh pelan melihat mereka berdua. "Mama percaya sama kalian. Tapi kalau ada apa-apa, jangan ragu buat cerita ke Mama, ya?"
Reva tersenyum, matanya berbinar. "Iya, Ma. Makasih..."
Flora ikut tersenyum, lalu merangkul Reva. "Dengar tuh, Ma setuju! Sekarang kamu nggak boleh kabur-kaburan lagi kalau aku ajak nge-date!"
Reva memutar mata, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. "Dasar gombal."
keesokan harinya flo dan reva berangkat sekolah
Pagi itu, Flora dan Reva berjalan berdampingan menuju sekolah. Matahari masih malu-malu menampakkan diri, dan udara pagi terasa sejuk.
Flora melirik ke arah Reva yang tampak lebih ceria dari biasanya. “Eh, Re, kok hari ini mukanya bersinar banget? Jangan-jangan habis mimpiin aku, ya?”
Reva mendelik sambil meninju pelan lengan Flora. “Mimpi buruk kali! Udah ah, jangan banyak gaya, kita udah mau sampai.”
Flora tertawa kecil sambil mengusap lengannya yang terkena pukulan. “Ya ampun, pacarku ini suka banget pakai kekerasan, tapi tetep aja gemesin.”
Reva hanya mendengus, tapi pipinya bersemu tipis.
Saat mereka tiba di gerbang sekolah, beberapa teman mereka sudah berkumpul di halaman. Salah satu teman sekelas mereka, Dita, langsung melambai ke arah Reva.
“Reva! Flora! Kalian telat lagi ya?”
Flora mengangkat alis. “Telat apanya? Ini masih jam masuk, Dit.”
Dita mendekat dengan tatapan menggoda. “Iya sih, tapi kayaknya kalian sibuk pacaran dulu sebelum ke sekolah, ya?”
Reva terbatuk pelan, sementara Flora malah menyeringai. “Ih, Dita tahu aja! Iya dong, masa punya pacar cantik kayak Reva nggak dimanfaatin buat quality time?”
Reva mendelik ke arah Flora. “Flo! Bisa nggak sih ngomongnya yang normal?”
Dita terkikik. “Duh, so sweet banget sih kalian. Aku jadi iri.”
Flora tertawa kecil, lalu dengan santainya merangkul Reva. “Ya udah, Dit. Kalau iri, kamu juga cari pacar, dong. Aku rekomendasiin cowok-cowok di sekolah kita, deh.”
Dita mendengus. “Ih, enggak, makasih! Aku sih lebih pilih—”
Tiba-tiba, suara bel sekolah berbunyi, memotong kalimat Dita. Semua siswa langsung bergegas masuk ke kelas.
Flora masih merangkul Reva ketika mereka berjalan menuju ruang kelas. “Re, nanti pulang sekolah kita pergi bareng, ya?”
Reva meliriknya. “Ke mana?”
Flora tersenyum misterius. “Rahasia. Pokoknya ikut aja.”
Reva mengernyit curiga. “Jangan macem-macem, Flo.”
Flora hanya mengedipkan sebelah mata sebelum masuk ke kelas lebih dulu.
Sepanjang pelajaran, Reva terus merasa ada yang aneh. Flora sesekali melirik ke arahnya dengan senyum penuh arti. Bahkan Dita yang duduk di sebelahnya ikut memperhatikan.
“Re, pacar kamu kenapa sih? Dari tadi senyum-senyum sendiri,” bisik Dita.
Reva mendesah. “Aku juga nggak tahu. Pasti ada yang dia rencanain.”
Jam pelajaran berlalu dengan cepat, dan akhirnya bel pulang berbunyi.
Saat Reva hendak merapikan bukunya, Flora sudah berdiri di depan mejanya dengan senyum lebar. “Ayo, Re. Kita pergi sekarang.”
Reva menatapnya ragu. “Ke mana, sih?”
Flora mengulurkan tangan, tatapannya penuh semangat. “Udah, percaya aja sama aku.”
Reva menatap tangan Flora dengan perasaan campur aduk. Akhirnya, ia menghela napas dan menggenggamnya.