Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15 TWINS A
Weekend pun tiba, Daffa sudah berpakaian rapi, wangi, dan keren. Dirinya memantau penampilan di depan cermin.
"Daf?" panggil Anindira mendekat.
Daffa hanya melirik sejenak dan berdehem, lalu dirinya kembali merapikan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan.
"Ini kan weekend, dan kau mau pergi. Jadi, apa aku boleh berkunjung kerumah Mamaku?"
Daffa menghentikan aktivitasnya, dia melemparkan sisir ke sembarang arah. Tangannya menggebrak meja membuat Anindira terjingkat. Wanita itu menunduk, sedangkan Daffa menatapnya dengan tajam.
Anindira merasa takut ketika Daffa menatapnya dengan tajam, dia tidak menyangka bahwa Daffa akan bereaksi seperti itu.
"Kenapa kau harus pergi? Apa kau tidak betah lagi tinggal disini?" Daffa bersidekap.
Anindira merasa sedih. "Tidak! Bukan begitu, kenapa kau bisa berpikir seperti itu, Daffa? Aku, aku hanya ingin membantu Mama. Tadi dia menelepon, katanya membutuhkan bantuan karena hari ini banyak pesanan cake." ucap Anindira jujur.
"Kau tidak boleh pergi!" keputusan Daffa.
"Aku tidak mengerti kenapa kau tidak mengizinkan aku pergi. Aku hanya ingin membantu Mama, setelah itu aku akan pulang secepatnya." kata Anindira, dengan suara yang bergetar.
Daffa tidak menjawab, dia hanya memandang Anindira dengan tajam dan tidak berbicara. Anindira merasa tidak nyaman dengan situasi ini dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia hanya bisa berdiri di sana dan menunggu Daffa berbicara.
Setelah beberapa saat, Daffa finally berbicara. "Aku tidak ingin kau pergi karena aku tidak ingin kau meninggalkan aku sendirian di rumah ini," kata Daffa, dengan suara yang lembut. Berusaha memegang tangan Anindira.
'Hah? Ada apa dengannya? Kenapa bicaranya jadi manis begini?' batin Anindira merasa heran.
Anindira kaget dengan pengakuan Daffa, dia tidak tahu apakah perkataan Daffa itu benar atau hanya sebuah alasan saja. "Daf, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Aku hanya ingin membantu Mama dan kemudian aku akan kembali," kata Anindira, mencoba tersenyum.
Daffa tidak terpengaruh oleh janji Anindira, dia masih tidak ingin Anindira pergi. "Aku tidak peduli dengan janjimu, Anin! Aku tidak izinkan kau pergi! Itu jawabanku." kata Daffa, dengan nada tinggi, tersulut emosi.
"Ada apa denganmu, Daffa? Kadang-kadang kau bicara manis, tapi kadang-kadang kau juga bicara kasar, membentakku!" tanya Anindira, dia sangat sedih karena tidak diizinkan untuk pergi membantu orangtuanya.
"Diamlah, Anin! Jangan membantah, jadilah istri yang baik, dan penurut." ucap Daffa pergi meninggalkan Anindira yang hanya diam mematung di tempatnya.
"Jangan berani pergi tanpa persetujuanku! Ingat itu. Kalau kau melanggarnya, aku akan berikan pelajaran padamu." gertak Daffa sebelum menutup pintu. Anindira mengingat kejadian yang Daffa lakukan padanya tadi malam. Dia masih merasa trauma dan juga takut. Pada akhirnya, Anindira memutuskan untuk berdiam diri di dalam kamarnya.
*****
Ayuna sedang bersiap untuk pergi jalan-jalan hari ini. Ya, weekend. Dia harus memberikan kesempatan untuk menyenangkan dirinya sendiri. Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, masalah pelecehan, kini Ayuna tinggal dirumah Tantenya. Dan itu atas kemauannya sendiri karena Yudha tidak sanggup mengusir Raiden dari rumah.
Yuna berjalan menuruni anak tangga sambil bersenandung, penampilannya pagi ini sangat cantik, seksi, dan modis. Meskipun dirinya belum bekerja, tetapi Yuna selalu memiliki uang. Ya, pemberian dari Yudha. Setiap bulannya pria itu akan memberikan jatah uang jajan pada Yuna, dan jumlahnya cukup besar.
"Kau mau kemana?" tanya Nilam— Adik ipar Yudha.
"Eh, ada Tante. Aku ingin pergi keluar, menikmati akhir pekan." sahut Yuna dengan santai, duduk disebelah Nilam.
"Weekend? Bukankah setiap hari sama saja bagimu?'' sindir Nilam yang memang kurang suka pada Ayuna. Dulu Nilam mengincar Yudha untuk menjadi suaminya, tetapi pria itu lebih memilih wanita lain untuk dinikahi dan pada akhirnya, Nilam dilamar oleh Sofyan, Adik kandung Yudha.
"Kau benar, Tante. Semua hari sama saja bagiku, yaitu melihat raut wajahmu yang sangat menyebalkan dan tidak enak dipandang." balas Ayuna tidak mau kalah, dia tahu betul jika Nilam sedang berusaha memancing amarahnya.
"Bicaralah yang sopan, Ayuna! Apa kau lupa, kau ini tinggal dimana?" Nilam mengeraskan rahangnya.
"Aku tinggal dirumah Pamanku, kau puas?'' sahut Yuna tanpa rasa takut.
"Sepertinya kau harus diberi pelajaran, dan aku sendirilah yang akan memberikannya." Nilam hendak menampar Ayuna, tetapi gadis itu mencengkram tangan Nilam dengan kuat.
"Tidak sekarang, Tante. Aku sedang ingin bersenang-senang, kau tidak akan bisa membuat mood-ku hancur." Yuna melepaskan cengkeramannya dengan kasar.
Nilam mengepalkan kedua tangannya dengan erat. 'Gadis itu! Susah sekali untuk mengusirnya pergi dari rumah ini. Baru beberapa hari disini, melihat wajahnya saja sudah membuatku kesal. Dia mengingatkan ku pada Yuriska, Mama angkatnya yang sudah jadi almarhumah itu!' batin Nilam emosi menatap kepergian Ayuna, bahkan gadis itu terus saja bersenandung, tidak mempedulikan kemarahan Nilam.
Beberapa menit kemudian.
Ayuna sudah sampai di tempat tujuan. Dia masuk ke dalam gedung yang bertuliskan ARA BEAUTY SALON. Terlihat ramai pengunjung, Yuna pun memilih bangku paling ujung yang masih kosong, dan hanya tersisa satu itu. Jika ada customer yang datang lagi, pasti mereka harus menunggu. Namun, saat gadis itu ingin duduk, seorang wanita menarik kursi itu. Ayuna kembali menegakkan tubuhnya, dia dan wanita tadi, mereka saling tatap.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya