NovelToon NovelToon
Can We?

Can We?

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:334
Nilai: 5
Nama Author: Flaseona

Perasaan mereka seolah terlarang, padahal untuk apa mereka bersama jika tidak bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Flaseona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Can We? Episode 23.

...« Akhirnya Adek mau ikut »...

“Mami...” Panggil Arasya lirih. Keduanya berada di dapur, berpisah dari para tamu arisan yang sudah sibuk menikmati hidangan.

“Iya, Adek? Gimana? Adek mau makan?”

Arasya menggelengkan kepalanya. Ekspresi sendu yang ditampilkan oleh gadis itu membuat Mami khawatir.

“Adek kenapa? Siapa yang nakal ke Adek? Mas Gavan atau Mas Devan?” tanya Mami. Beliau seketika meninggalkan aktivitasnya membuat minuman tambahan. Memfokuskan diri pada anak gadisnya yang murung.

“Kata Yoka, Mami bilang ke Mbak Yoka kalau aku pacarnya Mas Gavan. Kenapa? Kemarin juga waktu liburan, temen-temenku bilang aku kayak pacaran sama Mas. Emang iya? Aku jadi pusing mikir itu terus.” Keluh Arasya sambil meraih tubuh Mami untuk dipeluk.

Mami merasa panik mendengar keluhan tersebut. Beliau membalas pelukan Arasya dan menepuk serta mengusap punggung anak gadisnya. Menenangkan Arasya serta menggumamkan kata maaf beberapa kali.

“Maaf ya, Adek, ya? Mami bikin Adek pusing, ya? Maaf ya Mami nakal bikin Adek mikir terus. Mami cuma becanda aja sebenernya, biar Yoka gak usil sama Adek. Gak gangguin Adek. Eh ternyata malah bikin Adek sakit ya kepalanya? Maaf, ya, Adek.” Ujar Mami kelewat lembut.

Mami melepaskan pelukannya, sedikit memberi jarak agar beliau bisa melihat Arasya. “Kalau masalah temen Adek, itu gak perlu Adek bawa ke hati. Mereka cuma menyampaikan sudut pandang mereka. Yang mungkin gak pernah terjadi di keluarga mereka. Adek sama Mas ‘kan udah dari kecil deketnya, semua gerak-gerik Adek sama Mas udah dilakuin sejak kecil juga. Mami, Mas Devan gak pernah kepikiran Adek sama Mas Gavan pacaran karena kami tahu kebiasaan Adek. Tapi kalau temen-temen Adek? Yang baru kenal dari SMA, pasti baru tahu juga interaksi Adek sama Mas, ‘kan? Adek paham?”

Tempo bicara Mami dibuat seperlahan mungkin agar Arasya bisa memahami tanpa kebingungan. Tangan beliau tidak tinggal diam, mengusap pipi kemudian rambut Arasya secara bergantian.

Seperti biasa Arasya sempat terdiam sejenak, berusaha mencerna penjelasan yang diberikan Mami. “Tapi emang gapapa kalau aku pacaran sama Mas?”

Kedua alis Mami spontan naik, kemudian terkekeh kecil. “Ya gapapa dong, Adek. Justru Mami seneng punya calon mantu kayak Adek. Tapi gak boleh menikah dulu, ya, tunggu Adek besar sedikit lagi.”

“Enggak. Aku cuma tanya aja. Aku gak mau sama Mas, takut.” Arasya bergidik ngeri membayangkannya.

“Takut sama Mas? Kenapa?”

Suara lain tiba-tiba muncul di tengah-tengah perbincangan Arasya dan Mami. Membuat si kecil tersentak kaget lalu bersembunyi di belakang punggung Mami. Sedangkan wanita paruh baya itu semakin tertawa kencang.

Gavan melangkah mendekati keduanya. “Lagi bahas apa sampai takut sama Mas?” todongnya dengan satu pertanyaan.

Meskipun memiliki jawaban atas pertanyaan tersebut, keduanya enggan menjawab. Yang satu karena ketakutan, yang satu lagi masih sibuk tertawa. Merasa terhibur dengan suasana di dapur itu.

“Aduh, udah deh. Mami capek ketawa.” Ucap Mami sambil mengusap perutnya. “Ayo, Adek. Mau makan atau bantu Mami?”

“Bantu Mami aja.” Jawab Arasya buru-buru. Kemudian keduanya sibuk membuat minuman yang sempat tertunda, total mengabaikan keberadaan Gavan.

Si sulung menghela nafas perlahan. “Dek, gimana? Besok mau ikut Mas?”

Yang ditanyai seketika menoleh ke arah Mami, kemudian memelas untuk mendapatkan atensi.

“Ikut aja, Adek. Enak. Nanti dibeliin jajan banyak. Eh, Mas nginepnya di hotel yang ada kolam renangnya, lho. Adek udah lama gak renang deh kayaknya. Sekalian aja sama Mas.”

Jawaban yang diberikan Mami tidak seperti yang dibayangkan Arasya, membuat gadis itu terkejut singkat. “Mami...” Gumamnya tidak bisa berkata-kata.

Bukankah tadi Arasya sudah bilang bahwa ia takut pada Gavan? Bukankah harusnya Mami membantu Arasya menolak ajakan Gavan? Kenapa Mami justru ikut membujuk Arasya? Rasa-rasanya ia ingin menangis karena merasa terpojok sehingga tidak bisa menolak ajakan Gavan.

Padahal, apa yang sekarang sedang membuat Arasya kesal adalah ulah Gavan sendiri. Sebuah fakta jika Gavan sudah memberitahu Mami atas keinginannya untuk mengajak Arasya. Menyuruh sang ibu agar membantu membujuk Arasya, sebab Gavan sudah menebak jika Arasya akan menolaknya.

Jadi, ini adalah rencana cadangan Gavan. Masih ada rencana lainnya jika Arasya lagi-lagi menolaknya. Tetapi kalau tidak, Gavan akan berterima kasih pada Mami dan membelikannya sesuatu yang disukai beliau.

“Mau renang, Mami. Tapi gak mau ikut Mas.” Rengek Arasya. Memberanikan diri.

“Lho kenapa? Mas gak jahat sama Adek beneran deh. Gak akan nakal sama Adek kayak Mas Devan tuh. Kemarin liburan Adek ditemenin sama Mas Gavan. Mas gak nakal sama gak jahat, ‘kan?”

Mami meraih lengan kecil Arasya dan mengusapnya ke atas-bawah secara berulang.

“Tapi besok enggak liburan. Kalau aku ditinggal kerja gimana?”

“Gak akan, Adek. Mas gak akan ninggalin kamu. Mas ajak kamu ke manapun Mas pergi. Janji.”

Gavan berani mendekat lalu mengambil alih Arasya agar gadis itu hanya menatapnya.

“Terus kalau aku bosen pas Mas lagi kerja gimana? Pasti bikin kesel Mas. Jadi ganggu Mas kerja. Mending juga aku gak ikut, Mas.” ujar Arasya dengan serius.

Gavan tertawa kecil, memeluk Arasya dan sedikit menggoyangnya ke kanan dan kiri. “Mana mungkin deh Mas pernah ke ganggu sama kamu, Dek? Semisal bosen, Mas bisa berhenti kerja. Kita jalan-jalan sambil beli jajan. Gimana? Beneran Mas gak bohong. Nanti kalau Mas bohong kamu bisa lapor ke Mami.”

Mami yang melihat interaksi keduanya hanya bisa tertawa gemas. Kemudian memilih untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Ya udah, tapi aku mau makan ramen yang banyak juga.” Pinta Arasya, pun dengan terpaksa membalas pelukan Gavan. Meskipun bibirnya mengerucut hampir menyamai panjang hidungnya.

Gavan tersenyum penuh kemenangan. Jadi ia tidak memerlukan bantuan lain karena bujukan sang Mami berhasil. “Siap, Adek. Apapun yang kamu pengen Mas beliin.”

Suasana di dapur itu berubah hangat, Gavan mencoba mencairkan suasana sehingga perasaan Arasya berubah lebih ceria. Masih dengan berpelukan Gavan mendengarkan semua syarat yang diajukan Arasya. Demi mau ikut bersamanya.

“Wah, ketahuan! Mas Gavan ngapain peluk-peluk calon pacar aku, ya?!” teriak Yoka.

Bocah cilik itu berlari menerjang pelukan antara Gavan dan Arasya. Kemudian menjauhkan Arasya dari posisi Gavan, Yoka berdiri di depan Arasya. Kembali berlagak seperti seorang pria yang melindungi wanitanya.

“Untungnya aku percaya sama Mas Devan, kalau enggak, pasti Kak Ara udah Mas Gavan culik!” tuduh Yoka menggebu-gebu.

Arasya dan Gavan sama-sama membeku, masih berusaha mencerna kejadian yang terlalu cepat itu.

“Ya ampun, anak kecil ini.” Mami datang dari belakang Gavan dengan membawa seceret minuman dingin. “Udah dibilangin Kak Ara tuh udah punya pacar. Jangan diganggu kenapa sih?! Kamu mau emangnya dimarah sama pacarnya Kak Ara? Dia lebih gede lho dari kamu! Ayo cepet sini, minum es aja sama Mami!” ocehnya sambil menarik Yoka meninggalkan Gavan dan Arasya di dapur.

...« Terima kasih sudah membaca »...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!