Kiara Putri terpaksa pergi dari suaminya saat ia hamil besar. Ancaman dari istri pertama suaminya, membuat ia nekat perg apalagi setelah sang ibu meninggal karena ulah istri pertama suaminya.
Namun, setelah anak yang ia lahirkan berusia 7 tahun, ia terpaksa kembali ke kota untuk menemui laki-laki yang telah memperistri nya.
Bayu Aksara Yudhistira, laki-laki yang kehilangan ingatan karena sebuah kecelakaan. Ia tidak tahu bahwa selain Yumna Cempaka yang sudah berstatus mantan istrinya, ia masih punya istri lain bahkan juga seorang anak.
Bagaimana kehidupan mereka saat keduanya kembali di pertemukan?
Happy Reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AA 12 Pengakuan
Ayah Anakku (12)
Kiara mematung. Ia tak pernah menyangka obrolannya tentang Yumna akan terdengar oleh Bayu.
" I_itu..."
Glekk
Kerongkongan Kiara terasa kering.
" Jelaskan!," tegasnya. Satu kata perintah yang membuat Kiara semakin tak mampu berkata-kata. Selain ia tidak yakin Bayu akan percaya, kisah itu mengorek luka lamanya.
" assalamualaikum, Nda!!! Ambu!!!," kehadiran Aksa membuat suasana sedikit mencair.
" Wa'alaikumussalam," jawab kedua perempuan itu seolah merasa lega.
Tidak hanya Kiara, Ambu pun di buat ketar-ketir dengan aura Bayu yang menyeramkan.
" Aksa kenapa sudah pulang?," heran Kiara. Biasanya paling cepat anaknya itu akan pulang satu jam lagi.
Itu pula yang membuat Kiara merasa berani bercerita dengan Ambu. Karena berpikir Bayu tidak akan mendengarnya.
" Tadi, kakek Burhan marah-marah lagi sama Ustad Fajar. Kita di suruh pulang. Katanya madrasah nya mau di robohkan. Kita di suruh pindah mengaji ke desa sebelah," adu Aksa dengan bibir mengerucut.
Anak itu sedang kesal tapi, malah tampak menggemaskan.
" Astaghfirullah, kakek tua bau t@nah itu masih berulah?," kesal Ambu. Ia tak segan mencaci laki-laki yang merupakan teman sepermainan nya saat kecil.
" Sebenarnya kenapa, Ambu? Kenapa Pak Burhan itu selalu mengungkit tanah yang sudah di wakaf kan orang tuanya?," tanya Kiara heran.
Tanah sudah di wakafkan malah di bilang hak nya sebagai ahli waris.
Bayu yang penasaran ikut duduk di kursi yang kosong. Mereka duduk mengitari meja makan.
" Paling untuk anaknya yang mau menikah. Dia mau bikin acara megah tapi tidak ada dana. Jadilah begini, mencari jalan tak halal," gerutu Ambu luar biasa kesal.
" Padahal, Aksa maunya mengaji disana. Di desa sebelah ustadz nya galak," celetuk Aksa.
" astaghfirullah..." Ambu baru sadar jika ia memakai di hadapan anak kecil.
Paham akan pembicaraan yang tidak pantas di dengar anak kecil, akhirnya Kiara mengalihkan perhatian Aksa.
" Aksa, ini ada makanan. Tolong berikan pada Abang Raka ya?,'
" Siap, Nda!!," ucapnya antusias. "tapi, Aksa mau main sama bang Raka ya. Mau bawa Lego yang di bawa Ayah," izinnya.
" boleh, sayang. Tapi, pulang sebelum Maghrib ya,"
" Ok," Aksa mengambil mainannya terlebih dahulu lalu membawa sekantong keresek makanan untuk Raka.
" Tadi, saya berbicara dengan Ustadz Fajar. Katanya tanah wakaf itu sertifikat tanahnya belum beralih nama? Kok bisa begitu, Ambu?,"
Desahan kecil terdengar. "itu dia. Kita dulu tidak langsung membuat suratnya. Tidak pernah berfikir akan menjadi masalah kedepannya begini,"
Orang dulu terlalu positif thinking. Tidak tahu saja yang namanya harta bisa merubah tabiat seseorang.
" Mas bisa tolong?" Kiara memberanikan diri meminta pada suaminya.
Ia pun tak ingin madrasah itu di robohkan.
" Kalau masalahnya seperti itu akan sulit, Kia," panggil Bayu. Jika orang sekitar memanggilnya dengan panggilan Ara. Ia masih nyaman dengan panggilannya sendiri.
" Hah,"
Hening. Ketiganya bingung. Mereka seolah lupa pembahasan soal Yumna.
.
.
" Aku tidur di kamar Aksa saja," ucap Kiara.
Ranjang miliknya hanya ranjang single. Akan sangat sempit jika digunakan dua orang dewasa. Walaupun ranjang Aksa sama ukurannya, setidaknya ia tidak canggung dengan anak sendiri.
" Kenapa kamu selalu berdebat setiap akan tidur denganku?,"
Kiara hanya meringis menggaruk tengkuknya.
" Mas mungkin tidak akan nyaman. Mas tidak akan leluasa,"
" Kita akan tidur. Bukan guling-guling tidak jelas,"
Kiara semakin meringis dengan jawaban absurd dari suaminya.
" Kemari dan tidurlah. Ini cukup. Kita bisa saling menghangatkan."
Blushhh
Mau tak mau, Kiara berjalan ke arah ranjang. Ia merebahkan tubuhnya di tepi ranjang.
"kamu akan terjatuh jika terlalu mepet ke pinggir," Bayu menarik Kira hingga tubuh keduanya tanpa jarak.
Punggung Kiara menempel dengan dada suaminya.
" Begini lebih baik. Kamu akan aman. Tidak akan jatuh,"
Kiara hanya merotasi matanya. Jantungku yang tidak akan. Sebenarnya dia kenapa? Sangat berubah sejak amnesia. Batin Kiara
"Sekarang katakan apa yang dilakukan Yumna ada Ibu?," tanya Bayu
Kiara tersentak. Ia pikir Bayu melupakan pembahasan itu.
" jangan kamu berpikir kalau aku melupakan masalah itu,"
Hening .
" Lebih baik jangan di bahas. Mas pasti tidak akan percaya," cicit Kiara.
Yang Kiara pahami, Bayu sangat mencintai Yumna. Jadi, kecil kemungkinannya Bayu akan percaya Yumna akan melakukan hal kej1 pada orang lain.
" Kenapa kamu berpikir seperti itu?," suara Bayu begitu lembut. Tidak ada pemaksaan seperti biasanya.
" Mas tidak mungkin percaya kalau orang yang mas cintai melakukan hal buruk. Dan aku tidak ingin membuang waktu menjelaskan sesuatu yang akhirnya bisa aku tebak,"
Cup
Deg
Tubuh Kiara kembali menegang. Ciuman di tengkuknya itu membuat jantungnya semakin berdetak cepat.
" Jika dulu, mungkin aku tidak akan percaya. Tapi, sekarang aku pasti mempercayaimu," tegasnya tanpa ada keraguan.
" Kenapa?," tanya Kiara spontan.
" Dia saja bisa berselingkuh dariku. Hal yang mustahil aku percaya sebelumnya karena dia mencintaiku," ucapnya tersenyum getir.
Ternyata, Yumna hanya mencintai kemewahan yang ia dapatkan setelah menikah denganku. Batin Bayu.
" jadi, katakan sekarang padaku. Apa yang dia lakukan pada ibu?,"
Kiara mulai terhanyut dengan sikap lembut Bayu. Apalagi ini kali kedua ia mendengar Bayu menyebut ibunya dengan panggilan 'ibu' bukan bibi.
Kiara menghembuskan nafas mencoba menetralisir sesak di dada.
" Dia m3mbunuh ibu..," jawabnya terbata.
Srettt
Bayu membalikkan tubuh Kiara. Kini keduanya saling berhadapan.
" Membunuh bagaimana?," tanyanya bahkan suaranya meninggi.
Bayu pikir kematian ibu mertuanya karena penyakitnya. Bukan karena hal lain.
" Bu Yumna marah karena aku tidak pergi seperti keinginannya. Padahal aku memang tidak bisa pergi karena mas mengunciku di kamar."
Air mata Kiara mulai menetes. Ia bahkan belum pernah lagi berziarah karena ia kabur.
" Jadi, hari itu ..?," Bayu ingat hari itu. Hari dimana ia memergoki Kiara yang akan pergi.
Karena emosi, ia mengunci Kiara di kamar. Ia langsung wegi meninggalkan Kiara tanpa mau mendengar apa yang Kiara katakan di balik pintu. Bayu tahu Kiara mengatakan sesuatu. Hanya saja ia menuliskan telinganya.
" Hmm. Aku sudah berteriak meminta mas membuka pintu. Menjelaskan kalau ibu dalam bahaya. tapi, mas tidak membuka pintu sampai akhirnya dokter menelpon dan mengatakan ibu sudah tiada," tangis Kiara kembali pecah.
Bayu langsung mendekapnya. Ia menjadi merasa bersalah. Ia pikir Kiara kabur tanpa alasan.
"Maaf" bisiknya.
" Tidak lama kemudian, Bu Yumna menelpon dan mengatakan itu salahku yang masih bertahan di rumah." Kiara tak menanggapi permintaan maaf Bayu. ia melanjutkan ceritanya.
Bayu mengusap air mata Kiara. Rasanya ia merasa menjadi orang jahat. Kematian mertuanya secara tidak langsung adalah salahnya.
" Lalu kepergian mu juga karena ancaman Yumna?,'
Anggukan Kiara membuat tangan Bayu terkepal. Kini ia tahu, kepergian Kiara bukan karena keinginannya sendiri.
Kamu akan mendapatkan balasannya, Yumna.
.
.
TBC