Sikap dingin pengabaian yang berlangsung begitu lama dari tunangannya membuat seorang gadis bernama Iris takut dibuang hingga dirinya bersikap kasar, keji dan obsesi atas nama cinta kepada setiap wanita yang mendekati tunangannya sampai pada akhirnya itu membawanya dan keluarganya kepada kematian.
Di saat terakhir kematiannya, akhirnya terlihat jelas tatapan dingin benci dari tunangannya dan disadarinya jika cintanya adalah sepihak dan bodoh, tapi semuanya terlambat kini hanyalah penyesalan. Dewa yang kasihan dengan Iris memberikannya kehidupan ketiga untuk penebusan dosanya dan kebahagiaannya.
Di kehidupan barunya, Iris mencari tumpukan emas dan menyebarkan rumor palsu tentang kekasih palsunya di dalam pertunangannya demi pembatalan pertunangan. Anehnya bukan pembatalan diterima, tapi malah perasaan yang pasang surut dan manis pahit terikat melalui pembuktian cinta pangeran. Akankah perasaan Iris yang ditutup kembali terbuka? Akankah Iris bahagia?
Chasing Gold And Avoid The Prince
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliza eri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Bermain Perasaan
Iris mengangkat cangkir teh yang pahit tanpa menambahkan gula batu. Sang pengeran melihat kebiasaan Iris yang sudah dilakukan seperti biasa, sejak kecil membuat sang pangeran di depannya teringat asal muasal kebiasaan Iris yang suka minum teh tanpa gula. Terjadi saat masih kecil di sebuah gazebo taman kerajaan dengan beberapa pelayan yang mendampingi mereka di sana dengan jarak yang jauh.
"Pangeran... Pangeran... Aku kemarin telah belajar etiket menyeduh teh dari guru etikaku,"
"Guruku memujiku jika teh yang aku buat sangat baik dan dituangkan dengan sempurna,"
"Aku juga bisa menuangkan untuk anda jika anda mau?" ucap Iris dengan penuh senyuman dan semangat sambil menunjuk teko
Sang pengeran yang tidak menjawab pertanyaan dari Iris membuat Iris menganggap jawaban itu adalah iya. Iris dengan tangan kecil menuangkan teh panas ke dalam cangkir sang pangeran tanpa melakukan kesalahan sedikitpun, tapi sosok yang cangkir tehnya di isi sama sekali tidak mengatakan terima kasih ataupun memberikan pujian kepada Iris yang berusaha keras menjadi gadis yang sempurna untuk pasangannya.
"Ah iya, pangeran apakah anda mau menggunakan gula batu? Jika mau mau menggunakan berapa?"
"Kalau aku suka menggunakan tig-"
"Tidak perlu, aku tidak suka yang manis-manis dan teh pahit seperti sudah cukup untukku minum," Sela pangeran dengan dingin di jawab dengan anggukan paham oleh Iris sambil tersenyum pahit
Iris yang awalnya ingin mengatakan tentang kesukaannya sendiri, mengurungkan niatnya dan ikut mengatakan hal yang sama tentang kesukaannya mengenai teh. Sang pangeran jelas diam-diam menyadari jika Iris sangat menyukai minuman yang manis, tapi dia menahannya demi mendapatkan kata pujian ataupun perlakuan manis. Kadang itu membuat sang pengeran merasa terganggu, karena semua hal yang dilakukan oleh dirinya menjadi bagian kesukaan Iris bahkan sampai saat dewasa ini.
"Aku ingat sekarang, alasan kamu mengetahui aku tidak menyukai makanan yang manis,"
"Tapi, kamu tau bukan berarti aku benar-benar membenci makanan yang manis karena aku tidak menyukainya," ucap sang pangeran di jawab dengan anggukan paham oleh Iris
"Ah begitu, baiklah aku akan mengingatnya, tenang saja kue ini akan cocok dengan kue yang dipilih oleh pemilik toko roti itu," ucap Iris dengan senyuman kemudian meminum teh yang disajikan
"Jadi, ada keperluan apa kamu berkunjung kemari lady Drachenschatz?" tanya sang pangeran langsung membuat Iris menurunkan cangkirnya dan menatap lurus sosok laki-laki di depannya
"Aku kemari ingin bertanya mengenai yang kamu katakan sebelumnya padaku kemarin,"
"Apakah kamu benar-benar serius ingin melakukan sesuatu seperti itu? Apakah karena aku berubah menjadi gadis yang berusaha melangkah menjauh darimu baru aku gadis yang menarik?"
"Jika memang seperti itu alasan yang kamu gambarkan di dalam hubungan kita, maka kamu hanya tertarik atau penasaran dengan yang terjadi padaku bukan murni karena memang kamu jatuh cinta padaku bukan?" ucap Iris dengan senyuman pahit dan nada yang tegas ke arah sosok yang di depannya
Sang pangeran yang di tatap hanya diam tidak menjawab, beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Iris memang benar adalah jawaban yang menjadikan dia menginginkan Iris. Akan tetapi, perasaan takut di rebut hak kepemilikannya atau kasih sayang yang selama ini hanya dia miliki atau dicurahkan hanya kepadanya tiba-tiba menjadi milik laki-laki lain di masa yang akan datang, membuat sang pangeran merasa terbakar atau kesal.
"Aku selama ini mungkin tidak banyak bicara atau mengekspresikan diriku dan aku juga masih bingung dengan perasaanku saat ini,"
"Oleh karena itu bolehkah aku memastikannya dengan menemui dirimu? Supaya aku tidak bermain-main dengan perasaan milikmu lagi,"
Chasing Gold And Avoid The Prince