NovelToon NovelToon
RED FLAG

RED FLAG

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Eva Rosita

"Kita putus!"

"putus?"

"ya. aku mau kita menjadi asing. semoga kita bisa menemukan kebahagiaan sendiri-sendiri. aku pergi,"

"Silahkan pergi. tapi selangkah saja kamu melewati pintu itu ... detik itu juga kamu akan melihat gambar tubuh indahmu dimana-mana,"

"brengsek!"

"ya. itu aku, Sayang ..."


***

Bagai madu dan racun, itulah yang dirasakan Eva Rosiana ketika jatuh dalam pesona Januar Handitama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Rosita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

Yang namanya tempat kos anak muda, terlebih lagi yang isinya dominan anak kampus. Pasti tidak jauh dari kata berisik, terutaman di hari minggu begini. Ada yang tertawa sampai suaranya  sampai kamar yang lain. Ada yang ngobrol dengan suara kenceng, ada yang masih tidur, ada yang sudah ribut juga sama pasangannya.

Seperti ditempat Eva sekarang, berisik sekali tempatnya. Janu berulang kali ingin mengumpat atau mendatangi mereka agar diam. Masalahnya dikamar ini ada Eva yang sakit dan sedang tidur setelah minum obat.

Janu takut Eva terganggu tidurnya.

Sumpah, semalam saja Janu disuruh menginap disni bisa setres dia.

Padahal tidak tiap hari kok suasana dikos seramai ini. Hanya hari libur saja mereka akan lolos sensor mulutnya.

Ngomong-ngomong, sekarang Janu sedang menunggu Eva yang tidur. Dia tak sampai hati jika meninggalkan gadis incerannya itu sendirian dalam keadaan sakit.

Kalau dihitung-hitung sih sudah tiga jaman Janu menunggunya. Duduk diam di lantai dengan punggung menyandar ke ranjang tempat Eva tidur. Bersama ponsel mahalnya sebagai teman untuk menemaninya.

Sesekali Janu duduk menyamping hanya untuk memperhatikan Eva dalam diam. Tangannya juga tak mau diam untuk memberikan sentuhan lembut ke pipi gadis itu.

“Gue heran, Va. Kenapa gue bisa tergila-gila sama lo secepat ini?” gumamnya sendiri.

Kalau dipikir-pikir memang aneh, Janu seperti diberi kejutan tentang perasaannya yang aneh. Sejak pertama kali bertemu langsung tertarik ke Eva. Dan anehnya lagi, perasaan tertarik itu berubah menjadi ingin memiliki secepat itu.

Aneh, menurutnya. Tapi keanehan itu nyata ia rasakan. Dia juga gila rasanya karena seminggu lalu tidak bisa melihat wajah Eva.

Tak berselang lama, Janu melihat kedua mata Eva yang tertutup itu bergerak, mengerjap sangat pelan. Sedikit ringisan nampak diwajah Janu, karena mungkin gadis itu bangun karena sentuhan tangannya. Tapi meskipun begitu Janu tak mau menjauh sama sekali. Yang ada dia meletakkan tangan kirinya di atas tepi kasur dekat bantal yang Eva pakai, lalu ia tumpukan dagu di atas lengannya itu.

“Jan?” suara serak nan lirih dari Eva terdengar hampir seperti gumaman.

“Hmm,”

“Lo masih disini?”

“Em-hmm,” Janu mengangguk, “Mau minum?” tawarnya dengan bisikan lembut.

Eva terdiam, tak menjawab pertanyaan Janu. Ada sedikit keraguan didalam benaknya, apa benar cowok ini menunggunya tidur.

“Lo keringetan. Bisa dibuka aja nggak selimutnya?” suara lembut dan berat Janu menguar lagi ditelinga Eva.

Berhadapan dengan jarak sedekat ini, ditambah lagi dengan kedua netra yang saling terpaku, membuat Eva tertegun. Tiba-tiba saja jantungnya bekerja lebih cepat. Tidak mungkin ini efek obat yang beberapa jam dia minum, karena dia tahu persis detakan dari jantungnya ini merujuk ke soal rasa.

Apa perasaan ini udah bener-bener dateng? atau Cuma gue saja yang sensitif karena sakit?

Sedang asyik bertanya ke hatinya sendiri, tiba-tiba dia merasakan tangan Janu yang dengan pelan menyingkirkan rambut lepek di keningnya.

Ah, cowok bertato ini memang selalu tanpa permisi melakukan kontak fisik dengannya. Selalu seperti itu, dan selalu diterima juga oleh Eva.

Janu itu physical touch sekali orangnya.

“Va, gue buka ya selimutnya?”

Eva mengangguk pelan. Oke kali ini akan dia turuti apa kata hatinya, menerima segala pemberian Janu. Ingin mengetahui sejauh apa hatinya menerima cowok asing itu.

Memantapkan hati membuka pintu untuk tamunya, beri kesempatan untuk me njamu tamunya sebelum memutuskan untuk menyuruh pergi atau tinggal.

Janu membuka selimut Eva setelah mendapatkan izin. Kamar Eva ini tak pakai AC, hanya ada satu kipas angin yang suaranya seberisik hatinya sekarang.

“Mau duduk?” perhatiannya Janu, melihat Eva yang bergerak. Dengan mendengar gumaman dari gadis itu, Janu langsung beranjak dan membantunya duduk.

Padahal Eva bisa sendiri, dia hanya demam bukan sekarat. Tapi ya mau bagaimana, namanya juga orang cinta.

“Thanks, Jan,” ucap Eva yang hanya dibalas anggukan dan senyuman tipis dari Janu.

“Masih pusing?” tanya cowok bertato itu seraya menyentuh kening Eva, memastikan apa gadisnya itu masih panas. “Udah turun demamnya. Minum ya, biar nggak dehidrasi,” bukan tawaran, tapi perintah yang dia keluarkan.

Janu mengambil botol berisi air mineral yang masih baru. Dia tadi membelinya karena melihat di kamar kos Eva ini tidak ada dispenser atau tempat air minum sama sekali.

Hah, Janu rasanya ingin sekali menyuruh Eva pindah dari tempat ini. Terlalu sempit dan berisik, juga tidak lengkap fasilitasnya. Kelebihannya hanya tempatnya bersih dan ada kamar mandi didalam.

Sekali lagi Eva gumamkan terima kasihnya setelah minum dan mengembalikan botol itu ke Janu.

“Jan,”

Janu menaikkan kedua alisnya bertanya dan menunggu kelanjutan dari ucapan Eva.

“Ada yang hubungin lo nggak? keluarga Gilang, maybe?”

“Mereka ada hubungin lo?” Janu malah melempar balik pertanyaan ke Eva.

Eva menggeleng pelan, “Nggak ada. Tapi gue takut aja mereka nuntut lo?”

“Nggak akan. Lo tenang aja ya. Gue pastikan nggak akan ada kejadian Gilang berani ganggu lo lagi,” tekan janu mengatakannya dengan penuh keseriusan. “Percaya sama gue ya, Va?” lanjutnya karena gadis itu hanya diam. Dan pertanyaan terakhirnya itu bukan hanya merujuk ke masalah Gilang, tapi Janu ingin Eva percaya kepadanya dalam hal apa pun.

Beberapa detik diamnya, akhirnya Eva mengangguk pelan. Entah benar atau tidak dugaannya jika Janu memintanya untuk percaya bukan hanya tentang Gilang. Lebih dari itu yang Eva tangkap. Dan Eva memilih untuk mengiyakan.

Pintu kamar Eva ada yang mengetuk, dan tak lama terbuka dari luar. Ternyata ada Ajeng, Budi dan Doni. Mereka datang bertiga dan langsung menyerbu Eva dan Janu dengan pertanyaan pertanyaan penuh selidik.

“Gila lo ya, Pe. Kamar gue ada di ujung noh. Bisa-bisanya lo sakit diem-diem bae, malah asyik berduaan sama Janu. Lo anggep gue apa, Pe?” pertanyaan panjang nan dramatis itu keluar dari mulut mungil si Ajeng. “Lo nggak tahu ya, kita hampir lapor polisi karena lo kagak nongol! Gue udah cemas takut lo ilang. Eh, ternyata yang dicari malah beduaan sama cowok. Dikamar, terus pintu juga kenapa ditutup?” lanjut Ajeng yang mengomel mengeluarkan unek-uneknya.

“Lo anggep kita apa sih, Pe?” tanyanya sekali lagi dengan pelan. Sedih Ajeng itu lihat temannya ngilang seminggu lebih, sekali ketemu malah dalam kondisi sakit begini.

Yang ditanya malah memutar bola matanya malas.

“Kumpulan biawak,” jawab Eva enteng yang membuat Ajeng ingin mencak-mencak sekarang.

Si Doni malah tertawa dengan gaya kemayunya. “Udah, Neng. Lo kayak kagak tahu saja, kalo teman lo itu titisan uler mulutnya,” katanya dengan sarkas yang ditujukan ke Eva. “Eh tapi bener, Nyet. Lo ngapain hayo, bedua-duaan sama Mas berto? Kagak esek-esek kan, Pe?”

“Esek-esek jemb*t lo kriting?” sungut Eva pelan namun berisi kekesalan didalamnya. “Otak lo kebanyakan liat titit, jadinya geser begitu, Don!”

Doni mencebikkan bibirnya. Memang benar sih yang dikatakan Eva, dia sering liat berbagai bentuk titit tapi bukan berarti otaknya geser ya.

“Doni bukan otaknya yang geser, Pe. Tapi kodratnya yang geser!” celetuk Budi.

Dan kampretnya si Doni malah mengangguk mengiyakan. “Noh, baru bener itu teman lo, Pe!”

Memang susah sih menyadarkan kaum hompimpa homgambreng seperti Doni ini.

Janu melihat ada chat masuk di ponselnya. Tanpa membukanya Janu sudah tahu apa isi pesan itu karena sempat membaca dari notif tadi. “Va, gue keluar bentar ya. Lo mau nitip sesuatu?” ada urusan yang harus segera Janu selesaikan, jadi dia memutuskan untuk pamit.

Tapi bukan pamit untuk pulang, karena Janu sudah ada niatan untuk kembali menemani Eva lagi.

Eva menggeleng, “Mau kemana?” setelah melontarkan pertanyaan aneh itu, Eva memaki diri sendiri dalam hati.

Kenapa kesannya dia seperti seorang pacar yang tak mau ditinggal pergi. Sialnya lagi, disini ada tiga temannya yang punya otak isinya curigaan semua.

Dan karena itu Janu tak bisa untuk menyembunyikan senyumnya. “Ada urusan, agak penting. Tapi bentar doang kok,” jawab Janu, “Habis ini gue kesini lagi,”

Dengan cepat kepalanya Eva mengangguk.

“Gue pergi dulu ya. Kalo mau sesuatu, chat saja,”

“Wadoh, ada yang main pakai elus-elus saja ini?” sindir Budi karena Janu pamitnya pakai ngelus kepala Eva yang rambutnya masih lepek.

Tak digubris oleh Janu, cowok bertato itu malah berdiri, berjalan mendekat ke Budi. “Nitip Eva bentar, Bud. Gue ada urusan,”

“Lo kira itu anak, bocah, pake segala dititipin?” sarkas Budi dengan bibir mencebik.

Sama seperti tadi, Janu tidak menanggapi ocehan Budi. Dia menoleh karena Doni memanggilnya.

“Mas Berto ganteng nggak pamitan sama aku? doa istri itu penting loh, Mas, kalo mau keluar,” seru Doni dengan suara mendayu dayu yang bikin kuping gatal.

Budi dan Ajeng tertawa karena Doni langsung kicep saat Janu memberikannya lirikan tajam.

Sebelum benar-benar pergi, Janu yang sudah berdiri di ambang pintu itu menoleh ke belakang. Menatap Eva sekali lagi yang ternyata gadis itu juga menatapnya. Spontan senyum tipis itu terbit dari keduanya, dan setelahnya Janu benar-benar pergi karena ketiga teman Eva sudah mulai berisik meledeknya.

1
Nia Arizani
seruuuu banget,, doble up dong thor😍
Ita Retno
gokil si ipe👏👏💪🔥
Ita Retno
dari cerita Ajeng jd tau cerita Eva👍❤️🔥
tati hartati
benar pasangan yg cocok sama emosian
Novita Ambarwanti
Thor lupa ya ada kontrakan disini 🫠
eva rositadewi: `nggak lupa. tapi pikun. hoho
total 1 replies
Vtree Bona
haha Eva di lawan
Vtree Bona
duh kemana aja kak thor
Arumi Putri
di lanjut gak nih padahal novel nya bagus loh
Arz Kaf
ya ampun kasiang juga si eva berarti yg masih beruntung hanya ajeng ya disayang mama dewi walau tiap hari ribut berdebat masalh yg gak genah tapi eva ternyata selalu dibedakan 😌😌va knapa nasibmu ngenes sih ga punya ibu tapi pilih kasih 😭
Arz Kaf
awasin ya di ipe ntar ada yg nyelakain kan repot apa perlu si bang janu yg jagain eva 🤭
Arz Kaf
gegara si janu nih terlalu seksih jadi baca kesini eh ternyata si markojeng teman nya si ipe toh😁😁😁
Safa
belum up lagi kah ?
anak meong
kaya nya memang ga di lanjut lagi sih cerita ini..
Aleea24
kereen siih ini novel.. semangat terus kaa...😊😍
Anonymous
nah uda keliatan ni red flag nya si januu
Rica Eldagita
akhirnya kesini juga 😊
anak meong
kak kata gw emang kurang panjang ih 😭😭
kak kenapa ga di fizo aja sih novel ini..
Anonymous: nah iyaaa. kenapa gak di pijo ajaa 😭😭😭
total 1 replies
Sri Wahyuni
bagus banget
Novia Herlina
Ho'oh...
Anonymous
aku nebak2 judul dan dimana letak red flag nya si Janu. Sejauh ini dia manis, tapi kayaknya dia bakal pecemburu bgttt Krn kecintaan atau bahkan seobses ituu sama si Eva. thorrr, makasih ya Uda up
✨litlestar🌟: belum kali kak ini kan masih awal, biasanya kan manis2 dulu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!