Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~
Zahra memasuki apartemennya dengan lesu. Bagaimana tidak, seharian ia telah bekerja di perusahaan, lalu tadi ia juga memiliki tugas lain yaitu menyediakan tempat untuk tuannya melamar kekasihnya. Sungguh, hari ini pekerjaan Zahra benar-benar berkali-kali lipat, hingga membuatnya cukup merasa lelah.
"Huh! Aku kelelahan, sedangkan Tuan Muda pasti sedang bermesraan bersama kekasihnya." gerutu Zahra. Zahra melempar tasnya ke atas ranjang, lalu dirinya 'pun ikut merebahkan diri di sana dengan menghadap langit-langit kamar. "Tinggal menunggu kabar tersebar, maka akan terjadi hari patah hati nasional untuk seluruh pengagum Tuan Muda, termasuk aku." Zahra terkekeh kecil di ujung kalimatnya.
Ya, siapa yang tidak mengagumi Jonathan. Seorang pria tampan dan mapan yang banyak digilai kaum wanita, termasuk Zahra. Hanya saja, Zahra tahu batasannya dalam mengagumi, apalagi Zahra juga tahu bahwa tembok antara dirinya dan Jonathan begitu sangat tinggi. Bukan saja perihal materi, tetapi juga perihal keyakinan. Oleh karena itulah Zahra tidak berani memupuk rasanya pada Jonathan karena takut akan terjebak sendiri nantinya.
...•••***•••...
Jika Zahra berpikir bahwa Tuan Mudanya tengah bahagia dan romantis bersama kekasihnya, maka tidak begitu kenyataannya. Karena buktinya kini Jonathan tengah mabuk di sebuah club di pinggiran kota, tanpa pengawasan dari anak buahnya, termasuk dari Paulus.
"Tambah lagi minumnya," pinta Jo.
Dengan senang hati, wanita yang menemani Jo mengisi kembali gelas yang Jo berikan. Bukan hanya sekali, Jo bahkan meminta mengisi gelasnya berkali-kali, hingga membuatnya mabuk berat. Tampaknya, penolakan Sherin membawa dampak buruk yang sangat besar bagi Jo, hingga membawanya ke tempat yang bahkan baru pertama kali ia kunjungi ini.
Setelah menghabiskan banyak minuman memabukkan itu, akhirnya Jo tak sadarkan diri. Wanita yang tadi menemaninya minum berniat untuk membawa Jo ke kamar, apalagi tujuannya jika bukan untuk melakukan hal yang ia inginkan. Lagipula, wanita mana yang akan membuang kesempatan emas untuk tidur dengan laki-laki setampan Jonathan Fox. Namun, baru saja wanita itu mengangkat tangan Jo untuk memapahnya berdiri, Paulus datang dan langsung menepis tangan wanita itu dengan kasar.
"Ambil ini sebagai upahmu," Paulus melempar seikat uang pada wanita itu.
Wanita itu tentu terkejut melihat seikat uang berwarna merah yang dilempar padanya. Seumur-umur melayani pelanggannya, ia belum pernah mendapatkan hasil sebanyak itu dan malam ini hanya dengan menemani minum, ia sudah mendapatkan satu ikat uang berwarna merah? Sungguh, ini adalah suatu anugerah. Wanita itu langsung mengambil uangnya dan pergi dari sana. Tidak lagi ada dalam pikirannya untuk menghabiskan malam dengan laki-laki setampan Jo, karena baginya uang adalah yang paling berarti.
Setelah wanita itu pergi, Paulus meminta dua anak buahnya untuk memapah Jonathan keluar dari club.
...•••***•••...
Pagi hari, Jo terbangun dan langsung memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Tampaknya efek mabuk tadi malam masih belum hilang, hingga membuat Jo merasa begitu pusing. Ia lantas melihat sekeliling dan merasa ruangan itu tidak asing baginya, hingga akhirnya ia mengingat bahwa ruangan itu adalah kamar milik Paulus. Dengan sedikit kesusahan, Jo menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Setelah membersihkan diri, Jo keluar dari kamar dan menemui Paulus yang ternyata sudah berdiri di depan pintu kamar dan sudah siap dengan setelan formalnya.
"Kau mau kemana?" tanya Jo.
"Ke kantor, Tuan Muda." Paulus menatap penampilan atasannya yang masih mengenakan pakaiannya tadi malam. "Pakaian anda sudah saya siapkan di lemari, Tuan Muda." ucapnya, takut jika Tuan Mudanya tidak mengetahui adanya baju ganti.
"Aku tidak akan ke perusahaan hari ini, jadi pergilah." Jo meninggalkan Paulus menuju dapur, lalu meminum minuman dingin di sana.
"Maaf Tuan Muda, apa ada yang mengusik anda? Selama ini anda tidak pernah absen untuk datang ke perusahaan, lalu hari ini dengan tiba-tiba anda memutuskan tidak ke perusahaan. Apakah ada masalah?"
Jo meletakkan botol minumnya ke meja dengan sedikit kasar, diiringi dengan helaan napas berat. "Sherin menolak lamaranku, Paul." ucapnya akhirnya.
"Nona Sherin menolak anda?" Paulus tentu terkejut mendengar ucapan tuannya.
"Dia ingin mengejar kariernya dan aku tidak mungkin menghalanginya untuk menggapai keinginannya." jelas Jo.
"Tapi bagaimana dengan keinginan Nyonya Besar, Tuan Muda. Bukankah Nyonya meminta agar anda segera menikah?"
"Itu juga yang tengah aku pikirkan."
Dring dring
Jo menatap ponselnya yang berdering, tertera nama Sherin di sana. Tanpa menunggu lama, Jo langsung mengangkat panggilan dari kekasihnya itu.
"Halo, Sayang. Ada apa?" tanya Jo.
"Aku ingin bicara denganmu, apakah kau ada waktu?"
"Tentu saja, semua tentangmu pasti aku usahakan."
"Terima kasih, Jo. Kalau begitu aku ingin bertemu denganmu di house of coffee siang nanti."
"Baiklah, aku pasti akan datang."
Bucin banget dah si Babang Jo
See you next part guys!
double up