Dinda tidak sadar sudah meninggal sampai dia berubah menjadi wanita tua dengan empat anak dan dua menantu perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Di sini adinda dan yang lain melakukan tugas mereka di dalam gua.Aan dan Aceng sibuk memancing di dalam gua kelinci dan mereka berhasil memanen empat kelinci sekaligus kurang dari beberapa jam.
Hni adalah hal yang sangat membahagiakan bagi anak-anak yang pekerja keras namun jarang memakan daging.
Ada tempat berlindung ,air yang tidak pernah putus dan juga makanan lengkap.
Ini sudah bagus.
Saat ini hari sudah hampir gelap.Adik ipar kedua sudah turun ke kaki gunung untuk mengabari dua lansia jika mereka tidak pulang dan memilih bermalam di gunung.
Dia juga akan mengabari Ayu dan Ami agar tidak khawatir.
Setelah gelap Adinda memerintahkan keponakan untuk membuat api di mulut gua .Mereka masih harus menyerut pohon sagu sebanyak yang bisa dilakukan.
Awalnya hanya ada dua pohon sagu yang ditemukan tapi keluarga ini sangat antusias dan melihat beberapa pohon lagi.
Mereka mungkin tidak bisa membawa ubi jalar yang begitu berat tapi dengan sagu sebagai bekal di jalan, hal itu tidak memberatkan sama sekali. Semakin banyak mereka merekrut sagu maka itu semakin bagus.
Makanan adalah hal yang paling penting di manapun Anda berada.
Setelah semua orang menyelesaikan makan malam ,mereka harus melakukan tugasnya lagi. Tapi ada jeda agar semua orang tidak kehabisan energi.
Karena kelelahan dan perut kekenyangan semua orang berbaring dengan nyaman di sekitar mata air.
Ada juga api unggun yang tetap dinyalakan di mulut gua untuk menghalangi hewan liar untuk masuk.
Adinda yang mulai berbaring sebenarnya sangat nyaman di sini. Dia mulai berpikir tentang apa yang terjadi di perjalanan besok.
Sejauh yang dia tahu , ada hal yang sangat mengerikan ketika mereka berjalan menuju ke tempat yang lebih aman. Selain mengalami resiko kelaparan terkadang ada juga pembunuhan di jalan.
Belum diketahui apakah kelompok mereka akan diterima dengan baik di tempat yang dituju. Siapa tau pada akhirnya mereka akan diusir pulang.
Setelah mengalami banyak hal di perjalanan mereka tetap belum bisa menemukan tempat tinggal yang baru.
Ini sangat melelahkan dan juga mengandung risiko.
Arui melihat ibunya dengan mata kosong ,dia berpikir Ibu terlalu letih sampai tidak bisa memikirkan apapun.Dia kasihan melihat ibu tuanya Tapi semua orang tetap harus menjalani hal seperti ini.
Mau tidak mau dia memijat kaki Adinda. Adinda yang sedang memikirkan sesuatu tentu saja terkejut ketika merasakan tangan hangat di betisnya.
Dia ingin memukul orang yang bersangkutan tapi ketika dia melihat itu adalah putranya ,tiba-tiba ada sensasi hangat di dalam hatinya.
Anak ini tidak akan melakukan sesuatu yang buruk melainkan memijat ibunya yang sudah tua.
Oh rupanya inilah kenyamanan menjadi orang tua.
Adinda tidak tahu apa yang dipikirkan tapi dia berkata kepada Putra tertuanya,"Arui tau kah kau apa yang terjadi ketika kita mengungsi? apa menurutmu kehidupan kita akan lebih baik ketika menjadi pengungsi seperti orang lain?"
Arui juga tidak tahu apa yang terjadi karena dia belum pernah menjadi seorang pengungsi.
Tapi pemilik tubuh sebenarnya sudah mengalami ini ketika dia muda. jadi Arui berkata ,"menurut ibu ,apa yang akan terjadi kepada kita?"
Di mata orang lain Adinda adalah orang yang paling berpengalaman dalam perjalanan yang mengerikan ini. Para keponakan dan juga saudara ipar ketiga memandangnya seolah-olah menunggu jawaban.
Tentu saja Adinda tahu apa yang diharapkan oleh orang-orang ini dan dia menjawabnya sesuai dengan referensi yang dia tahu ketika membaca novel sejenis.
"bisa ku katakan tidak ada yang baik ketika orang menjalani hal semacam ini. Enam dari sepuluh orang yang berangkat kemungkinan besar tidak akan selamat. Yang paling rentan adalah orang tua, wanita dan anak-anak. Bukan saja ada resiko kelaparan perampokan dan juga pemerkosaan tapi juga ada resiko diusir dari gerbang kota.Ini...ah Ibu tidak tahu harus mengatakan seperti apa"
Dia juga bercerita tentang kanibalisme yang mungkin terjadi.
Along dan Aan mendengar itu dan mereka bergidik.
Aan bisa dikatakan sebagai anak kecil, ada juga Ami seorang wanita hamil dan Ayu gadis kecil.Adinda sebagai ibu tua juga adalah orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi. Dengan begitu perjalanannya mereka pikirkan akan sulit.
"kakak ipar apakah yang kau pikirkan ini benar?" tanya Adik ipar ke tiga.Karena pemilik tubuh pernah mengalami nya makan dia percaya seratus persen.
Adinda tidak ingin memberikan mereka harapan palsu. Tapi dia berkata,"Sebenarnya ada keuntungan dalam situasi ini. Biasanya jika kita bisa sampai di kota lain mungkin mereka akan menerima kehadiran pengungsi dan akhirnya mereka akan mengalokasikan kita ke tempat yang baru. Kupikir tujuan terbaik harus di kaki Kaisar. Ketika kita sampai di sana kita akan dialokasikan dan tidak akan jauh dari kaki Kaisar. Di ibukota tentu saja kehidupan kita akan lebih menjanjikan dibanding kita tetap tinggal di pedesaan seperti sekarang.Tapi Apakah menurut kalian, perjalanan menuju kota lain itu mudah? besar kemungkinan kita akan mati sebelum tiba di tempat"
Semua orang merenung lagi tapi mereka masih tidak menemukan jawaban apapun.
Siapa yang ingin meninggalkan desa dengan kondisi seperti ini. Bukankah hal ini juga dipaksakan oleh keadaan.
Alian dan Aqing adakah gadis yang seumuran dengan Ayu. Mereka mendengarkan kata-kata Bibi di mana masa depan para gadis di sini tidak terjamin ketika mereka menjadi pengungsi.
Ada penjual manusia di mana-mana dan prioritas mereka tentu saja anak-anak dan wanita. Semua ini adalah komoditas yang bisa dijual beli.
Adinda alias nyonya Ding, dulunya juga pengungsi yang datang entah dari mana. Dia hilang ingatan saat itu dan juga sakit-sakitan. Meskipun dia cantik tapi dengan kondisi sakit-sakitan tidak ada pembeli yang mau menampungnya.
Perlu banyak uang untuk mengobati penyakit sebelum bisa menggunakannya sebagai istri atau pelacur.
Jadi nyonya Ding di bawa ke Desa desa. Saat itu ada ratusan gadis yang mendapatkan perlakuan yang sama. Mereka tidak ubahnya seperti barang dagangannya dijajakan di jalan. Karena kondisi yang hampir mati, tidak ada yang ingin membelinya.
Untung saja ketika sampai di kota di desa ding, Ayah Arui langsung jatuh cinta dan mengambilnya sebagai istri. Dia menghabiskan banyak uang hanya untuk mengobatinya , untung saja segalanya membaik setelah itu.
Jadi pengalaman Nyonya ding yang asli benar-benar menghantui dua gadis. Mereka tidak apa-apa bekerja keras di rumah tapi tidak ingin dijual dan pekerjakan di rumah bordil.
Semakin mereka mendengar pengalaman Nyonya ding semakin mereka merasa sedih .
Cerita nya jatuh seperti kisah horor yang mengerikan.
Segera suara tangis keduanya terdengar di dalam gua. Tapi tidak satupun yang mau membujuknya karena mereka berpikir Itu adalah sebuah kenyataan yang lambat dan harus dijalani juga.
"Huhuhu... Aku tidak mau pergi, aku.. aku tidak...
"Lalu ibu..Ami... Apakah orang-orang jahat itu akan mentoleri wanita hamil?" Arui tidak tahu apa yang terjadi tapi seseorang dia ingin mengetahui masa depan istrinya.
Adinda menatapnya dengan pandangan kosong dan dia mengambil nafas panjang sebelum berkata,"orang-orang kelaparan itu sangat mengerikan terkadang mereka menjadi kanibalisme. para gadis biasanya memiliki kulit lembut dan mereka lebih senang mengkonsumsinya sebagai makanan.Uh dulu aku pernah punya teman yang cantik dan berkulit putih. Dia diculik dan berakhir di dalam panci sup. Sebelum itu dia di perkosa.Ibu tidak tahu tentang wanita hamil tapi ibu pikir janin di perut masih lembut dan lebih menjanjikan,"
Ahhh...
Semua orang hampir menutup mulut mendengar itu. Ini bukan sebuah kisah dongeng dan sebagainya tapi hanya sebuah cerita horor yang sangat mencekam.
Adinda tidak ingin menyebutkan hal yang manis di awal tapi dia lebih menyukai menceritakan hal-hal yang buruk untuk menjaga mental semua orang.
Tapi dia hanya membaca dan belum mengalaminya.
Tanpa sadar air matanya menetes dengan bulu kuduknya yang merinding.
Ya Tuhan haruskah dia mengalami hal gila semacam itu.
Tapi kenapa aku.
Kenapa ya tuhan.
"Ibu...."
Ibu tuanya mulai menangis, Arui sangat sedih dan merasa bersalah. Bukankah dengan menceritakan hal ini membuat memori yang menyakitkan di dalam hati ibunya mulai bangkit.
Seharusnya dia tidak pernah bertanya. Jika dia tidak bertanya maka dia tidak akan mengetahui jawaban yang mengerikan itu bukankah mereka berpindah tempat hanya untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Tapi pada kenyataannya, ini tidak baik sama sekali.
"Arui, Ibu tidak ingin melakukannya lagi bisakah kita tetap tinggal?" kata adinda tiba tiba.Rasa takut nya tidak di buat buat.Adinda tidak ingin mengalami nya.
Eh...
Along mendekatkan diri pada ibunya dan memijat punggung ibunya yang sudah tua.
"Ibu apa yang kau maksudkan .jelaskan saja agar kami mengerti"
Adinda memandang dua putranya dan Aan yang berdiri tidak jauh. Mereka memiliki kedekatan batin dengan tubuh ini dan juga merasa ada sensasi aneh di dalam hatinya.
Mungkin ini adalah perasaan tidak nyaman ketika melihat anak-anak itu menyedihkan.
"Ibu melihat gua ini sangat menjanjikan. Mengingat pengalaman yang sudah lalu paling lama kita hanya perlu bertahan selama enam bulan atau satu tahun. Setelah itu kondisi akan kondusif lagi dan kita bisa meninggalkan pegunungan ini. Apa katamu putraku?"
"Apakah Ibu menyarankan kita tidak tinggal di gua selama satu tahun dan menjadi manusia yang tidak beradab?"
Ide ini tidak buruk tapi tidak bertemu manusia lain dalam kurun satu tahun bukankah sama artinya mereka menjadi seperti monyet.
Adik ipar ketiga juga mulai memperhatikan pertanyaan semacam itu. Dia memberanikan diri bertanya," kakak ipar jelaskan rencanamu"
Ditanya oleh adik ipar ketiganya sendiri , adinda mulai serius dan mempertimbangkan untuk tinggal di gua ini.
"ehem ehem menurut pengalamanku yang sudah lalu, ketika semua orang meninggalkan Desa bukankah kota ini akan dipenuhi oleh para pengungsi? Tapi itu tidak berarti kota akan ditinggalkan sepenuhnya. Akan ada keributan di mana-mana, pencurian perampokan .Tapi pada saat itu kita juga membuat bisa membeli barang dengan harga nol "
"Nol? maksudnya?" tidak ada yang mengerti maksudnya.
"Ketika orang kabur mereka akan menjual tanah dan rumah dengan harga yang miring.Jika Aku memiliki uang maka aku akan membelinya dan menjadi tuan tanah ketika aman"
Ini ide bagus jika dipikir tapi jika diterapkan tidak tahu apa akan terjadi di masa depan.
"Jika kita tinggal di pegunungan, kecil kemungkinan ditemukan oleh para pengungsi yang lewat. Jika pun ada kita bisa memanfaatkan jurang di depan yang tidak mencurigakan siapapun. Adik ipar ketiga Aku tidak tahu bagaimana pendapatmu tapi aku sebagai kepala keluarga ingin memberitahukan jika aku tidak akan pergi"
Sekali lagi Adinda menyebutkan kelebihan dan kekurangannya tinggal di dalam gua.
Dia punya tiga putra di sini. ada juga menantu perempuan yang sedang hamil dan tidak bisa berpergian jauh. anak gadisnya juga tidak akan pergi demi mengalami hal yang buruk.
Jadi dia tidak pergi.
Tapi apapun yang terjadi dia harus mendengarkan pendapat Putra tertuanya. Meskipun tubuh ini adalah ibu kandung mereka tapi Adinda sendiri tidak memiliki kedekatan emosional kepada mereka.
Jadi jika semua orang berkeinginan untuk pergi dia masih akan tetap tinggal.
Dia tidak takut.
Dengan sistem di tangan dia akan terus mengumpulkan harta benda dan meningkatkan lokernya menjadi sebuah ruangan yang bisa dimasuki oleh seseorang.
Andaikan terjadi sesuatu dia akan bisa bersembunyi di sini sampai situasi aman kembali.
Kau tau ketika kerang dan ikan berkelahi, para nelayan lah yang akan diuntungkan.
Adinda terus menyebutkan hal-hal yang menurutnya bagus. Tidak tahu apa yang dipikirkan oleh orang lain tapi arui tetap tidak bisa membuat keputusan.
Tapi Aan berkata,"Ibu aku sudah besar dan akan menjadi pelindung ibu. kita tidak akan pergi"
Aan adalah putranya yang akan dijual saat itu, tapi dia adalah orang pertama yang berdiri di sisinya.Along juga tidak memiliki beban di dalam hatinya dan dia langsung berdiri," aku juga setuju ibu kita tidak akan pergi, tapi Kakak pertama apa jawabanmu?"
"Aku...
Arui berbeda dengan Along dan Aan.Arui punya seorang istri dan istri nya juga punya keluarga lain. Saat ini dia tidak tahu apakah keluarga istrinya sudah pergi atau belum karena mereka tinggal di desa yang berbeda.
Tapi sebagai seorang suami dia tidak ingin istri dan calon anaknya menanggung resiko yang mengerikan seperti yang disebutkan oleh ibunya tadi.
Di bawah bimbingan sang Ibu hatinya mulai galau.
Adinda tidak mengkhawatirkan pemikiran orang lain tapi dia mulai membicarakan masalah perpindahan dengan Along dan Aan.
Besok pagi, Along harus membawa saudari perempuannya ke gunung. Berikut dengan segala peralatan dapur seperti panci pisau dan sebagainya. Ada juga banyak acar yang dibuat oleh keduanya di pagi hari.
Perpindahan dari rumah ke atas gunung bukanlah hal yang mudah.
Tapi yang paling penting di sini melaporkan kepada kepala desa bahwa mereka tidak akan ikut pindah.
Perlu diberitahukan, ketika orang-orang mengungsi, mereka perlu mendapatkan sebuah surat yang direkomendasikan oleh kepala Desa sebelumnya.
Kepala desa juga harus menguruskan permasalahan ini kepada pihak yang terkait.
Surat ini menyebutkan data lengkap dari setiap keluarga. Nanti ketika anda sampai ke tempat tujuan, surat registrasi inilah yang akan ditunjukkan kepada penguasa di tempat yang baru. Dari sini mereka mungkin bisa dialokasikan jika tidak ada penyimpangan identitas.
Jika Adinda sebagai kepala keluarga memutuskan untuk tidak mengungsi. Maka sebagai kepala desa dia juga perlu melaporkan pada pihak atas.
Orang atas akan mengetahui jika di desa Ding, masih ada orang penghuni.
Jadi begitu lah.
Singkatnya Nyonya Ding di waktu muda tidak memiliki registrasi semacam ini. Jadi dia dikatakan sebagai orang berkulit hitam. Itulah kenapa dia bisa diperjualbelikan semudah ayam kampung.
Karena itu, surat registrasi ini sama artinya surat identitas.
Sudah di putus kan.
terus lanjut update nya thorr
terus lanjut update nya thorr