NovelToon NovelToon
Menanti Cinta Suamiku

Menanti Cinta Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengantin Pengganti / Romansa
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rubi Sandi

Adira Kirania sangat bahagia menggantikan Lestari Putri untuk menjadi pengantin untuk Arya Seno Nugroho. Tari menghilang sehari sebelum pernikahan mereka di gelar. Tidak ingin menanggung malu, kedua orang tua Arya meminta Dira putri sahabatnya menggantikan tari. Dira yang sudah lama menaruh hati kepada Arya langsung menyetujui permintaan orang tua Arya.
Sedangkan Arya terpaksa menerima pernikahan tersebut karena tidak ingin keluarganya menanggung malu akibat batalnya pernikahannya.
Pernikahan mereka berjalan lancar, walau Arya awalnya selalu dingin dan kasar kepada Dira. Tetapi berjalannya waktu Arya belajar menerima Dira sebagai istrinya, hingga badai itu datang. Tari kembali hadir dan berusaha merebut Arya kembali.
Hingga suatu hari Arya menyadari kalau hatinya sudah di penuhi oleh Dira, tetapi seolah tuhan ingin menghukumnya. Arya merasakan penyesalan saat mengetahui kebenaran tentang istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rubi Sandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlambat bangun

Pagi hari telah menyapa, sinar mentari mulai tampak menyinari bumi meninggalkan kegelapan malam, Arya terbangun dari tidurnya. Laki-laki itu tampak merasa tidak nyaman pada tubuhnya akibat tidur di sofa kamarnya.

Arya terpaksa tidur di sofa karena tidak ingin berdekatan dengan Dira, ia tidak ingin kejadian di Paris terulang kembali, di mana ia terbangun dengan Dira yang sedang memeluknya.

Bahkan Dira sudah membujuknya agar mau tidur satu ranjang, tapi ajakan tersebut tidak diindahkan olehnya. Arya terus membangun benteng agar Dira tidak dapat memiliki celah masuk kedalam hidupnya, karena sekarang saja gadis itu sungguh membuatnya pusing.

"Sialan, badanku sakit semua. Kalau begini terus aku sungguh tidak sanggup. Aku harus pikirkan bagaimana caranya agar gadis itu tidak mengganggu hidupku." Guman Arya.

Seluruh badan Arya terasa sakit akibat tidur di sofa yang tidak bisa menampung tubuhnya yang tinggi, ia terpaksa meringkuk agar bobot tubuhnya muat ketika tidur.

Arya semakin berpikir bagaimana caranya agar ia tidak harus tidur dalam satu kamar, dengan istrinya itu. Jika ia dan Dira terus tinggal di rumah ini pasti keinginan itu tidak akan terwujud. Dapat dipastikan kedua orang tuanya akan melarang keras keinginannya.

"Akh.... pagi-pagi kepalaku sudah pusing gara-gara gadis manja itu." Umpat Arya mengacak-acak rambutnya.

Tak ingin membuat moodnya semakin rusak, Arya memutuskan untuk bersiap ke kantor dan akan memikirkan rencananya nanti saja. Ketika ingin memasuki kamar mandi, Arya menatap sekilas kearah ranjang dimana istrinya sedang tertidur pulas dengan gaya yang jauh dari kata anggun.

"Dasar gadis manja, jam segini masih tidur. Seharusnya dia sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan tapi lihat ini, dia malah tidur pulas. Lihat saja nanti aku akan membuat kamu tidak betah menjadi istriku." Seringai licik terlihat dari senyum sinis laki-laki itu.

Arya kemudian melanjutkan aktivitasnya, tak berniat membangunkan Dira karena ia berpikir percuma Dira bangun yang ada dia semakin emosi karena ulah gadis tersebut.

Sampai Arya selesai memakai pakaian kantornya Dira belum juga bangun, gadis itu terlalu pulas dalam tidurnya mungkin karena terlalu lelah akibat perjalan jauh membuat gadis itu terlambat bangun.

Arya mengambil tas kerjanya dan bergegas keluar kamar, ia segera menuju meja makan menyapa kedua orangtuanya yang sedang menikmati sarapan.

"Pagi mama, papa" Sapa Arya kemudian ikut duduk bergabung dengan kedua orang tuanya.

"Pagi nak, kamu kok sendirian Dira mana?" Tanya Davina.

"Masih tidur, biasalah ma gadis manja jam segini belum bangun. Mungkin di rumahnya dia tidak biasa bangun pagi. Bukannya dia gadis manja yang selalu di layani oleh asisten rumah tangganya." Ucap Arya yang mulai mengoleskan selai di atas rotinya.

"Arya mulut kamu itu pedas bangat sih, Dira itu istri kamu." Ucap Davina menasehati putranya.

"Jangan terlalu mudah dalam menilai orang, apa yang kamu lihat belum tentu benar dan jangan terlalu berburuk sangka pada orang lain, yang kamu kira baik untuk kamu belum tentu baik begitu juga sebaliknya yang kamu pikir buruk untuk kamu belum tentu selamanya buruk. Bisa saja istrimu kelelahan akibat perjalanan jauh, kamu tidak ingat kalau fisik Dira memang lemah. Jadi jangan asal tuduh, terlebih dia istrimu. Bersikap baiklah padanya dan buka hatimu untuk gadis sebaik Dira, jangan sampai kalau sudah pergi baru kamu merasakan kehilangan." Ucap Hendra memperingati putranya.

Arya hanya diam tak mau membantah nasehat orangtuanya, karena percuma saja berbicara dengan kedua orang tuanya yang pasti selalu berpihak kepada menantu pilihan mereka itu.

Setelah obrolan tersebut suasana di meja makan kembali hening, ketiganya menghabiskan sarapannya dengan diam. Arya pamit kepada kedua orang tuanya setelah menghabiskan sarapannya.

Setelah kepergian putra mereka, Davina mulai bersuara mengatakan kekhawatiran dirinya atas sikap Arya yang terlihat tidak menyukai Dira menantu mereka.

"Mas aku takut Arya tidak bisa menerima Dira sebagai istrinya, aku juga takut ia menyakiti Dira. Kita harus bagaimana agar Arya bisa menerima Dira sebagai istrinya." Devina mengungkapkan kegelisahannya.

"Bukannya itu spesialis kamu sayang, kamu sangat tahu cara membuat laki-laki bertekuk lutut kepada seorang wanita. Buktinya aku yang bertekuk lutut dengan cintamu. Bukannya kita sama dengan mereka, menikah karena di jodohkan. Sekarang kamu ajarkan menantu kita cara merebut hati seorang suami agar tidak bisa berpaling dari istrinya." Ucap Hendra tersenyum mengingat kisahnya dengan Davina.

"Apa itu akan berhasil mas, kamu tahu sendiri bagaimana keras kepala anak kamu itu. Aku saja sampai pusing di buatnya." Davina mengeluh dengan tingkah putranya.

"Aku percaya sama kamu sayang. Mulai hari ini kamu bantu menantu kita, buat ia menjadi istri sempurna di mata putra kita. Kamu tahu seperti apa tipe perempuan yang di sukai Arya." Hendra menggenggam tangan istrinya memberi semangat dan kekuatan.

Davina tersenyum dan mengangguk, apa yang di katakan suaminya itu benar ia yakin bahwa Dira adalah pasangan yang cocok untuk putranya. Hanya perlu memoles menantunya sedikit lagi, agar menjadi sosok istri idaman putranya.

Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga, membuat sepasang suami istri itu menoleh dan melihat menantu mereka menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Sayang jangan lari-lari, nanti kau jatuh." Davina menegur menantunya yang terlihat buru-buru.

Sedangkan Hendra hanya tersenyum melihat tingkah Dira yang menurutnya lucu, dengan tampilan yang acak-acakan dapat di pastikan kalau menantunya itu baru saja bangun dan belum sempat membersihkan diri. Hendra jadi teringat dengan putri mereka yang seumuran dengan Dira, tapi mereka harus ikhlas karena putri mereka sudah bahagia di surga.

Arya mempunyai adik perempuan jika ia masih hidup pasti sekarang seumuran Dira. Tapi adik perempuan Arya tersebut meninggal setelah Davina berhasil melahirkannya ke dunia. Bayi mungil tersebut tidak bisa di bertahan karena lahir prematur dengan kondisi yang memprihatinkan.

"Kamu kenapa lari-lari begitu sayang, bahaya nak." Ucap Davina sembari memberikan segelas air putih untuk menantunya yang terlihat ngos-ngosan.

Dira langsung menerima air tersebut dan langsung meminumnya karena jujur saja tenggorokannya memang terasa kering.

"Mas Arya dimana ma?" Tanya Dira.

"Duduk dulu nak, suami kamu sudah berangkat kerja." Kali ini Hendra yang menjawab pertanyaan menantu mereka.

Dira terlihat sedih setelah mendengar ucapan papa mertuanya, di hari pertama menjadi istri setelah usai bulan madu. Dira malah terlambat bangun, padahal tadi malam ia sudah berencana bangun lebih awal dan menyiapkan segala kebutuhan suaminya. Dira ingin membuktikan kalau ia bukan gadis manja seperti apa yang selalu di tuduhkan suaminya.

Melihat menantu mereka yang bersedih, Hendra memberi kode agar istrinya menghibur Dira.

"Jangan sedih, mama tahu kamu pasti kelelahan akibat perjalanan jauh. Tidak apa, besok kamu bisa bangun lebih awal agar bisa menyiapkan kebutuhan Arya." Davina mengusap punggung menantunya yang terlihat tidak bersemangat.

1
Umi Winata
Buruk
Lily Formosa Lily
lumayan
Lily Formosa Lily
😘😘😘
Lily Formosa Lily
jhat Arya
Lily Formosa Lily
jhat bnget
Lily Formosa Lily
tangung jawab arya
Lily Formosa Lily
Amin dir.jahat banget si Arya
Lily Formosa Lily
gila Arya otak ny GK ada
Lily Formosa Lily
jahat banget Arya
Lily Formosa Lily
ntar di sia2
Sintia Dewi
bisa2 si arya ini bipolar ato gimna ya..mudah kali berubah2 gk tetap pendirian sm perasaan sendiri aja gk tau
Sintia Dewi
ya iyalah dira pergi..pergi ke surga bukan pergi ke negara lain
Sintia Dewi
yahhh kemana kata2 cintamu arya baru jg kemaren/Angry//Angry//Angry//Angry/
Sintia Dewi
begomya si arya msih aja ya gk belajar2 udh ditinggal sm si tari krang udh cnta jg sm istrinya msih aja mau dngerin penjelasn mantan, msk gk ngrasain ketulusan istri sendiri si arya..hadeh/Pooh-pooh/
Sintia Dewi
km mau merebut tahta siapa? mau km sma arya km gk bakalan dpt apa2 krna hartanya keluarga arya akan jatuh ke dira klok arya selingkuh/Tongue/ masih mau sm arya klok udh kere
Sintia Dewi
lu yg sialan tari udh bunuh orang mau lanjutin jd pelakor
Sintia Dewi
nah tumben waras tokoh temen si antagonis biasanya tukang kompor/Chuckle/
Sintia Dewi
yahh part termewek..../Sob//Sob//Sob/
Nur Hidayanto
Luar biasa
Sintia Dewi
nah mikir gitu ar jngan cuman cinta2 sm si tari aja tp menutup mata akan kesalahnya ke elu & keluargalu..dengerin itu nasehat sahabtmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!