Guru Galak Ternyata Jodoh Ku!

Pukul menunjukkan jam 09.00 pagi.

Hari ini adalah hari Minggu, dimana semua aktivitas seperti biasanya sedang libur.

Bapak tidak ada janji pada siapapun hari ini, begitu juga dengan Hana.

Hana mencoba mengisi hari dengan berkutat pada buku dan pena nya, entah cerita apa lagi yang Hana tulis.

"Hana, sedang apa nak?" Tanya bapak dari balik pintu kamar Hana yang masih tertutup.

"Lagi nulis cerita aja sih pak, buka aja pak pintunya.." kata Hana.

Bapak membuka pintu, tapi hanya separuh badan saja yang terlihat.

"Nulis apa tuh? Surat cinta ya" ucap bapak menggoda.

"Yeeee bukan pak" kata Hana sambil memanyunkan bibir manisnya.

Bapak kembali bertanya, "udah punya pacar belum sih?" tanya lagi.

Hana menghentikan tulisannya, meletakkan pena dari jarinya di atas buku.

Kedua tangannya di lipat di depan dada, kepalanya tegak di angkat menghadap bapak, matanya terlihat sinis.

"Aku tidak punya pacar ya! dan tidak dekat dengan lelaki manapun kecuali bapak." Kata Hana dengan senyum sinis nya.

"Ya-ela, segitunya. Punya pacar dong... udah mau lulus SMK masih belum punya pacar" goda bapak.

Hana beranjak dari meja belajarnya, Hana mencoba menutup pintu dan mengeluarkan kepala bapak Malik yang hanya masuk separuh badan.

"Ih, bapak mendingan keluar aja deh... Ih ganggu aku aja sih... Hus.. hus.." kata Hana sambil mendorong pelan pelan pundak bapaknya itu.

"Hahaha malu nih yeee" kata Bapak yang tertawa sambil berlalu..

"Bapak ngopi di teras ya nak..." Teriak bapak lagi.

"Iyaaaaa bapak.." kata Hana.

jam terus berputar, menunjukkan pukul jam 11.00 siang.. perut Hana yang mulai terasa keroncongan, mendorong Hana untuk beranjak dari kursi belajar nya.

"Duh, cacing di perut ku kayanya udah mulai demo nih" gumam Hana.

Hana berjalan membuka pintu kamarnya, di lihatnya matahari yang sudah menembus kaca rumahnya, begitu mentereng.

"Waw panasnya di luar sana!"

Hana berbalik arah ke dapur, berniat ingin mengambil air putih..

Dari dalam rak yang menuju kenangan di ambil nya gelas kaca gambar bunga. Di tuang nya air putih dari dalam teko kesayangan ibu.

"Deppp" terasa dalam hati Hana.

Di pikiran nya terbesit nama ibu, "ibu"

Ya Hana tidak mungkin bisa begitu saja melupakan ibu.. walaupun ibu sudah tiada.

Hana teringat - ingat semasa Hana membeli teko kesayangan itu waktu ibu ulang tahun.

Hana diam terpaku mengingat masa lalu.

Waktu itu Hana sedang menyiapkan kue ulang tahun untuk ibu.. tapi Hana tidak membelikan kado di hari itu.

Setelah Hana memberikan kejutan pada ibu seorang diri, tiba - tiba saja ibu dengan sengaja meminta kado "Alhamdulillah, makasih anak mama.. manis sekali cara mu.. tapi kadonya mana han?" kata ibu waktu dulu.

Dan detik itu juga ibu dan Hana berjalan kaki ke pasar untuk membeli teko tersebut, dengan uang tabungan Hana yang tidak seberapa.

Hana masih ingat betul, kenangan tersebut dengan detail.

Hana yang masih diam dalam lamunannya terkejut.

"Gubrakkkk"

Hana menoleh ke sumber suara yang membuyarkan lamunan nya.

Hana mencoba menaruh gelas di samping teko dan berjalan ke arah teras rumah.

"Suara apa yah, kaya orang jatuh" gumam nya.

Hana membuka pintu, ternyata pot bunga kesayangan ibu jatuh di senggol kucing kampung.

"Oh, tidak... Pecah deh" sekejap Hana berlari, raut wajah Hana berubah menjadi masam, matanya menjurus pada kucing kampung yang berlari ke sebrang jalan.

Ingin marah tapi tidak bisa..

Hana hanya merapikan pecahan pot tersebut ke tong sampah.

Dan mengambil sisa bunga dan tanahnya di wadah lain yang bisa di gunakan.

Bapak yang keluar dari dalam rumah bertanya, "ada apa nak?"

"Ini loh pak, pot ibu di jatuh-in sama kucing kampung itu" mulutnya menunjuk ke arah sebrang jalan, di mana kucing tersebut berteduh di bawah pohon.

"Oh yasudah ngga apa - apa nak.. sudah selesai di rapikan belum? Kalau sudah cuci tangan lalu kita cari makan yuk keluar".

Hana mengangguk dan agak cepat membereskan sisa - sisa tanah, walaupun masih kesal.

"Aku siap - siap dulu ya pak" kata Hana yang berjalan masuk ke rumah.