NovelToon NovelToon
MENGAMBIL KEMBALI

MENGAMBIL KEMBALI

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Berbaikan / Percintaan Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Vandelist

Segalanya yang telah ia hasilkan dengan susah payah dan kerja keras. lenyap begitu saja. kerja keras dan masa muda yang ia tinggalkan dalam menghasilkan, harus berakhir sia-sia karena orang serakah.borang yang berada di dekatnya dan orang yang ia percayai, malah mengkhianatinya dan mengambil semua hasil jerih payahnya.

Ia pun mulai membentuk sebuah tim untuk menjalankan rencana. dan mengajak beberapa orang yang dipilihnya untuk menjalankan dengan menjanjikan beberapa hal pada mereka. Setelah itu, mengambil paksa harta yng dikumpulkan nya dari mereka.

"Aku akan mengambil semuanya dari mereka, tanpa menyisakan sedikitpun!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vandelist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Selamat membaca

Pengangguran memang adalah kegiatan yang akan dijalaninya selama beberapa hari nanti, hingga ia menemukan tempat kerja yang baru. Menjadi pengangguran bukanlah pilihannya. Keadaan lah yang membuatnya menjadi seperti ini. Terlebih ini juga akibat dirinya yang tidak bisa tegas.

Ia teringat dengan ungkapan tentang menjadi orang baik. “Orang baik akan selalu dikelilingi orang jahat yang memanfaatkannya”kata-kata yang pernah di dengarnya.

Ungkapan itu tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Menjadi baik, memang pribadi yang ada di setiap orang. Meskipun orang itu jahat sekalipun, akan ada sisi baik di dalam dirinya.

Meskipun itu hanya sedikit, bahkan hampir tak terlihat. Karena bagi setiap orang, menjadi pribadi yang baik adalah suatu hal wajib pada sekitar.

Itulah anggapan yang ia ambil dari ungkapan itu. Dirinya membenarkan ungkapan itu, bahwa orang baik akan selalu dikelilingi orang jahat yang memanfaatkannya. Dia baru menyadari bahwa selama ini, ia terlalu baik pada semua orang hingga melupakan diri sendiri.

Ia baru menyadari setelah mendapat tamparan ucapan dari orang yang menolongnya. Dan ia baru menyadari bahwa dirinya tidak pernah menghargai diri sendiri selama ini. Dia terlalu terlena dengan kata kebaikan, karena ia percaya bahwa kebaikan yang dimilikinya akan ada timbal baliknya.

Dia terlena karena terlalu percaya dengan pemikiran nya sendiri tanpa ada yang memperingatkannya. Atau bahkan menasihatinya.

Sabia terlalu bodoh dalam menyadari semuanya, dia terlalu bodoh untuk menerima permintaan semua orang. Dan pemikiran bodoh yang salah mengartikan tentang kebaikan.

“Oh iya Sabia, boleh minta tolong nggak?”tanya Erica pada Sabia yang sedang mencuci piring.

“Boleh, minta tolong apa?”tanya Sabia balik dengan tangan yang masih berkutat di wastafel.

“Nanti kalau nggak salah jam 9 10 an ada beberapa orang yang akan ngantar barang kesini. Bisa kamu bilang pada mereka untuk naruh di dekat pekarangan?”ujar Erica dengan memasukkan barang ke dalam tas.

Sabia yang sudah selesai dengan kegiatannya pun mendekati Erica. Ia mengelap tangan basahnya di apron yng dipakainya. “Memangnya nanti kalau ditaruh disana nggak kehujanan?”

“Semoga aja enggak, kalau pun hujan mereka pasti paham kok apa yang harus dilakuin”jawab Erica.

“Menjadi seorang bos di usia begini, ada enaknya nggak? Soalnya kalau dilihat-lihat kamu sibuk banget ngurusin semuanya.”

“Hmm ada enaknya ada nggak enaknya. Semua nya tergantung sih, soalnya ketika nglakuin hal kayak gini hatiku lebih tenang. Karena bisa membantu orang-orang sekitar yang kesulitan buat menjual barangnya.”

“Tapi enaknya kamu dapat komisi besar kan?”canda Sabia.

Erica tertawa mendengarnya. “Itu juga hal utamanya, yah walaupun bisa membantu sesama aku juga harus dapat komisinya dong. Yakali tenaga ku terbuang sia-sia tapi nggak dapat apa-apa.”

Sabia tertawa mendengar ucapan Erica. Ia menyesal dengan sikapnya dulu karena terlalu membuang tenaganya dengan hal-hal yang tidak berharga. Ketika mereka sedang saling bercanda satu sama lain. Bunyi telepon menghentikan candaan mereka. Dan bunyi itu berasal dari ponsel Sabia.

“Halo”sapa Sabia.

“Kamu belum mengirim uang yang kuminta Sabia!!”

“Nenek!”

“Kenapa nada bicaramu seperti itu? Terkejut kamu ketika nenek telepon?”

“Maaf Sabia nggak lihat tadi siapa yang menelpon.”

“Lupakan, kenapa kamu nggak kirim uang sampai sekarang? Kamu tahu kan nenek sangat butuh uang sekarang!!”

“Sabia lagi nggak ada uang nek, bukannya Sabia udah bilang. Aku baru aja dipecat dari tempat kerjaku.”

“Memangnya nenek peduli dengan pekerjaan mu. Yang nenek butuhkan sekarang adalah uang, karena nenek butuh itu untuk melengkapi arisan nenek yang tertunda.”

Sabia menghela napasnya dengan pernyataan neneknya. Wanita tua itu benar-benar tak memberinya belas kasian dengan kejadian yang menimpanya. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Dirinya benar-benar tak memiliki uang sepersen pun saat ini.

Neneknya selalu seperti ini, memaksa nya di segala hal. Dan mungkin setelah ini dirinya akan mendapat ucapan yang membuat ia tak bisa berkutit untuk melawannya. Dia benar-benar membenci hal ini.

“Pokoknya nenek nggak mau tahu ya, kamu harus kirim uang besok. Nenek butuh uang 50 juta buat menutupi uang arisan nenek yang tertunda!”ucap nenek tanpa berpikir.

“Nek_”

“Apakah Anda tidak mendengar alasannya mengapa cucu Anda? Apakah Anda benar-benar tidak punya rasa kasihan pada cucu Anda?”tanya Erica dengan nada tinggi. Ia merebut ponsel Sabia dari genggamannya karena sudah tidak tahan dengan ucapan nenek Sabia.

“Siapa kamu? Berikan ponsel ini pada Sabia!”

“Tidak peduli siapa saya. Tapi yang jelas kelakuan Anda sama sekali tidak mencerminkan seorang anggota keluarga dari Sabia. Dan mulai sekarang, Sabia tidak akan pernah mengirimi uang kepada Anda lagi titik”cecar Erica dan langsung mematikan ponsel Sabia.

Erica pun memusatkan pandangannya pada Sabia. Perasaan marah masih terus menggebu di dalam hatinya. Namun dirinya harus mengontrol perasaan marah itu.

“Apa selama ini kamu selalu seperti itu Sabia pada nenekmu?”tanya Erica dengan intens.

Sabia menganggukkan kepalanya dengan pelan. Dirinya terlalu lemah jika berhadapan dengan neneknya.

“Kamu tahu Sabia, hal yang kamu lakukan adalah sebuah kesalahan. Perlakuan mu itu hanya akan merugikan diri sendiri dan membuat dirimu tersiksa, mengapa kamu nglakuin hal itu?”kesal Erica dengan sikap Sabia.

“Aku… aku tidak berani melawan nenek ku. Beliau telah mengorbankan banyak hal dalam merawatku dulu”jawab Sabia dengan pelan dan kepala tertunduk.

Erica menghembuskan napasnya kasar. Inilah yang terjadi jika sikap orang terlalu baik, maka orang itu akan selalu berhutang budi pada orang yang pernah menolongnya. Ia benci dengan sikap ini, namun dia tidak bisa berbuat banyak.

Karena saat ini Sabia sedang proses menjadi orang yang tegas dari sebelumnya. Ia mengapresiasi sikapnya yang mau berubah, namun dia tidak bisa bersikap tegas pada keluarga terdekatnya. Yaitu neneknya. Lintah darah yang akan selalu menggerogoti Sabia sampai kapanpun. Kecuali mati.

Dia menengadahkan kepalanya ke atas, mengatur ritme napasnya agar tidak lepas kendali lagi. Menghembuskan napasnya pelan dan setelahnya kembali menatap Sabia. Yang sedang menundukkan kepalanya dengan isak tangis lirih.

“Maaf kalau aku marah-marah padamu tadi, tapi… aku benar-benar kesal dengan sikapmu. Mengapa kamu tidak menolak saja Sabia?”tanya Erica dengan nada pelannya dan sedikit menggebu-gebu.

Sabia menggelengkan kepalanya ketika mengingat nenek. Yang merawatnya ketika masih remaja setelah ditinggal kedua orangtuanya. “Nggak semudah itu Erica, nenek telah mengorbankan banyak hal dalam merawatku dulu”ucapnya dengan menatap Erica.

“Bukankah itu kewajibannya?! Karena dia adalah orang satu-satunya yang harus merawat mu ketika orangtuamu meninggal. Apa hanya karena itu lantas kamu harus menuruti semua permintaanya?!”

Kemarahannya benar-benar tidak bisa dikendalikan untuk saat ini. Ia sangat kesal dengan sikap Sabia yang tidak bisa tegas dalam menghadapi keluarganya.

μμ

“Itu ada sekitar 5 karung mbak, kalau mbak mau ambil aja.”

“Emangnya bapak nggak jual lagi semua ini?”

“Kalau pun ada yang mau beli, udah saya jual mbak. Barang kayak gitu, mentok-mentok jadi sampah. Kalaupun digunakan paling dibuat sapu, itu pun kalau ada yang mau beli.”

“Emas tuh kalau kita yang kelola mbak Rik”bisik pelan salah satu timnya yang ia ajak ke sini.

Erica menepuk tangannya setelah menyentuh serabut kelapa yang ia lihat. Banyak serabut kelapa disini yang terbuang sia-sia karena sudah tidak berguna.

Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat ini. Tempat yang masih mengandalkan cara tradisional untuk mengolah kelapa. Dan tempatnya benar-benar sangat dekat di daerah perkotaan. Sayangnya ada satu hal yang ia lihat di tempat ini.

Banyaknya tumpukan serabut kepala yang tidak dikelola, dan hanya menjadi sampah yang tidak berharga. Karena beberapa dari mereka tidak tahu harus diapakan serabut kelapa itu, dan juga tidak tahu cara menjualnya bagaimana.

Sebab minimnya akses pendidikan dan juga beberapa orang menganggap belajar hanyalah membuang waktu. Karena tidak menghasilkan apa-apa. Sayang sekali banyak yang bisa dikelola di tempat ini, tapi karena pengetahuan yang minim. Barang yang berharga menjadi sampah tak berguna. Dan hanya menumpuk di pinggir-pinggir tempat ini.

“Kalau mbak mau ambil aja nggak usah bayar”ucap bapak pemilik tempat ini.

“Ambil aja mbak mumpung gratis”bisik salah satu timnya.

“Gini aja deh, semua ini saya beli dengan perkilonya 150 untuk sekarang. Tapi bapak mau ngantar ke tempat saya nggak?”putus Erica. Salah satu anggota tim yang membisiki dirinya tadi melotot ke arahnya karena tidak mendengar ucapannya.

Bapak itu mempertimbangkan ucapan Erica. Mereka terdiam selama beberapa menit untuk menunggu ucapan bapaknya. “Boleh deh,”jawab bapaknya “eh emangnya mbak mau beli lagi nanti?”tanya bapaknya.

“Iya kalau ada lagi, perkilonya nanti bisa kita bicarain lagi buat harganya. Gimana, bapak mau nggak?”tanya Erica.

“Oke deh, huh akhirnya ada yang beli ini sampah. Emangnya serabut kayak gini bisa dijual lagi mbak?”

“Bisa pak, jualnya bukan disini tapi di negara lain. Soalnya kalo disana lebih laku dan banyak yang butuh.”

“Oke oke, orang pinter emang beda kalo ngelola sampah. Coba aja saya pinter kayak mbak, udah banyak pekerja yang saya pekerjakan di tempat saya.”

Erica tersenyum tipis mendengar ucapan bapaknya. Banyak yang ingin menjadi seperti dia, bukan karena kekayaan yang dimilikinya. Tetapi karena kepintarannya dalam mengelola sesuatu tak berharga menjadi emas yang dibutuhkan banyak orang. “Bapak bisa kok kayak saya, yang penting mau belajar aja.”

“Nah iku mbak, tempatnya nggak ada yang menerima saya buat belajar kayak gitu. Karena udah tua juga sayanya, dan juga ada anak istri yang harus di pentingin dahulu”ujar bapaknya sambil memasukkan serabut kelapa ke dalam karung.

“Ini ya, nanti bapak bisa hubungin nomer disini. Dan juga alamatnya disini, nggak jauh kok dari sini”ucap Erica sambil memberikan alamat dan nomer telepon pada bapak itu. “Tapi uangnya setelah ngantar aja ya pak.”

“Oke nggak masalah, saya malah seneng kalo ada yang mau ngambil serabut ini. Soalnya bener-bener ganggu pemandangan dan juga jadi sampah yang menumpuk”ujar bapaknya.

“Yaudah kalo gitu saya permisi ya”pamit Erica bersama dengan timnya.

Membuat orang lain gembira adalah hal yang membuat hatinya tenang. Sekaligus menyenangkan. Karena ia tak menyangka masih banyak orang yang benar-benar peduli dengan orang lain.

“Mbak kenapa tadi nggak ambil langsung aja sih, kan mumpung gratis”gerutu anggota tim yang membisiki nya tadi.

“Kalau kayak gitu, bapaknya yang rugi. Lagi pun juga sama-sama saling membantu kan apa salahnya”jawab Erica.

“Yah tapi kalau kayak gitu pengeluaran kita jadi lebih banyak dong”ujar anggota timnya.

“Daripada gratis kayak ngemis dong. Enak juga gini, sama-sama saling membantu. Bapaknya dapat untung kita juga dapat untung. Malah lebih lagi. Nggak ada salahnya lah saling membantu”jawab Erica.

“Iya deh terserah embak aja”ucap pasrah anggota tim itu.

“Nanti kalau kalian pengen punya usaha kayak gini. Jangan pernah minta gratisan ya, kadang manusia itu nggak tahu. Apa yang kita minta bisa jadi itu kesulitan dari orang yang memberi.”

Ia hanya ingin memberi pelajaran pada semua karyawannya untuk tidak terlalu egois dalam memanjakan diri. Dan juga tidak terlalu egois pada sesama yang saling membutuhkan.

Erica hanya ingin mengajarkan untuk selalu berbuat baik tanpa merugikan diri sendiri pada semua orang.

μμ

Wajah yang selalu menemaninya dulu, bahkan begitu di ingatnya hingga sekarang. Wajah yang selalu mendukungnya dan tempat berkeluh kesah setiap saatnya.

“Udah lama kita nggak ketemu ya bos. Dan yang kulihat bos sekarang lebih hidup”ucap seseorang yng memandangnya sedari tadi.

“Bilang aja kalo kamu kangen kan?”tanyanya dengan nada bercanda.

“Bahasanya kamu aku aja sekarang”saut orang yang dihadapannya nada candaan.

“Udah beda daerah pengucapannya juga harus beda. Ada apa kamu nemuin aku Fyn?”tanya Erica pada mantan asistennya.

“Ya pengen ketemu sama boslah ngapain lagi selain itu.”

“Katanya ada yang mau disampein, apaan?”

Fyneen terdiam untuk merangkai kata-kata yang akan disampaikan nya ini. Karena ini menyangkut kehidupan banyak orang. Dan juga kehidupan baru yang dijalani bosnya sekarang. Ia menarik napasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan.

“Kayak mau diospek aja pakek tarik napas dulu”celetuk Erica pada Fyneen.

“Ini itu lagi ngerangkai kata tau mbak, biar nggak gagap di tengah jalan”ujar Fyneen dengan nada kesalnya.

“Cepetan jangan lama-lama aku masih banyak urusan setelah ini”ucap Erica.

Fyneen mendesis mendengar ucapan mantan bosnya itu. Selalu seperti ini dan tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.

“Bos nggak pengen balik ke perusahaan Raine lagi?”tanya Fyneen dengan hati-hati.

“Kenapa? Ada masalah emangnya?”tanya balik Erica.

“Banyak sih, cuman perusahaan lagi butuh banget sosok bos buat memimpin lagi. Karena orang-orang yang sekarang pada nggak becus buat ngelola perusahaan dan nggak paham cara ngerjainnya gimana.”

“Bukannya gue udah diusir ya, dan juga mereka udah depak gue. Ngapain juga gue balik lagi kesana?”

“Masalah nya sekarang para karyawan yang bekerja di perusahaan pada nggak digaji beberapa bulan ini. Dan juga sering memotong gaji yang seharusnya diberikan akibat orang-orang yang nggak becus itu.”

“Lalu apa urusannya sama gue?”

“Urusannya adalah banyak pemegang saham di perusahaan yang pengen bos balik lagi.”

“Terus?”

“Kalau enggak mereka akan mencabut sahamnya di perusahaan. Dan perusahaan akan bangkrut bos.”

“Lalu?”

“Inilah problemnya bos. Jika para pemegang saham pada cabut, otomatis akan banyak phk massal. Dan ini menyangkut keberlangsungan masa depan perusahaan. Jika ini terus terjadi, kerja keras karyawan yang udah mati-matian jadi sia-sia.”

Erica merenungi ucapan Fyneen. Perusahaan yang pernah dikelolanya dulu, sekarang sedang diambang kebangkrutan. Dan juga para karyawan yang udah setia selama ini. Harus pergi begitu saja tanpa penghargaan atas hasil karyanya. Serta kerja kerasnya dulu akan berakhir di tempat sampah jika perusahaan itu bangkrut.

“Dan ini juga, menyangkut tentang nenek Amita serta kematian yng terjadi dengan orangtua bos”ujar Fyneen.

1
QueenRaa🌺
Keren ceritanya kak✨️ Semangat up!!
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!