dayn seorang anak SMA intorvert yang memiliki pandangan hidup sendiri itu lebih baik daripada berinteraksi dengan orang lain, tapi suatu hari pandangan hidupnya berubah semenjak bertemu dengan seorang gadis yang juga bersekolah di sekolah yang sama, dan disinilah awal mula ceritanya dayn merubah pandangan hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamdi Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pengungkapan perasaan yang tiba tiba
Pagi ini, aku memutuskan untuk pergi ke belakang sekolah seperti biasanya. Tempat ini selalu menjadi tempat terbaik untuk menyendiri, tetapi akhir-akhir ini, tempat ini malah menjadi saksi betapa kacaunya pikiranku. Aku tidak bisa berhenti memikirkan Rika dan semua yang terjadi belakangan ini.
Setelah duduk di bangku tua di bawah pohon besar, aku menyalakan ponselku dan mulai memutar anime favoritku. Tapi meskipun layar menyala, pikiranku tetap tidak fokus. Setiap adegan lewat begitu saja tanpa aku benar-benar memerhatikan. Aku memikirkan Rika, Meira, dan betapa rumitnya hubungan di antara kami bertiga sekarang.
Tidak lama, suara langkah mendekat membuatku mengangkat kepala. Meira muncul dari balik pepohonan, membawa tas kecilnya seperti biasa.
“Oh, kamu udah mulai duluan, ya,” katanya dengan senyum lebar sambil mendekat.
Aku mematikan ponselku. “Baru aja.”
"Oh gak apa apa dayn, lanjut aja aku juga boleh ikut nonton kayak biasa kan?"
"Iya"jawabku
Tanpa ragu, Meira duduk di bangku di sebelahku. Kami sering nonton anime bersama akhir-akhir ini. Awalnya aku merasa aneh berbagi hobiku dengan orang lain, tetapi Meira ternyata benar-benar memahami seleraku. Kami pun memulai obrolan tentang anime yang baru saja kami tonton, membahas cerita dan karakter favorit.
Namun, meskipun suasana ini seharusnya menyenangkan, aku merasa ada yang ganjil. Pikiran tentang Rika terus mengganggu, terutama saat aku mengingat betapa aneh sikapnya belakangan ini.
Ketika aku sedang berusaha menikmati obrolan dengan Meira, suara langkah lain terdengar. Aku menoleh dan melihat Rika datang. Dia berhenti sejenak, menatap kami, lalu melangkah mendekat.
“Kalian nonton lagi, ya?” katanya dengan senyum kecil.
Meira menoleh dan membalas senyumnya. “Iya. Kamu mau gabung, Rika?”
Rika mengangguk pelan, lalu duduk di bangku sebelahku. Aku bisa merasakan suasana di antara kami bertiga berubah. Rika tampak lebih diam dari biasanya, hanya memberikan tanggapan seadanya pada obrolan kami.
Beberapa menit kemudian, Meira melihat jam tangannya dan berdiri. “Aku harus balik dulu. Ada tugas OSIS yang belum selesai.”
“Oh, oke. Hati-hati,” kataku.
Meira melambai kecil, lalu pergi meninggalkan aku dan Rika. Setelah Meira menghilang dari pandangan, keheningan menyelimuti. Aku menoleh ke arah Rika, yang tampak sibuk memainkan ujung tas kecilnya.
“Dayn,” katanya pelan, memecah keheningan.
“Ya?”
“Kamu suka ngobrol sama Meira?” tanyanya, suaranya sedikit ragu.
Aku terdiam sejenak. “Dia teman yang baik,” jawabku akhirnya. “Tapi aku juga suka ngobrol sama kamu, Rika.”
Dia menoleh, menatapku dengan ekspresi terkejut. Wajahnya memerah, dan dia segera memalingkan pandangannya.
“Maaf kalau aku aneh belakangan ini,” katanya. “Aku cuma… nggak tahu kenapa aku jadi kayak gini. Rasanya nggak enak lihat kamu terlalu dekat sama Meira. Tapi aku tahu itu salah.”
Aku menatapnya, mencoba memahami apa yang dia rasakan. “Salah kenapa?”
Dia menghela napas panjang, menunduk. “Karena aku sadar… aku cemburu, Dayn.”
Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Kata-katanya membuatku terkejut, tetapi juga membuatku mulai memahami semua sikapnya belakangan ini.
“Aku dulu nggak sadar,” lanjutnya. “Aku pikir, aku cuma nggak nyaman karena kamu lebih sering ngobrol sama Meira. Tapi tadi malam aku banyak mikir. Aku ingat semua waktu yang kita habiskan bareng, nonton anime, ngobrol... Aku baru sadar kalau aku takut kehilangan itu semua.”
Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan suara lebih pelan. “Aku takut kehilangan kamu, Dayn. Dan aku sadar, perasaan ini lebih dari sekadar teman.”
“Rika…” Aku mencoba berkata sesuatu, tetapi dia memotongku.
“Aku suka kamu, Dayn,” katanya sambil menatapku dengan mata penuh keyakinan. “Aku tahu ini mungkin terdengar aneh atau tiba-tiba. Tapi aku nggak mau terus menyimpan perasaan ini sendirian. Aku cuma mau kamu tahu.”
Aku menatapnya, masih bingung bagaimana harus merespons. Perasaannya begitu jelas, tetapi aku sendiri masih belum yakin dengan apa yang kurasakan.
“Aku nggak butuh jawaban sekarang,” katanya lagi, tersenyum kecil. “Aku cuma mau jujur sama kamu. Aku nggak mau hubungan kita jadi canggung karena aku nggak bisa mengungkapkan perasaanku.”
Dia berdiri, mengambil tas kecilnya. “Aku balik ke kelas duluan, ya. Jangan terlalu lama di sini.”
Sebelum aku sempat mengatakan apa pun, dia sudah melangkah pergi, meninggalkanku dengan sejuta pikiran yang berkecamuk di kepala.
Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh, merasa bingung tetapi juga lega. Rika akhirnya jujur tentang perasaannya, dan aku tahu aku harus memutuskan bagaimana menghadapi semua ini.
Eps 12 bersambung....