Adelia Adena, seorang gadis SMA yang ekstrover, ceria dan mudah bergaul dengan siapa saja, tiap harinya selalu di isi dengan keceriaan dan kebahagiaan.
Hingga suatu hari hidupnya berubah, ketika sang Ayah (Arsen Adetya) mengatakan bahwa mereka akan pindah di perkampungan dan akan tinggal disana setelah semua uang-nya habis karena melunasi semua utang sang adik (Diana).
Ayahnya (Arsen Aditya) memberitahukan bahwa sepupunya yang bernama Liliana akan tinggal bersama mereka setelah sang Ibu (Diana) melarikan diri.
Adelia ingin menolak, tapi tak bisa melakukan apa-apa. Karena sang Ayah sudah memutuskan.
Ingin tahu kelanjutannya, simak terus disini, yah! 🖐️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingatan Angela
Aku berusaha mengingat kembali pembicaraanku dengan Angela. Saat Angela akan menjawab, ia terlebih dahulu meminta maaf karena menyebabkan kami semua berada dalam ketakutan selama ini. Ia berjanji akan menyelesaikan semua ini dan pergi. Angela bilang ia masih harus menunggu seseorang, ia yakin seseorang itu juga tengah mencarinya.
"Seseorang? Siapa yang kamu tunggu?." tanyaku setelah Angela menceritakannya dengan tatapan yang entah.
"Pamanku." ujarnya. Angela bilang, ayahnya membawanya dengan paksa bahkan ia tidak diijinkan untuk bertemu dengan ibu dan pamannya. Tapi sekarang ia sudah bertemu dengan ibu kandungnya yang bernama Emma. Emma sudah pergi lebih dulu, karena waktunya sudah habis di dunia. Emma tidak sempat memberitahukan pada Dariel jika ia sudah bertemu Angela.
"Aku hanya perlu bertemu dengan pamanku, Dariel. Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal sebagai perpisahan. Ibu bilang, aku bertemu dengannya hanya saat aku kecil, dan sekarang, Dariel tengah mencariku. Aku tentu harus membuat ucapan perpisahan itu, karena bagaimana pun ia sedang berusaha mencariku." jelasnya dengan sendu. Jujur saja, aku merasa ikut prihatin dan merasa sedih disaat yang bersamaan. Sedih karena ternyata Angela yang di takuti oleh semua orang menyimpan kesedihan ini sendirian, semuanya.
"Bolehkah aku tahu, kenapa kamu bisa. . hmm, pergi?." tanyaku dengan sedikit terjeda, kemudian meminta maaf jika aku membuat Angela kembali merasa sedih. Namun, aku harus tahu, bukan? Setidaknya Angela bisa pergi dengan tenang setelah ini.
"Bagaimana menurutmu?." tanyanya kini dengan nada yang terdengar ceria kembali. Ia bilang aku tidak perlu khawatir, karena ia sudah tidak merasa sedih lagi. Satu-satunya hal yang membuat ia merasa sedih sekarang adalah tentang Dariel. Ia menyesalkan karena harus meninggalkan Dariel sendirian di dunia ini.
"Apa ibumu pelakunya?." tanyaku. Angela hanya bergumam seolah menolak bahwa itu bukan jawabannya dan memintaku untuk menebaknya lagi dengan benar.
"Tapi dari cerita yang terdengar, ibu tirimu adalah pelakunya. Kemudian ia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya juga!." ujarku kali ini. Angela masih sama, ia tetap menolak jawaban itu.
"Lalu siapa? Tidak mungkin ayahmu, kan?." ungkapku. Tapi kemudian Angela mengangguk, yang berarti ia membenarkan ucapanku.
"Ayahmu? Bagaimana bisa?." ujarku terkejut dan penasaran.
Dari cerita yang Angela ingat, orang yang melakukan semua ini adalah ayahnya. Semua nya berawal dari ketika ia meminta Ayahnya untuk mengijinkan ia bertemu dengan Emma, ibu kandungnya. Awalnya ayahnya biasa-biasa saja, tapi mungkin karena Angela sering merengek meminta bertemu dengan ibunya, akhirnya sang ayah kesal juga.
"Ayah sangat marah, ia bilang mengapa aku sangat ingin bertemu dengan Ibu, padahal ayah sudah memberikan semuanya untukku." ucapnya dengan nada lirih.
"Kemudian ayah memintaku berhenti melakukannya, jika tidak, ayah benar-benar akan mengirimku pada ibu." jelas Angela.
"Awalnya aku sangat senang dan bahagia untuk itu. Tapi ibu tiriku, ia memintaku berhenti merengek dan berhenti meminta ayah mempertemukan aku dengan ibu. Awalnya aku menolak dengan keras dan merasa bahwa ia sangat jahat. Tapi ternyata ayahlah yang jahat."
"Abigail bilang, bahwa sebenarnya ia mengetahui rahasia ayah. Tapi sebelum ia menceritakannya,. Ia,.. Ia,.. ," ujarnya terpotong dan terisak setelahnya. Kurasa aku tahu apa maksudnya, aku pikir betapa sedih dan menyakitkannya menjadi Angela.
"Ayahku membunuh ibu, Emma. Sebelum Abigail mengatakannya, ayah lebih dulu mengetahuinya." Ya, ayah tidak membiarkan Abigail menyelesaikan kalimatnya. Angela bercerita setelah mengetahui sang suami mendengarnya, Abigail menjadi ketakutan dan meminta maaf dan berjanji tidak akan memberitahukannya padaku, tapi ayah sudah sangat murka dan menghabisi Abigail didepan mataku sendiri.
Aku sangat ketakutan dan berteriak. Tapi Ayah memintaku segera berhenti. Aku yang ketakutan hendak berlari menjauh dari ayah, tapi lagi, ayah sangat marah dan khawatir aku memberitahukannya pada penduduk sekitar. Jadi ayah, ayah menghabisiku juga dan Abigail.
"Kalimat terakhir yang aku ingat, adalah, ketika ayah bercerita jika Emma, ibuku, sudah pergi lebih dulu kemudian aku bisa menyusulnya." Angela menangis. Ya, hantu Angela menangis. Sungguh aku pun ikut menangis, aku merasakan setiap penderitaan Angela, juga ketakutannya. Aku menyesali sikapku yang sangat ketakutan padanya dan Abigail.
"Maaf, Angela." ujarku dan kami menangis bersama. Ya, aku menangis bersama seorang hantu. Tapi sungguh, semua ketakutan yang aku punya tentang cerita Angela seperti yang beredar, menghilang begitu saja. Yang tersisa hanyalah rasa sedih yang mendalam. Andai bisa, aku ingin memeluk Angela dan menenangkannya.
"Maaf, Angela." ujarku lagi. Kemudian Angela menceritakan, bahwa sebenarnya Abigail sangat baik, ia ibu tiri yang baik. Yang sebenarnya terjadi adalah, bahwa sang Ayah meminta Abigail untuk mengawasi Angela setiap saat dan melarangnya kemana-mana.
Abigail yang takut pada sang suami, hanya bisa menurut. Sebagai permintaan maaf, Abigail akan menunggu Angela menemukan Dariel dan mereka akan pergi bersama dari dunia ini.
"Jadi, bagaimana kita bisa menemukan Dariel?." tanyaku. Ya, aku berjanji akan membantu Angela menemukan Dariel bagaimana pun caranya.
"Aku tidak tahu. Tapi kurasa ia semakin dekat denganku, disini." ujarnya. Angela meminta aku membantunya menemukan Dariel karena aku manusia, dan tentu itu akan lebih mudah, Angela khawatir jika Dariel tidak bisa melihatnya.
____
Saat dimeja makan, aku hanya diam dan mengaduk makananku saja, aku tiba-tiba tak berselera. Hal itu membuat mama cukup khawatir dan kemudian menanyakannya. Aku hanya menggeleng dan mengatakan jika aku baik-baik saja.
"Kalau baik-baik aja, kenapa makanannya gak dimakan, sayang?." tanya Mama kemudian.
"Gapapa, Ma. Angela tiba-tiba gak berselera makan aja." jawabku. Setelah itu mama pergi karena ada pekerjaan yang belum diselesaikannya. Sedang papa, sepertinya papa masih betah menatapku lama-lama.
"Kenapa, Adelia. Masih marah pada papa soal Lilian?."
"Maaf, Nak. papa belum bisa meminta ia kembali, sebelum kita tahu kejadian yang sebenarnya." ujar papa menjelaskan.
"Pa, kurasa aku tahu apa yang terjadi." ujarku kemudian menatap papa. Melihat apakah ia akan percaya tentang kalimat selanjutnya yang akan aku ucapkan.
"Katakan saja, Nak. Apa yang kamu ketahui?." tanyanya lagi. Menghembuskan nafas berat, aku memilih untuk menceritakannya saja, barangkali ia bisa membantu. Tapi tetap, sebelum itu aku harus meminta papa untuk merahasiakannya dari mama. Karena aku tidak ingin mama menjadi ketakutan.
Aku menjelaskan pada papa, bahwa sebenarnya Angela tidak menghilang tiba-tiba seperti yang di ceritakan. Ya, mungkin akan sedikit sulit menceritakannya, karena sebenarnya aku merahasiakan pertemuanku dengan Angela. Aku khawatir papa menganggap ku gila dan berbohong. Memangnya siapa yang bertemu dan bisa berbicara dengan hantu di jaman yang modern ini?
"Jadi, Angela sudah pergi!?." tanya Papa setelah aku menceritakan semua yang aku ketahui. Papa hanya mengangguk dan akan memikirkannya lagi. Benar, papa tidak bilang papa mempercayaiku, tapi papa berjanji akan mencari tahunya seorang diri. Sebelum pergi, tamu papa yang bernama Bima datang ke rumah. Dia bilang dia ingin tinggal di rumah depan sana. Aku cukup terkejut, karena tepatnya Bima bilang bahwa ia sudah membelinya dari pemilik rumah sebelumnya. Apakah itu berarti bahwa ia bertemu dengan ayah Angela? Ataukah ia hanya sedang berbohong?
Hal ini, semakin membuatku merasa khawatir. Aku khawatir bagaimana jika Bima adalah Ayah Angela sendiri yang sedang menyamar sedang kulihat jika Bima memiliki wajah yang cukup mirip dengan Angela. Maksudnya, mereka memiliki wajah layaknya orang asing. Dan ya, bagaimana ia dan Ayah bisa berteman? Sedang kulihat lelaki yang bernama Bima ini masih muda, mungkin seperti Erick atau bahkan diatasnya sedikit.
Karena gugup aku akhirnya tidak sengaja menjatuhkan sendok dan hal itu berhasil membuat Bima melihat ke arahku dan kami sempat bertatap muka. Hal ini membuatku cukup ketakutan karena khawatir ia curiga.
"Kenapa sayang?." tanya papa.
"Ah, tidak, Pa. Angela,. Maksudku, aku. Ya aku, aku ke kamar dulu." ujarku buru-buru karena aku merasa jika Bima masih memperhatikanku. Aku merasa deg-degan sekali tadi, hingga tidak sengaja menyebut nama Angela, tapi kuharap siapapun tidak mendengarnya. Aku ingin menceritakan semua yang terjadi ini pada Angela. Tapi aku tidak melihatnya, aku juga tidak tahu bagaimana caraku memintanya untuk datang ke rumah. Ah, atau sebaiknya aku menunggu ia datang sendiri nantinya. Tapi sangat disayangkan, harusnya ia ada disini sekarang. Karena bima ada disini dan Angela bisa mengenalinya sekarang juga.
Tunggu, aku bilang apa barusan? Harusnya Angela ada disini agar bisa mengenalinya langsung. Hey, bukankah aku bisa memfotonya langsung. Aku segera turun ke lantai satu tempat dimana aku meninggalkan mereka tadi, dan segera menyambar kamera ponselku.
"Ya ampun, dimana Bima?." tanyaku pada diri sendiri karena aku tidak melihat siapapun disini. Termasuk papa dan Bima.
"Kamu mencariku? Kenapa?." ujarnya membuatku terkejut dan spontan melepas telepon genggam milikku tapi Bima berhasil menangkapnyaa.
"Kamu mau ini? Tapi katakan dulu kenapa kamu mencariku, dan siapa yang kamu sebut tadi, Angela?!." tanyanya dengan nada yang di tekankan dan itu membuatku hampir saja berteriak ketakutan karena aku yakin jika ia adalah benar ayahnya Angela yang tengah menyamar. Tapi buru-buru papa menghampiri kami.
Aku mencoba biasa saja, dan mengatakan jika sebenarnya aku tengah mencari papa dan papa menanyakan kenapa aku mencarinya. Aku hanya beralasan bahwa aku takut papa pergi meninggalkanku tanpa ijin terlebih dahulu. tapi walau bingung, papa tetap mengiyakan saja ucapanku. Dan mengucapkan terima kasih dan buru-buru mengambil teleponku yang ada di tangan Bima.
Aku bergegas naik ke lantai atas, aku tidak tahu apakah aku terlihat ketakutan sekarang, yang jelas, aku tidak berani berbalik dan menatap bima. Aku khawatir ia curiga. Tapi mengapa ia menanyakan Angela tadi? Apakah ia mengetahui sesuatu? Ya Tuhan, dimana Angela sekarang.