Naomi Tias Widuri menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan laki-laki bernama Henda Malik Ahmad. Di persunting oleh Hendra satu tahun yang lalu, kini Naomi dan Hendra akan segera memiliki buah hati.
Naomi yang patuh kepada suami memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya sebagai seorang Direktur di perusahaan ayahnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk melayani sang suami.
Namun ternyata kepatuhan Naomi terhadap suami tidak membuat Hendra setia terhadapnya, justru Hendra mempunyai wanita lain di saat Naomi hamil di usia tujuh bulan.
Penderitaan yang Naomi alami semakin lengkap setelah mengetahui bahwa selingkuhan suaminya tersebut adalah orang yang sangat ia kenal.
Jika kalian Penasaran siapa selingkuhan Hendra, mari kita simak bersama-sama novel ini.
Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Naomi yang melihat ada seorang warga sedang lewat, seketika langsung memberhentikan nya.
"Maaf buk.. saya mau tanya."
Ibu-ibu tersebut terlihat sangat ramah kepada Naomi dan juga pak Wicak. "Iya mbak.. mau tanya apa ya?."
"Maaf buk, kalau saya boleh tahu, itu rumah yang cat berwarna biru rumah siapa ya?." tanya Naomi.
"Oh yang itu?." Ibu-ibu tersebut yang menunjuk ke arah rumah yang di datangi oleh Hendra.
"Iya.." jawab Naomi.
"Itu rumah bu Maya dengan pak Hendra, mereka berdua terkenal pasangan yang bahagia di kampung ini mbak, mereka baru di karunia satu putri, yang bernama Hilma. Padahal menikah sudah cukup lama sekitar 8 tahun, ya maklum bu Maya kerap di tinggal pak Hendra dinas di luar kota, pulang paling satu minggu dua kali." Jelas bu Tina.
Naomi yang mendengar ucapan bu Tina seketika sangat syok. Begitupun dengan pak Wicak. "Apa.. mereka suami, istri?." Naomi yang seakan-akan tidak percaya dengan ucapan bu Tina.
"Iya mbak, emang mbaknya ini siapa? dan dari mana? apakah mbak kerabatnya ibu Maya dan pak Hendra?." tanya bu Tina.
"Saya bukan kerabatnya buk.. tapi saya istrinya mas Hendra.. bahkan saya sedang hamil tua.." jawab Naomi.
Bu Tina seketika menatap ke arah perut Naomi lalu tertawa. "Hahaha.. mbak ini ngaco aja.."
"Kenapa ibu tertawa?." Naomi yang merasa kesal. "Ibu tidak percaya dengan saya?"
"Sudah banyak mbak yang datang ke rumah ini untuk mencari pak Hendra, dan mengaku sebagai istrinya. Mendingan mbaknya pulang saja, jangan merusak rumah tangga orang.. ndak bagus.. pak Hendra sudah bahagia dengan istrinya, apa lagi dengan alasan mbaknya hamil."
Ingin sekali Naomi memukul mulut bu Tina, namun ia tahan. "Jaga ucapan ibu ya.. saya tidak pernah merusak rumah tangga orang, bahkan saya dan mas Hendra itu menikah secara sah, tercantum secara agama dan negara!."
"Lah di bilangin malah nyolot, terserah mbaknya aja lah.. " Bu Tina yang berjalan pergi begitu saja sambil melirik ke arah Naomi dengan tatapan yang tidak suka. "Mending cari tu anak bapaknya siapa." ucap bu Tina lagi terus berjalan menjauh dari Naomi dan pak Wicak.
Naomi yang masih merasa syok dengan ucapan bu Tina barusan seketika bersandar pada mobil sambil memegangi perutnya. Pak Wicak yang melihat majikannya terlihat pucat seketika menjadi panik.
"Apakah nyonya baik-baik saja?." tanya pak Wicak.
"Apakah ini alasan mas Hendra selalu pulang larut pagi, dan selalu berbohong kepada ku?." Naomi seketika langsung menitihkan air mata.
Pak Wicak yang melihat Naomi terlihat terpuruk seketika menjadi tidak tega, apa lagi dengan hamil besar. Ingin rasanya pak Wicak mendatangi Hendra dan memukulnya. Namun pak Wicak tidak bisa apa-apa.
"Sangat tega sekali pak Hendra kepada nyonya Naomi.. andai saja saya ayah dari nyonya Naomi, sudah saya pukul pak Hendra sampai babak belur, saya yakin semua orang tua pasti tidak tega melihat anaknya di sakiti." ucap pak Wicak di dalam hati.
"Nyonya.. nyonya yang sabar ya.. lebih baik kita pulang terlebih dahulu, dan nyonya istirahat." ucap pak Wicak.
Sesampainya di rumah, Naomi melihat di halaman rumah sudah ada mobil Hilda sahabatnya. Naomi pun segera turun dan masuk ke dalam rumah.
Hilda yang melihat Naomi terlihat tidak baik-baik saja seketika mencoba beranjak berdiri dari sofa. "Nom.. kamu dari mana?." tanya Hilda sambil mengusap lengan Naomi.
"Tadi keluar sebentar.." jawab Naomi.
"Are you oke?." tanya Hilda dan Naomi hanya mengangguk pelan.
"Ayo duduk.. tumben kamu pagi-pagi ke sini? emang ngga kerja?." tanya Naomi.
"Aku ambil cuti selama dua minggu, makanya aku ke sini." Hilda yang kembali duduk di sebuah sofa ruang tamu.
"Kok dadakan... ayo sambil di makanan cemilannya."
"Iya.. karena aku ingin membantu kamu, makanya aku ambil cuti dadakan, dan alhamdulilah nya langsung di Acc sama Sindi." jelas Hilda.
"Kamu seharusnya gak perlu repot-repot Hil bantu aku, aku udah tahu kok kenapa mas Hendra berubah."
Hilda yang mendengar ucapan Naomi langsung membulatkan matanya. "Kamu sudah tahu? siapa?." Hilda yang langsung menutup mulut karena merasa terlalu kencang berbicara. "Maaf.. keceplosan."
Naomi seketika diam, dengan mata yang berkaca-kaca. Hilda yang melihat raut wajah Naomi seketika mendekat ke arah Naomi. "Aku tidak memaksamu untuk cerita sekarang.. kamu bisa cerita sama aku kapan-kapan, saat kamu kuat."
Naomi yang mendengar ucapan Hilda seketika menangis. Naomi langsung memeluk Hilda begitu saja. Naomi yang tadinya ingin tetap kuat dan menahan air matanya namun tidak bisa. "Hik.. Hik.. Hik.." Naomi yang terus menangis di pelukan Hilda.
"Nom.. aku tahu apa yang kamu rasakan.. aku tahu kamu pasti sakit, tapi dengan ini tuhan memberi kamu petunjuk, bahwa suami mu tidak baik." ucap Hilma sambil mengusap punggung Naomi.
Saat Naomi sedang menangis di pelukan Hilda, tiba-tiba Irma datang sambil membawa minuman untuk Hilda dan Naomi. Irma yang melihat Naomi menangis seketika menjadi bertanya-tanya.
"Nyonya.. ada apa dengan nyonya.." Irma yang pura-pura mendekat ke arah Naomi dan Hilda.
Hilda yang melihat Irma pertama kali di rumah Naomi sedikit heran, apa lagi melihat pakaian yang di kenakan Irma terlihat terbuka.
"Nyonya.. apakah nyonya baik-baik saja?." Irma yang mencoba menyentuh tubuh Naomi, dan Naomi pun hanya menggelengkan kepala sambil mengusap air matanya.
"Saya baik-baik saja bik, bibi lanjut saja kerjanya." perintah Naomi.
"Baik nyonya.." Irma yang tadinya jongkok di lantai kini kembali beranjak berdiri dan berjalan ke arah dapur.
Setelah Naomi merasa tenang Hilda pun berpamitan untuk pulang. Naomi pun mengantar Hilda hingga depan rumah. "Udah jangan sedih terus.. nanti cantiknya hilang, ingat.. fokus sama kehamilan kamu." ucap Hilda.
"Iya.." jawab Naomi sedikit mengulum senyum.
"Jangan lupa nanti bubur ayamnya di makan, aku udah bawain bubur ayam kesukaan kamu."
"Iya nanti aku makan.."
Hilda yang bersiap untuk pulang, kembali tercengang saat melihat Irma sedang berada di dalam rumah untuk membersihkan meja tamu. Naomi yang melihat Hilda terus menatap ke arah dalam seketika juga menoleh ke dalam rumah.
"Kenapa Hil? apa ada yang ketinggalan?." Tanya Naomi.
Hilda seketika menggelengkan kepalanya. "Siapa wanita itu Nom? apakah dia pembantu di rumah ini?."
"Oh dia bik Irma.. iya dia pembantu baru di rumah ini, baru aja tiga bulan kerja di sini."
"Pembantu kok pakai pakaian kaya gitu.. tidak sopan sekali, apa lagi di rumah mu ini banyak laki-laki. Tidak seharusnya pembantu berpakaian kaya gitu Nom.. apa lagi kamu sudah punya suami.. gak enak di pandang.."
"Katanya dia lebih nyaman berpakaian seperti itu saat bekerja.."
"Tapi kan tidak sopan.. hati-hati loh, jaman sekarang banyak majikan suka sama pembantunya sendiri, apa lagi yang modelannya kaya si siapa itu si Irma. Lebih baik kamu tegur deh.. suruh pakai baju yang bener." Hilda yang tidak suka melihat pembantu Naomi.
"Iya-iya nanti aku tegur.. kamu gak pernah berubah masih aja cerewet."
"Itu demi kebaikan kamu juga. Ya udah aku pulang.. kalau kamu sudah siap cerita sama aku, hubungi aku.. aku siap meluncur ke sini"
Naomi yang mendengar ucapan Hilda hanya mengangguk sambil mengulum senyum.
next Thor...