NovelToon NovelToon
Jejak Langkah Menuju Dunia

Jejak Langkah Menuju Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: avocado lush

Dina, seorang pelajar dari kota kecil dengan mimpi besar, memiliki hasrat yang kuat untuk menjelajahi dunia dan mengembangkan diri. Ketika sekolahnya mengadakan lomba sains tingkat provinsi, Dina melihat ini sebagai kesempatan emas untuk meraih impian terbesarnya: mendapatkan beasiswa dan melanjutkan studi ke luar negeri. Meskipun berasal dari keluarga sederhana dan di hadapkan pada saingan-saingan dari sekolah sekolah-sekolah elit, Dina tak gentar. Dengan proyek ilmiah tentang energi terbarukan yang dia kembangkan dengan penuh dedikasi, Dina berjuang keras melampaui batas kemampuannya

Namun, perjalanan menuju kemenangan tidaklah mudah. Dina Harus menghadapi keraguan, kegugupan, dan ketidakpastian tentang masa depannya. Dengan dukungan penuh dari keluarganya yang sederhana namun penuh kasih sayang, Dina berusaha membuktikan bahwa kerja keras dan tekad mampu membuka pintu ke peluang yang tak terbayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon avocado lush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Angin Perubahan

Dina berdiri di gerbang sebuah universitas teknik ternama di Surabaya. Gedung-gedung tinggi dan hiruk-pikuk mahasiswa di sekitarnya membuatnya merasa kecil sesaat, tetapi ia segera mengingat tujuan besar yang membawanya ke sini. Beasiswa yang ia dapatkan bukan sekadar tiket menuju pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga peluang untuk mengembangkan mimpinya lebih jauh.

Hari pertama kuliah, Dina menyadari bahwa dunianya kini berbeda. Di kampus ini, ia bertemu orang-orang dengan ide-ide besar dan keberanian untuk mengejar mimpi yang serupa dengannya. Salah satunya adalah Arya, seorang mahasiswa yang juga tertarik pada pengembangan teknologi energi terbarukan.

“Kamu dari Jatiroto, kan? Aku dengar kamu bikin kincir angin yang bisa ngasih listrik ke satu desa?” Arya bertanya dengan kagum.

Dina tersenyum. “Ya, proyek kecil sebenarnya, tapi itu mengubah banyak hal di desa kami.”

Percakapan itu menjadi awal hubungan Dina dengan banyak teman baru yang membantunya melihat perspektif lebih luas. Namun, Dina tahu, tantangan sebenarnya ada di luar tembok kampus ini.

Suatu sore, seorang dosen mengundangnya untuk mempresentasikan proyek kincir angin Jatiroto di sebuah pameran teknologi kampus. Dina ragu, tetapi dosen itu meyakinkannya. “Kamu punya sesuatu yang unik, Dina. Jangan takut untuk menunjukkan apa yang sudah kamu capai.”

Di pameran itu, Dina mendapat perhatian dari banyak orang, termasuk seorang investor muda bernama Vira. Setelah sesi presentasi selesai, Vira menghampiri Dina.

“Proyek kamu menginspirasi,” ujar Vira. “Aku ingin mendukungnya. Tapi, untuk membawa ini ke skala yang lebih besar, kamu harus siap menghadapi dunia bisnis yang jauh lebih menantang.”

Dina memikirkan tawaran itu dengan serius. Setelah berdiskusi panjang dengan Mira, ia akhirnya memutuskan untuk memulai sebuah startup bernama Angin Desa, yang fokus pada pengembangan energi terbarukan di wilayah terpencil.

Langkah ini membawa Dina ke level yang baru, tetapi juga menghadirkan tantangan yang lebih besar. Ia harus membagi waktu antara tugas kuliah, pengembangan bisnis, dan tanggung jawabnya kepada warga Jatiroto.

Pada suatu malam, saat Dina merasa kewalahan, Mira mengingatkannya untuk tidak berjalan sendiri. “Kamu selalu bilang bahwa ini perjuangan kita bersama, Din. Jangan lupa, kamu punya banyak orang yang percaya padamu.”

Dina mengambil napas dalam-dalam. Kata-kata Mira memberinya kekuatan baru. Ia tahu jalannya masih panjang, tetapi setiap langkah yang ia ambil adalah angin perubahan bagi dirinya dan orang-orang yang ia cintai.

Dina duduk di tepi ranjang asramanya, menatap layar laptop yang penuh dengan rancangan proyek Angin Desa. Dalam benaknya, ide-ide terus mengalir, tetapi tubuhnya mulai terasa lelah setelah menjalani hari yang panjang. Ia memikirkan tawaran Vira, seorang investor muda yang percaya pada visinya. Tawaran itu bukan hanya soal pendanaan, tetapi juga peluang besar untuk membawa proyeknya ke skala nasional.

Namun, di tengah semangat itu, Dina merasa beban tanggung jawab yang kian berat. Ia teringat pada warga Jatiroto, terutama Mira, yang selalu menjadi penghubung antara Dina dan desanya. Meski Mira mendukung sepenuhnya, Dina tak bisa mengabaikan rasa bersalah karena sering meninggalkan beban operasional koperasi pada sahabatnya itu.

Malam itu, ia menghubungi Mira melalui video call. Layar memperlihatkan Mira yang duduk di ruang koperasi dengan beberapa dokumen di tangannya.

“Ra, apa kabar di sana? Masih lancar, kan?” Dina membuka pembicaraan dengan suara lembut.

Mira tersenyum kecil. “Lancar, sih, tapi beberapa warga mulai tanya soal rencana kincir angin baru. Mereka penasaran kapan proyek berikutnya dimulai.”

Dina terdiam sesaat. “Aku belum bisa kasih jawaban pasti, Ra. Tapi aku akan fokus ke itu setelah aku selesai mengurus proposal investasi di sini.”

“Kamu jangan terlalu keras sama dirimu sendiri, Din,” Mira menasihati. “Aku tahu kamu punya banyak mimpi, tapi jangan lupa istirahat. Kita masih punya waktu.”

Setelah menutup telepon, Dina merenung. Kata-kata Mira selalu mengingatkannya untuk tetap menjaga keseimbangan. Namun, ambisi besar yang ia miliki terkadang sulit diredam.

Keesokan harinya, Dina menghadiri rapat dengan tim kecil yang ia bentuk di kampus. Arya, salah satu anggota tim, membawa kabar baik. Ia berhasil menghubungi seorang dosen yang bersedia menjadi mentor untuk proyek mereka.

“Dosen itu punya koneksi ke pemerintah daerah,” ujar Arya. “Kalau kita bisa meyakinkan mereka, mungkin kita bisa mendapat dukungan lebih besar.”

Dina mengangguk. “Bagus. Kita akan susun presentasi bersama-sama. Aku ingin ini menjadi langkah besar untuk desa-desa seperti Jatiroto.”

Saat rapat berakhir, Dina merasa semangatnya kembali menyala. Dengan dukungan timnya di kampus, Mira di Jatiroto, dan investor seperti Vira, ia yakin mimpi besar yang pernah tampak mustahil perlahan mulai mendekati kenyataan.

Namun, perjalanan Dina tidak akan semulus yang ia bayangkan. Di tengah persiapannya, ia mendapat kabar dari Mira bahwa koperasi di Jatiroto menghadapi kendala baru. Mesin kincir angin yang selama ini mereka andalkan mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan.

“Din, kita butuh bantuan teknis secepatnya. Kalau ini terus dibiarkan, listrik untuk sebagian rumah warga bisa terganggu,” kata Mira di telepon.

Dina merasa hatinya tersentak. Masalah ini muncul di saat ia sedang menghadapi ujian akhir semester dan persiapan presentasi besar dengan Vira. Namun, ia tahu bahwa tanggung jawab terhadap desanya tidak bisa diabaikan.

“Ra, aku akan cari cara untuk segera menangani ini. Kamu tahan dulu, ya. Jangan biarkan warga panik,” jawab Dina dengan nada tegas.

Setelah telepon berakhir, Dina kembali menghadapi kenyataan bahwa mimpinya membawa perubahan tidak hanya tentang inovasi teknologi, tetapi juga tentang bagaimana ia bisa menjaga kepercayaan orang-orang di sekitarnya.

 

Bersambung...

1
Sisca Audriantie
good keren banget😊
avocado lush: terima kasih /Pray//Whimper/
total 1 replies
elayn owo
Gak bisa berhenti baca deh! 🔥
ADZAL ZIAH
semangat menulisnya ya kak ❤ dukung juga karya aku
avocado lush: makasih kak dukungan nya /Heart/ siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!