"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seberapa Berartinya
Sepulangnya dari acara Raimuna tadi pagi. Kami bertiga mampir ke Pantai utara kota. Tidak terlalu jauh dari tempat kami kemah kemarin. Hanya saja jika ingin kembali ke tempat asal kami harus memutar hingga perjalanan pulang nanti menjadi lebih lama. Tidak apa, kapan lagi kami bisa menghabiskan waktu bertiga seperti ini.
Perasaan kecewa dengan ingkarnya janji kak Catur masih setia memenuhi pikiranku. Tanpa mau berpaling sedikitpun. Setidaknya bisa tertawa lepas menikmati sepoi angin ditepi pantai. Nyatanya kosong, hampa, semua terasa hambar. Mungkin karena ini adalah yang pertama buatku. Jadi rasa ini masih sangat asing untukku.
"Gimana Cha, Na seneng gak bisa ngumpul bertiga disini. Mumpung disini kan? Toh juga udah dapat ijin membawa sopir kemari." Senyum merekah dari seorang Ghofar saat ini. Membuat aku dan Ratna tertular.
"Aku mau jalan-jalan dulu ya. Kalian berdua tunggu saja disini." Kata Ratna sambil berlalu menjauh.
"Entar nyasar Na." Godaku.
Ratna membalas dengan hanya seutas senyum yang menampakkan barisan gigi rapinya.
"Duduk disana yuk, sambil minum es kelapa muda." Tunjuk kak Ghofar kearah pedagang kaki lima yang terlihat banyak buah kelapa muda disamping gerobaknya.
Aku mengikutinya tanpa berkata apapun lagi. Duduk berdua dengan seorang pria yang menjadi kakak angkatku sejak beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya saat ini aku membayangkan yang ada disampingku adalah kak Catur. Ku geleng-gelengkan kepalaku, mencoba mengenyahkan bayangan konyol yang tak mungkin terjadi. Buktinya 3 hari ini dua kata "apa kabar" tak terdengar sama sekali darinya. Segitu tidak berartinya diriku ini.
"Kamu kenapa kok geleng-geleng kepala? Jangan bilang kamu teler kehabisan minum degan?" Canda kak Ghofar sambil tergelak.
"Apa-apaan mana ada degan bikin teler?" Balasku ketus.
"Hus jangan ketus-ketus nanti cantiknya lari trus tenggelam di dasar laut." Makin ngaco kan omongan kak Ghofar.
Aku hanya bisa mendengus, malas terus adu mulut ngomongin hal unfaedah kayak gini.
"Cha, kamu... Hmm gimana hubungan kamu dengan ketua OSIS itu?" Entah kenapa sejak awal, kak Ghofar enggan sebut nama kak Catur. Dengan ragu dia bertanya sesuatu yang saat ini sedang aku hindari untuk membahasnya.
"Gimana apanya? Ya gak gimana-gimana. Biasa aja." Jawabku dengan malas.
"Kamu ada masalah dengannya? Aku lihat sejak banyak anak yang kesurupan kemarin ini. Wajah kamu kusut terus kayak baju yang belum disetrika." Timpal kak Ghofar disertai candaan garingnya.
"Aku tidak apa-apa hanya saja aku merasa sangat lelah pingin istirahat. Tidur nyenyak dikasur yang empuk." Jawabku ngasal.
"Aku tau bukan itu yang kamu rasakan Cha. Aku tau saat ini kamu sedang mencoba berbohong. Asal kamu tau Cha, aku ingin menjadi sandaran saat kamu lelah. Lelah dengan rasa kecewa, atau ingin marah pun boleh kamu lampiaskan padaku. Tapi setelah itu kamu harus kembali menjadi seorang Echa yang sabar, tangguh dan ceria." Ungkapan tulus dari kak Ghofar semakin menyesakkan dadaku.
Perlahan namun pasti, tanpa bisa dicegah lagi. Butiran kristal bening mengalir dari sudut mataku. Semakin lama aku semakin terisak, tidak kuat menanggung rasa asing dalam dada ini. Dengan cekatan kak Ghofar membawaku dalam dekapannya.
'Andai aku bisa mencintai pria tulus sepertimu, sudah aku lakukan sejak dulu. Tapi hati ini tak bisa memilih kemana dia berlabuh. Dan bukan kak Ghofar yang sedang menjadi tujuan cintaku. Tapi kak Catur yang entah dimana dia saat ini.' Batinku merasa tak enak dengan ketulusan hati kak Ghofar.
"Di.. dia janji akan datang berkunjung setiap hari saat kita kemah. Tapi apa? Bahkan bertanya kabar lewat chat WA pun tidak. Sedangkan kemarin kejadian buruk hampir menimpaku." Keluhku sesaat setelah aku urai pelukannya.
Kak Ghofar menatap dalam bola mataku, seolah dia sedang menyelami perasaanku saat ini. Dengan menggunakan ibu jarinya, dia hapus air mata yang masih saja mengalir deras di pipiku. Sambil tersenyum dia berkata, "mungkin kemarin itu dia sibuk sehingga sedikit melupakanmu. Dan tugasmu sebagai pacar yang baik, selalu berfikir positif. Jangan racuni pikiranmu dengan hal-hal yang belum tentu terjadi."
Adem rasanya nasehat dari kak Ghofar. Aku hapus sendiri sisa-sisa air mata, dan membalas tak kalah tulus senyum dari kak Ghofar.
"Terima kasih kak, kamu memang kakak ku yang paling baik, paling pandai dan paling tampan." Kataku yang membuat kak Ghofar tersenyum lebar.
"Kamu memang adek ku yang paling aku sayang." Balas kak Ghofar sambil memelukku kembali.
Tiba-tiba Ratna datang dari arah belakang dan mengagetkan kami berdua. "Hey... mojok mulu perasaan deh."
"Yang bener mojok, tuh abang penjual es degan ketawa geli dengernya. Orang kita ditengah-tengah begini dibilang mojok. Bener gak bang?" Ujarku seraya menggoda abangnya.
"Udah kan, yuk kita pulang. Jangan sampai pas nyampai rumah kita kemalaman." Kata kak Ghofar sambil berdiri dan menepuk-nepuk belakang tubuhnya yang terkena pasir saat duduk tadi.
"Na, kamu beli apaan banyak begitu? Borong ceritanya nih? Eh pak Sopir beri ya sedikit. Gak enak banget, beliau nunggu di mobil." Kataku setelah meminta dibungkuskan satu plastik es air kelapa muda untuk pak Sopir juga.
"Okey jalan... Kita pulang." Teriak Ratna tak sadar.
Aku dan kak Ghofar tertawa saja melihat tingkah unik sahabatku yang satu ini.
Sekitar kurang lebih 3 jam, akhirnya kami bertiga sampai di Sekolah. Dan akan meneruskan perjalanan sendiri untuk menuju ke rumah masing-masing.
Selesai dengan kegiataan membersihkan diri, merapikan isi tas yang digunakan pergi kemah. Aku merebahkan tubuh lelahku dikasur nan empuk ini. Pikiranku masih melayang, kak Catur masih berkeliaran diotakku. Dengan rasa penasaran yang tinggi, setelah tadi mampir untuk beli pulsa dan paket data di toko langgananku. Aku coba menghubunginya.
Dret dret dret dret
Hingga 9 kali aku mencoba memanggilnya tak ada sautan dari sana. Dan pada panggilan yang ke-10, ada suara diseberang sana. Suaranya serak tak bersemangat.
"Halo... siapa ya malam-malam telepon?" Katanya, mungkin dia angkat hapenya sambil merem sehingga nama kontak ku tak terbaca.
"Assalamu'alaikum kak Catur, apa kabar?" Sambil menahan perih, aku coba bicara setenang mungkin.
Dan detik itu juga, aku mendengar nada kaget dari seberang sana. "Echa.. kamu bener Echa?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah Double update teman-teman. Terima kasih buat kalian yang masih setia menunggu kelanjutan kisah percintaan antara Echa, Catur dan Ghofar.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian like, komen, dan share cerita ini ke semua media sosial kalian.
NO PLAGIAT!
Terima kasih.
By : Erchapram