Che Tian, seorang Saint terkuat di alam dewa, kecewa ketika kekasihnya, Yuechan, direbut oleh Taiqing, penguasa alam dewa yang dipilih oleh Leluhur Dao. Merasa dihina, Che Tian menantang Taiqing dan dihukum, diturunkan ke bumi untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan senjata sakti, Mandala Yin Yang dan Kipas Yin Yang, Che Tian membangun kekuatan baru dan mengumpulkan murid-murid yang setia. Dalam perjalanannya, ia menghadapi pengkhianatan dan rahasia alam semesta, sambil memilih apakah akan membalas dendam atau membawa keseimbangan yang lebih besar bagi dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Warisan dari Zaman Kuno
Ye Qingxian berdiri di tengah reruntuhan, napasnya masih sedikit tersengal setelah menyelesaikan ujian ketiga. Tubuhnya bergetar akibat kelelahan, tetapi matanya berbinar penuh kepuasan. Ia telah berhasil melewati semua ujian yang diberikan dan diakui sebagai pewaris kultivasi zaman kuno.
Kaisar terakhir yang masih tersisa menatapnya dengan penuh wibawa. "Kau telah lulus ujian dan berhak mewarisi kultivasi zaman kuno."
Tiba-tiba, simbol-simbol kuno mulai berpendar di udara, melayang menuju Ye Qingxian. Begitu simbol-simbol itu menembus tubuhnya, lautan informasi membanjiri pikirannya. Teknik kultivasi yang telah lama hilang, pemahaman mendalam tentang tubuh kuno dan tubuh suci, serta rahasia zaman dahulu yang terkubur dalam sejarah kini tertanam dalam benaknya.
Ye Qingxian memejamkan mata, mencoba memahami setiap serpihan informasi yang masuk. Cahaya halus menyelimuti tubuhnya, menandakan bahwa warisan itu sedang menyatu dengannya. Setelah beberapa saat, ia membuka matanya, kini dipenuhi dengan kebijaksanaan dan kekuatan baru.
Kaisar itu tersenyum tipis. "Dengan ini, tugas kami telah selesai. Gunakan warisan ini dengan bijak, dan jangan sampai terjerumus dalam keangkuhan. Dunia ini masih luas, dan banyak rahasia yang belum terungkap."
Satu per satu, para Kaisar zaman kuno mulai menghilang seperti kabut yang tertiup angin, meninggalkan reruntuhan yang sunyi.
Ye Qingxian menatap gurunya dengan semangat baru. "Guru, aku telah mendapatkan warisan kultivasi zaman kuno."
Che Tian mengangguk santai, seolah ini bukan sesuatu yang mengejutkan. "Lumayan. Tapi ini baru langkah awal dari perjalanan panjang kita. Sekarang kita harus kembali, kita sudah terlalu lama di sini."
Mereka berdua meninggalkan reruntuhan, berjalan keluar dari gua kuno yang kini terasa lebih hening. Begitu tiba di luar, mereka disambut oleh hembusan angin laut yang segar. Matahari mulai condong ke barat, memberikan cahaya keemasan di cakrawala.
Di depan mereka terbentang laut luas. Ye Qingxian menatap sekeliling dengan bingung. "Guru, bagaimana kita kembali? Kapal yang kita tumpangi sudah pergi."
Che Tian mengedarkan pandangannya dan tersenyum kecil. "Ah, lihat di sana. Ada kapal lain."
Ye Qingxian mengikuti arah pandangan gurunya dan melihat sebuah kapal berlabuh di tepi pantai. Itu adalah kapal milik keluarga Yin. Che Tian baru teringat bahwa beberapa anggota keluarga Yin yang membawa kapal itu sebelumnya telah ia habisi.
Tanpa pikir panjang, mereka menaiki kapal tersebut. Namun, begitu menginjakkan kaki di atas dek, keduanya merasakan aura yang aneh dan mengerikan.
"Hmph." Dengan satu gerakan ringan, Che Tian melepaskan aura yang menyelimuti kapal itu, menyingkirkan energi jahat yang tertinggal. Ia kemudian mengubah tampilan kapal menggunakan kekuatannya. Dari kapal berwarna hitam yang dipenuhi energi misterius, kini berubah menjadi kapal putih berkilauan dengan desain mewah dan anggun.
"Sekarang kapal ini tidak akan dikenali oleh keluarga Yin," kata Che Tian santai.
Dengan satu gerakan tangan, ia mengaktifkan formasi di kapal agar dapat berlayar secara otomatis tanpa perlu dikendalikan. Kapal itu pun mulai melaju menembus lautan luas.
Orang Misterius di Lautan
Setelah beberapa jam berlayar, Ye Qingxian yang berdiri di tepi kapal tiba-tiba melihat sesuatu di kejauhan. "Guru, ada seseorang di lautan!" serunya.
Che Tian mengalihkan pandangannya dan melihat sesosok tubuh mengambang di permukaan air. Tanpa ragu, ia mengulurkan tangannya dan dengan mudah menarik sosok itu ke atas kapal menggunakan kekuatannya.
Begitu tubuh itu terangkat ke dek, mereka melihat bahwa itu adalah seorang pemuda berpakaian robek dan dalam kondisi sangat lemah. Wajahnya pucat, dan nafasnya tersengal, jelas menandakan bahwa ia telah kelaparan selama berhari-hari.
"Dia hampir mati kelaparan," kata Che Tian setelah memeriksa keadaannya. "Qingxian, ambilkan makanan dan buatkan teh."
Ye Qingxian segera pergi ke dalam kapal, mengambil beberapa makanan dan teh, lalu membawanya ke dek. Saat ia kembali, pemuda itu tiba-tiba terbangun.
Matanya berkedip-kedip kebingungan saat ia melihat sekeliling, lalu menatap Che Tian dengan waspada.
"Siapa namamu?" tanya Che Tian dengan nada santai.
Pemuda itu terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Lin Haotian."
"Bagaimana kau bisa terdampar di laut?"
Lin Haotian menggeleng. "Aku tidak tahu… Aku hanya ingat terbangun di tengah lautan, tanpa tahu bagaimana aku bisa sampai di sana."
Che Tian memperhatikannya sejenak sebelum melemparkan sepotong roti ke arahnya. "Kalau begitu, makanlah dulu."
Lin Haotian tidak berpikir dua kali. Ia langsung melahap makanan itu dengan cepat, seolah sudah berminggu-minggu tidak makan. Melihat itu, Che Tian mengulurkan lebih banyak makanan.
Setelah beberapa saat, ketika perutnya sudah sedikit terisi, Lin Haotian mulai terlihat lebih tenang. Mereka pun mulai berbincang, meskipun jawabannya masih banyak yang samar.
Malam pun tiba. Angin laut bertiup sepoi-sepoi, menciptakan suasana yang tenang di atas kapal.
Malam yang Aneh
Che Tian berdiri di dek kapal, melihat ke langit berbintang sebelum berbalik menatap dua murid barunya.
"Di kapal ini hanya ada dua kamar," katanya. "Jadi aku akan tidur bersama Lin Haotian, dan Ye Qingxian akan tidur sendiri di kamar satunya."
Lin Haotian tampak sedikit ragu, bahkan waspada. "Aku bisa tidur di dek saja," katanya cepat.
Che Tian menyipitkan mata. "Kenapa? Aku dan kau sama-sama laki-laki. Apa yang perlu ditakutkan?"
Lin Haotian tampak sedikit tidak nyaman, tetapi akhirnya mengangguk dengan enggan. "Baiklah… Tapi jangan macam-macam."
Che Tian tertawa kecil. "Dasar bocah. Jangan khawatir, aku bukan orang yang memiliki minat aneh pada sesama jenis."
Ye Qingxian yang mendengar percakapan mereka hanya bisa menghela napas sebelum masuk ke kamarnya sendiri.
Sementara itu, Che Tian dan Lin Haotian masuk ke kamar mereka. Lin Haotian masih tampak sedikit canggung, tetapi akhirnya ia tertidur juga.
Di luar, kapal terus melaju melintasi lautan, menuju takdir yang belum mereka ketahui.