Bintang yang mengalami kebangkrutan terpaksa harus menjual semua asetnya dan juga pindah dari kota tempat dia tinggal
beruntung dia masih punya warisan sebuah rumah dari sang Kakek Bagaskara
Tapi rumah itu tidak berani di dekati penduduk karena terkenal Angker dan tidak bisa di masuki siapapun kecuali oleh sang pemilik
mampukah Bintang dan keluarganya bertahan disana? dengan banyak gangguan dan juga musuh sang kakek yang mengincarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah kenyataan 1
Pipit sudah di bawa palang, dia juga sudah di periksa oleh dokter yang bertugas di kampung itu, Mardani juga memanggil bidan untuk memastikan apa yang terjadi pada Pipit dan juga khawatir dengan mental pipit
"Pipit sepertinya mengalami Shok karena terkejut berada di tempat yang asing dan dia tidak bisa menghubungi siapapun" ungkap sang dokter
"Ini ada beberapa resep obat untuk Pipit, bisa di beli di apotik besok karena stok di puskesmas sudah kosong" ucap dokter itu lagi sebelum akhirnya dia pamit karena merasa tak nyaman dengan bau yang menyengat dari tubuh Pipit
"Kita tunggu hasil dari Bu bidan" bujuk Karman
"Bagaimana ini yah, anak kita kenapa jadi seperti ini" ucap ibu Pipit yang terlihat sedih
"Ayah juga nggak tahu Bu, Pipit saat di temukan sudah seperti itu" jawab Mardani
Ceklek
Pintu di buka oleh bidan, dan dia terlihat sangat kebingungan
"Bagaimana Bu bidan?" Tanya Karman
"Saya sudah memeriksa Pipit pak RT dan dia memang sudah melakukan hal itu, karena ada sisa sperma dalam organ intimnya, tapi saya juga tidak bisa memastikan, karena selaput daranya tidak terlihat robek, atau bisa disebut sebelumnya Pipit sudah tidak suci lagi" jawab sang bidan
"Tidak mungkin Bu bidan, anak saya ini perempuan baik baik dan tidak mungkin dia melakukan hal itu sebelum menikah" ungkap sang ibu emosi
"Maaf Bu, ibu bisa tanyakan pada Pipit jika dia sudah baikan nanti" jawab bidan tersebut lalu pamit untuk pulang
"Astagfirullah apa yang menimpa keluarga kita ini yah!" Teriak ibu dari Pipit menjambak rambutnya
"Bu sabar dulu Bu, kita tanyakan pada Pipit apa yang terjadi sampai dia bisa jadi seperti ini" bujuk Mardani
"Kita coba temui Pipit saja Dan" bujuk Karman
Mereka masuk dan Pipit terlihat sedang terduduk dengan memeluk lututnya, wajahnya terlihat sembab dan terus menangis
"Pipit, ini ayah nak, kamu bisa ingat ayah kan?" Tanya Mardani mendekati Pipit
Pipit yang mendengar suara Mardani mendongak dan kembali menunduk
"Kenapa kalian bawa Pipit pulang, harusnya biarkan aku disana saja, setidaknya disana aku tidak perlu terus datang ke tempat juragan Galuh" racau Pipit membuat semuanya terkejut
"Maksud kamu apa nak?" Tanya sang ibu
"Apa ibu ingat? Saat ayah bekerja di ladang juragan Galuh? Pipit sering mengantar makanan untuk ayah setiap siang dan itu harus melalui gerbang rumah juragan Galuh" tanya Pipit
Flashback on
"Permisi pak, saya mau antar makanan untuk ayah" ucap Pipit meminta ijin
"Oh neng Pipit, ayo masuk, Mardani sedang ada di ladang paling ujung, kamu langsung kesana saja ya" ucap penjaga gerbang rumah Galuh
"Iya pak, terima kasih" jawab Pipit
"Neng Pipit, kata juragan kalau bisa neng Pipit temui juragan dulu sebelum ke ladang, soalnya kan setiap kesini neng tidak pernah ijin pada juragan" ucap penjaga
"Oh Harus ke dalam rumah dulu ya? Pipit pikir cuma tinggal lewat samping saja karena kan ayah Pipit cuma buruh disini pak" ucap Pipit merasa tak enak
"Iya katanya harus ke dalam dulu" jawab penjaga itu sedikit tersenyum licik
Kalau begitu saya masuk dulu ya pak" pamit Pipit dan di angguki penjaga itu
"Sebentar lagi kita akan cicipin anaknya si Mardani itu" bisik para penjaga di sana tertawa senang
Di dalam rumah
"Kamu anaknya Mardani?" Tanya Galuh
Pipit menunduk karena merasa takut dengan penampilan Galuh yang terlihat tinggi juga wajah yang terlihat tegas, dia memang tampan tapi terlihat menakutkan di saat yang bersamaan
"I... Iya juragan" jawab Pipit gugup
"Hmm.. kamu setiap hari kemari dan tidak pernah masuk ke rumah untuk minta ijin padaku, kamu mau ayahmu aku pecat?" Tanya Galuh
"Tidak juragan, jangan pecat ayah saya, saya yang salah karena tidak tahu peraturan disini" mohon Pipit ketakutan
"Karena kamu tidak tahu, maka akan saya maafkan" jawabnya dan membuat Pipit lega
"Tapi..... " Bisiknya menyeringai dan membuat Pipit semakin terkejut
"Kamu harus melayani saya saat ini juga" jawab Galuh menarik tangan Pipit dengan kasar dan membawanya ke sebuah ruangan khusus tempat dia biasa bermain perempuan, sebelumnya dia memberikan rantang makanan Mardani pada pelayan di rumahnya untuk di berikan pada Mardani
"Juragan, kita mau apa disini?" Tanya Pipit gemetar
"Kita akan bersenang senang sayang, kamu lumayan cantik dan menarik juga Pipit" jawab Galuh menarik Pipit agar duduk di sebelahnya
"Kamu sayang ayahmu kan?" Tanya Galuh dan Pipit mengangguk
"Kamu tidak ingin ayahmu saya pecat?" Tanyanya dan Pipit kembali mengangguk
"Kalau begitu layani saya sebaik mungkin" perintah Galuh mulai melepaskan setiap benang yang melekat di badan Pipit
"Jangan juragan" tolak Pipit saat Galuh sudah mulai melepaskan semuanya
"Cukup turuti perintahku dan jangan sampai ada yang tahu tentang ini Pipit" bisik Galuh mulai menjelajahi setiap inci Pipit hingga Pipit yang awalnya meronta Langsung menurut ketika dia menatap mata Galuh
"Gadis pintar, memang seharusnya kamu menurut manis" ungkapnya Langsung menyambar bibir Pipit yang masih belum terjamah itu hingga hari itu Pipit yang masih polos kehilangan mahkota berharganya di tangan Galuh
"Oh Pipit darah suci milikmu ini akan sangat menyenangkan si Hala hahaha" ungkap Galuh di tengah tengah gempurannya dan melihat darah yang merembes dari inti pipit
"Hiks... Sakit juragan" lirih Pipit yang terus di tekan oleh Galuh
"Kamu nanti juga akan terbiasahh.... Yang masih segel memang beda rasanya" jawab Galuh yang tangannya juga Tak bisa diam terus meremas meraba dan menyentuh semua bagian dari Pipit
Pergumulan itu berlangsung cukup lama, bahkan sampai berkali-kali hingga Pipit sendiri merasa kelelahan dan yang awalnya merasa sakit jadi ikut menikmatinya
"Arrgghhhh.... Kamu akan jadi budakku mulai hari ini, dan menurutlah! Jika tidak ayahmu akan aku pecat dan keluargamu akan aku lenyapkan" bisik Galuh setelah selesai dengan urusannya
Dia mengeluarkan senjatanya dari dalam milik Pipit dengan perasaan puas, sebelumnya dia memberikan pil kontrasepsi untuk diminum Pipit, agar dia bisa bebas mengeluarkan miliknya di dalam
"Hiks... " Pipit hanya bisa mengangguk karena takut dan juga merasa sudah kotor
"Aku bertanya sekali lagi, apa kamu bersedia jadi budakku? Jika tidak maka kamu harus melayani para pekerja ku sekarang juga" tanya Galuh dan Pipit Langsung mengangguk ketakutan
"Bagus... Berikan darahmu sebagai bukti perjanjian kita" balas Galuh tertawa senang
Dia menarik tangan Pipit dan mengambil darah di ujung jari Pipit untuk dia teteskan ke atas sebuah wadah berbentuk guci kecil
"Mulai sekarang kamu adalah budak ku, kapanpun aku butuh kamu, kamu harus datang meski itu tengah malam sekalipun" ungkap Galuh mengusap rambut Pipit
"Fatan!" Teriak Galuh saat dia sudah rapi dan berpakaian lengkap
"Iya juragan" ucap penjaga tersebut saat membuka pintu, matanya terus tertuju pada kemolekan Pipit Yang ada di depannya, dengan terus tersenyum senang karena dia juga akan mencicipi bekas juragannya itu
"Kamu boleh mencicipinya, dan jangan bilang yang lain, Karena untuk perempuan ini hanya kita saja yang boleh, dia sudah melakukan perjanjian darah denganku, dan aku membiarkan kamu mencicipinya karena kamu juga adalah salah satu keluargaku Fatan" ungkap Galuh keluar dari sana
Bersambung
padahal ceritanya bagus.
gw demen.
lancar ampe tamat ye