NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Tiri

Menjadi Ibu Tiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Keluarga / Suami Tak Berguna / Ibu Tiri / Menjadi Pengusaha
Popularitas:17.8k
Nilai: 5
Nama Author: Carrot_Line

Bangun-bangun sudah menjadi Ibu sambung 4 anak, Li Hua tidak habis pikir dengan itu. Memiliki suami yang suka berfoya-foya dan jarang pulang kerumah.

Menanggung kehidupan keempat tauge kecil membuat Li Hua harus berpikir tentang uang!
Uang,uang dan uang. Dia terus memikirkan itu demi kelangsungan hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carrot_Line, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia sangat baik, tapi kamu tak bisa melihat nya

Beberapa orang melirik perempuan yang tengah berjalan di jalan setapak tengah-tengah ladang. Membawa keranjang anyaman penuh makanan enak, Sanlang mengenali sosok itu segera berlari menepi dari tengah ladang. Baju penuh lumpurnya membuat Li Hua menjaga jarak.

"Hua Niang, ini masih pagi dan kamu menyusul kemari. Apa Fu Qin bersikap buruk?"

Ibu sambung nya menggeleng, dia berpikir Li Hua ditindas oleh Xiao Ping dan Huang Ji. Untungnya itu tidak terjadi, syukurlah sesuatu buruk tidak menimpa rumah kecil.

"Aku membawa ini, kalian berangkat terlalu pagi. Jadi aku membawakan nya kemari."

Sepasang netra jernih milik Sanlang melirik isi keranjang, makanan dengan harum wangi itu mengundang rasa lapar di perut.

"Maaf, kami jadi merepotkan mu."

"Tidak merepotkan, aku pergi dulu."

"Umm, berhati-hatilah dan tolong jaga adik perempuan kami."

Sanlang menatap kepergian Li Hua penuh semangat, Erlang penasaran dengan isi keranjang itu. Berjalan mendekati dan mengintip isinya.

"Ini makanan dari Hua Niang, akan lebih baik memakannya setelah selesai pekerjaan ini."

"Aku setuju."angguk Erlang.

Siang harinya Siniang berjalan mengikuti Li Hua dari belakang. Menatap punggung tegap Ibu sambungnya, keranjang besar menempel dibelakang punggung.

Beberapa orang bertemu akan menanyakan ubi pada Hua Niang nya, sebelum Fu Qin pulang memang benar mereka menjual ubi. Kali ini Ibunya menolak pembeli yang datang.

"Hua Niang!"

Tangan kecilnya meraih tangan besar Ibu sambung, dia mendongak menatap Li Hua penuh kebingungan.

"Mereka mau membeli Ubi kita, mengapa kamu menolak menjualnya?"

Li Hua tertawa mendengar nya, dia tidak benar-benar menolak.

"Aku tidak menolak, hanya meminta mereka datang kerumah kita sore nanti."

Siniang tersenyum lega,"Hua Niang, bisakah kita menjual lebih banyak? Aku sangat menginginkan manisan Haw, dan itu membutuhkan sekitar beberapa sen."

Gadis kecil itu mencoba mengingat harga manisan yang di beli oleh Li Hua, dia menggeleng memilih pasrah karena tidak mengingat dengan baik.

"Tentu, karena itu mari kita cari banyak umbi lagi. Manisan Haw pasti menunggu mu untuk membelinya."

"Ya!"Siniang mengangguk-angguk penuh semangat.

Langkah kakinya menjadi lebih lincah, dia tengah diliputi kegembiraan. Membayangkan bisa memakan manisan Haw kedua kalinya. Ugh, Siniang tidak bisa menahan air liurnya sama sekali.

Di sisi lain, Huang Ji mendapatkan tatapan tak enak dari kepala desa. Begitu surat resmi dan stempel pemerintah telah dia dapatkan. Kepala desa merasa tak enak pada Li Hua, perempuan itu akan menjadi janda muda.

"Kepala desa, saya benar-benar berterimakasih banyak pada anda."

Kepala desa mengibaskan tangan nya, dia tidak suka basa-basi lagi sekarang. Pria muda didepannya sangat merepotkan, kalau bukan karena mereka satu desa. Dia tidak akan membantu sama sekali, meskipun imbalan biaya yang di berikan Huang Ji senilai 5 Yuan.

"Sama-sama,lain kali saya tidak bisa membantu lagi."

"Ini sebagai ucapan terimakasih saya."Huang Ji memberikan 5 Yuan kedalam genggaman kepala desa.

Pamit untuk pergi, dia akan menjatuhkan surat itu tepat di wajah Li Hua nanti. Kegembiraan nya terlukis di wajah, mengingat uang ganti 2 kali lipat dari Xiao Ping akan berada di dalam saku nya.

"Uang memang hal yang paling membahagiakan,"seringainya.

Begitu sore tiba, Da Lang masih menunggu kedatangan Li Hua. Dia melirik wajah Ayahnya yang gelap, Ibu sambung nya pergi begitu lama. Sampai-sampai hari hendak menggelap. Beberapa orang datang untuk membeli ubi, Da Lang melayani dengan baik dia menyimpan uangnya untuk diberikan pada Li Hua. Beruntungnya baik Xiao Ping atau pun Huang Ji tidak peduli dengan uang, yang dihasilkan oleh nya hari ini.

Sosok mungil muncul bersama perempuan muda, membawa keranjang penuh kacang tanah. Ladang telantar itu benar-benar berisi harta Karun, beberapa warga sempat memetik bersama Li Hua.

"Dage, lihat kami membawa banyak kacang tanah."Siniang tersenyum lebar menampilkan deretan gigi kecilnya.

Da Lang mengangguk, memintanya masuk untuk membersihkan diri. Dia sudah mengisi satu tong kayu besar dengan aura. Membantu Li Hua menurunkan keranjang penuh kehati-hatian.

"Fu Qin menunggu mu didalam, sesuatu buruk akan terjadi,"bisik Da Lang khawatir.

Li Hua mengusap kepalanya lembur,"tidak apa-apa. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."

Huang Ji melirik sinis Li Hua, saat perempuan muda itu masuk kedalam rumah dengan pakaian terkotori oleh tanah basah.

"Duduklah, aku mau bicara sesuatu dengan mu."

Dengan penuh kebingungan Li Hua duduk di depan Huang Ji, dia mencari keberadaan Xiao Ping. Sayangnya wanita itu tidak ada diruang utama. Jelas sekali berada didalam kamar, tangan Huang Ji mengeluarkan kertas. Menaruh nya dihadapan Li Hua, dia menatap Li Hua penuh ejekan.

Anak perempuan dari keluarga tak bernama, tidak tau baca dan tulis. Bahkan buta huruf, mana bisa membaca surat cerai darinya? Saat kening Li Hua mengerut, beberapa huruf dicerna dengan baik oleh otak nya. Kalimat-kalimat itu terbaca sempurna dalam hati. Dia bingung, apa pemilik tubuh memiliki keterampilan membaca dengan baik? Mungkin saja memang begitu.

"Apa perlu ku bacakan untuk mu?"nada pertanyaan dari Huang Ji begitu terdengar mengejek.

Hati Li Hua memanas, dia tetap berusaha tenang meskipun ingin sekali. Mencakar wajah menyebalkan itu, dan menendang kepala pria berwajah pesolek.

"Tidak perlu, kamu ingin bercerai bukan? Kalau begitu aku menyetujuinya."Li Hua mengangguk puas.

Da Lang mendengar nya terkejut, dia buru-buru masuk kedalam. Menatap Ayahnya tak percaya,"bagaimana bisa Fu Qin menceraikan Hua Niang? Jelas-jelas dia sangat baik pada kami semua."

Suara Da Lang yang keras menarik perhatian Sanlang dan ErLang. Mereka tengah berada di dapur, membakar ubi jalar. Mendengar itu tentu rasanya seperti disambar petir. Ayah mereka begitu naif dan buta, wanita sebaik Li Hua ingin di buang begitu saja.

"Fu Qin, kami tidak setuju,"seru Erlang muncul diambang pintu dapur.

Tangannya memegang kayu bakar setengah menjadi arang panas, netra jernihnya seakan terbakar oleh api.

"Fu Qin tidak butuh pendapat kalian sama sekali,"tegas Huang Ji.

Tangan Erlang terkepal erat, dia meminta Sanlang menaruh kayu bakar. Berjalan menghampiri Huang Ji, Da Lang duduk didepan Ayah nya. Wajahnya menggelap, siapapun tau kemarahan nya sedang tak bisa di tahan.

"Tolong pikirkan lagi, Hua Niang begitu baik pada kami. Saat Fu Qin tidak ada, dia yang merawat kami."

"Apa otak Fu Qin sudah di cuci oleh wanita ular itu?"nada Erlang meninggi.

Siniang, keluar dari kamar. Merasa takut dengan situasi panas, Li Hua meraihnya dan memeluknya diatas pangkuan.

"Anak-anak tenanglah."

"Tidak bisa, bagaimana kamu begitu tenang dan tidak marah? Fu Qin sangat buta membuang wanita berharga seperti kamu,"sela Da Lang sebelum Li Hua kembali berbicara.

Pelipis Huang Ji merasa berkedut, dia menggertakkan giginya. Mencoba menahan amarah, tapi anak-anak nya semua melawan dirinya demi wanita tak berharga.

"Kalau kalian begitu membela nya, apa kalian berani mengambil risiko untuk pergi dari rumah ini?"ancam Huang Ji.

Sorot matanya terlihat dingin, Sanlang menarik bahu Erlang pelan. Dia tidak mau di usir, akan tinggal dimana mereka nanti.

"Ya, tentu saja. Apa Fu Qin pikir kami tidak berani?"Da Lang tertawa mendengar ancaman dari Ayahnya,"Fu Qin, kami kecewa. Kamu tidak pernah memperhatikan kami saat Aniang pergi menemui leluhur. Bahkan di hari kematiannya saja, kamu tidak membakar sepeser pun Uang dan tidak menyalakan dupa."

Netra jernihnya berkabut, ucapan Da Lang seakan menyentil hati Huang Ji. Terasa menyakitkan, tapi anak-anak nya begitu durhaka. Lebih memilih memutuskan pergi dari rumah, ketimbang menghargai keputusan nya.

"Baik, kalau kalian ingin menjadi anak durhaka. Lebih baik segera kemas barang-barang kalian semua."Huang Ji menatap tajam Li Hua.

Kebencian nya pada Li Hua mulai tumbuh begitu pekat, Li Hua benar-benar mengambil seluruh anaknya. Bahkan membuat mereka bersikap durhaka padanya. Tidak bisa dimaafkan, dia bersumpah akan membuat mereka tidak diterima dirumah manapun.

1
end
Mc lemah jadix q malas baca beda cerita lain
Sarifah Sarifah
thorn yg hanya upnya
Yurniati
double update thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
RJ 💜🐑
ceritanya sangat bagus, semoga Li Hua dan anak anak sambung nya dapat uang yang banyak
Lala Kusumah
rejeki tak kan kemana... semangat Lin Hua.....
Try
mungkin terasa aneh dgn buah buahan yg banyak mangfaat ny
Try
dagangan laris manis
Ita Xiaomi
Moga rejeki mereka lancar dan bs hidup berkecukupan dan bahagia.
Ita Xiaomi
Da lang sibuk nyari lapak kosong sedangkan jualan udah laku semua😁.
Enah Siti
Gak jdi di gantung di pohon tomat🤭🤭🤭🤭🤭😘😘😘😘🙏🙏🙏🙏🙏mksih thor
Enah Siti
thor gak up lgi 🙏🙏🙏🙏🙏
Enah Siti: oke ku tunggu awas klau gak ada ku gantung di pohon tomat thor 💪🏿💪🏿💪🏿💪🏿🤭🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣😘😘😘😘🙏🙏🙏🙏🙏🙏👍👍👍👍👍mksih
Carrot: Hari ini up kak, baru dikirim untuk di review. Tunggu ya kak paling satu jam lagi baru tayang/Pray/
total 2 replies
RJ 💜🐑
semangat buat karya nya thor, ceritanya bagus 🤗🤗👍🏻❤
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Erha Print
semangat berkarya
Erha Print
lanjutt
Erha Print
crazy up dunk
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
tetap semangat terus thorr
Lala Kusumah
jgn ikut tetap disana aja Li Hua, kasihan anak-anak... lanjuuuuuuuuuuutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!