Alina tidak menyangka sahabat yang dia kira baik dan pengertian telah menghancurkan biduk rumah tangga yang telah di jalin Alina selama tiga tahun lamanya. Lenna adalah sahabat Alin. mereka berdua telah menjalin persahabatan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. ternyata Lenna menyukai suami Alin sejak lama. Lenna merasa tidak adil kenapa Alin bisa mendapat seorang pria tampan dan kaya seperti Revan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinni Iskandar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.12 Merasa Aneh
"Alina" gumam Revan. Ia membenarkan posisi duduknya, segera ia menekan tombol hijau, untuk menerima telepon dari Alin.
"Halo, mas"
"Ya, Sayang!?"
"kok belum pulang Mas?"
"I-ini Mas, lagi dijalan Sayang"
"Ooh... Ya udah, hati-hati ya Mas"
"iya, Sayang"
Revan menghembuskan nafasnya, ia menoleh sejenak kearah Lenna, lalu pandangannya menghadap kedepan kembali. Ia mengusap pelan wajahnya
Lenna yang penasaran, akhirnya bertanya " Kenapa, Mas?" tanyanya dengan wajah penuh tanya
"Enggak ada apa-apa kok" ucapnya, "Kita pulang sekarang ya?" Sambungnya lagi.
Lenna tampak kecewa. Sebab, kesenangannya beberapa saat lalu, harus terhenti. Ia menghela nafas diam-diam. Ia ingin marah, tapi tidak tahu mau melampiaskan dengan siapa.
Revan segera melajukan mobilnya kembali, mengantar Lenna pulang. Ia menambah kecepatannya, agar cepat sampai kerumah.
Tiga puluh menit kemudian, Ia sudah memasuki area perumahannya. Ia membelokkan mobilnya, dan segera memasukkannya kedalam garasi.
Ia segera turun dari mobil, melangkah pelan menuju pintu rumah. Tangannya menekan bel, tak lama wanita cantik muncul dihadapannya.
Senyum ceria diwajahnya, menghiasi wajah cantiknya
" Mas..." sapanya, lantas berjalan mendekat dan memeluk erat tubuh suaminya. Revan membalas pelukkan istrinya. Ia mengusap pelan punggung istrinya
"yuk ! Mas masuk" ajaknya, tangannya memeluk lengan kekar suaminya. Keduanya berjalan bersisian, melangkah menaikin anak tangga.
setelah sampai dikamar, Alin membantu melepaskan jas suaminya. Lalu ia berniat ingin melepaskan dasi suaminya, tiba-tiba hidung Alin mencium aroma lain dari pakaian suaminya
Ia tertegun sejenak, reflek ia melihat kearah suaminya tiba-tiba, dan tangannya mendadak berhenti ketika menyentuh kerah baju Revan
Revan mengernyitkan dahi "Kenapa Sayang?" tanya Revan penasaran. Tanpa membuang pandangannya ia masih menatap Revan.
"Kok, baju kemeja kamu bau parfum lain Mas?"
Sontak pertanyaan itu, mampu membuat Revan panik. Ia mencoba menetralkan perasaannya. ia berusaha bersikap biasa saja
"O-oh.. mungkin ini, bau parfum klien Mas, Sayang" jawab Revan gugup
Alin masih menatap mata sang suami, ia bisa melihat ada kegugupan disana.
"Oo gitu ya..." ucapnya menganggukkan kepalanya
"Sial.. Untung dia gak curiga" rutuknya dalam hati
Setelah Alin membereskan pakaian kotor itu, ia segera mandi. Berharap, rasa panas yang ada dalam tubuhnya hilang.
Ketika Revan telah masuk kedalam kamar mandi, Alin terduduk di pinggiran Ranjang.
Ia sepertinya tidak asing lagi, dengan bau parfum di baju kemeja suaminya. Namun ia lupa, siapa pemilik parfum itu.
lima belas menit kemudian, Revan telah menyelesaikan ritual mandinya. Setelah memakai pakaian, Alin mengngajak untuk makan malam bersama.
kedua tampak menikmati makan malamnya, sesekali suara tawa terdengar
"Gimana, Mas. pekerjaannya hari ini?" Tanya Alin di sela-sela makannya.
"iya, gitu deh Sayang" setelah meneguk minuman di gelasnya
"ya udah, habis ini, aku pijitin deh!" tawar Alina
Revan tersenyum menoleh kearah istrinya " Yang bener?" goda Revan. Alin terkekeh pelan "Iya mas"
keduanya pun melanjutkan makannya.
Lima menit kemudian, keduanya telah menyelesaikan makannya.
"Sayang, Mas langsung keruang kerja ya?" pamit Revan pada Alina. Seketika Alin menoleh menatap suaminya.
"Gak jadi dipijitin nih?!" ucap Alin mengulum senyum
Revan beranjak dari duduknya, lalu menghampiri sang istri yang masih membantu mbak yati membereskan meja makan
"Nanti aja deh, selesai kerjaan Mas dulu" jawabnya sambil memeluk Alin dari belakang. Lalu mengecup Rambut istrinya
"Ya udah, nanti aku bikinin kopi" jawab Alin.
Revan pergi meninggalkan istrinya didapur, ia melangkah pelan menaikin anak tangga.
Kopi susu buatan Alin telah siap, ia menaruhnya di tatakkan, lalu membawanya naik keatas dimana tempat suaminya berada.
Tok... Tok...
"Mas!!" panggilnya dari luar
"masuk Sayang!!" teriak Revan. Alin membuka pintunya, ia melihat suaminya, yang tengah fokus didepan layar laptopnya.
Ia segera meletakkan kopinya diatas meja, "Makasih Sayang" ucap Revan
"iya, Mas. Aku tinggal sendirian? gak papa kan Mas?" tanya Alin, ia mengusap lembut lengan suaminya
Revan mendongak menatap istrinya "iya ,gak papa kok". kecupan dibibir tak lupa Alin berikan kepada suaminya
****
Ketika Revan melihat jam, ternyata jarum jam didinding telah menunjukkan pukul 22.45 menit. Fokusnya terganggu dengan suara dering ponselnya.
Ia meraihnya, lalu melihat nama Lenna yang tertera dilayar ponselnya "Lenna?" gumamnya pelan, segera ia menerima teleponnya
"Halo"
"Halo Mas"
Darah Revan berdesir kala mendengar suara lembut Lenna. Ia tak lagi fokus pada layar didepannya. Ia menjadi terbayang-bayang dengan kejadian yang panas itu
"Mas" panggil Lenna. Ia tersentak dengan panggilan Lenna diujung telepon
"I-iya ,halo Len" ucap Revan terbata
"Aku panggil-panggil gak ada sahutannya"
"O-oh ... Maaf, tadi aku gak denger, ada apa Len"
"Enggak, Mas. cuma pengen nelpon aja kok"
Obrolan itu pun berlangsung sedikit lama, Revan tampak melupakan pekerjaannya.
"Mas, aku boleh gak nginep dirumah Mas lagi" tanya Lenna
Tak segera menjawab, tampaknya Revan sedang berpikir dan menimbang-nimbangnya. Ia sangat tidak keberatan, namun, bagaimana dengan Alin, pikirnya
"Mas"
"Ehemm.. Coba kamu tanya Alin? kalau boleh ya syukur deh" Ucap Revan akhirnya
Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya dibuka tiba-tiba dengan Alin. Seketika Revan mematikan teleponnya. Ia benar-benar dibuat jantungan kali ini.
Wajahnya terlihat pias, Alin menaikan satu alisnya "Kenapa, Mas?" tanyanya heran. "kok teleponnya tiba-tiba dimatiin" sambungnya lagi.
Ia gelagapan "B-bukan siapa-siapa kok Sayang" ucapnya gugup. sebelum sang istri sampai menghampirinya, dengan cepat ia menghapus riwayat panggilannya
Ia menetrakan perasaannya " kok, kamu belum tidur Sayang?" tanyanya, mencoba mengalihkan tatapan intimidasi sang istrinya
"Aku nungguin kamu loh Mas" ucap Alin dengan suara manja. Ia cemberut, lantaran suaminya tak kunjung menyusulnya kekamar.
"Ooh.. Mas, kira ada apa" jawab Revan. "ya udah, kita kekamar yuk!" ajak Revan akhirnya
`000
Ditempat lain, seorang gadis tiba-tiba melempar ponselnya diatas ranjang. Ia sempat mendengar suara wanita lain dalam teleponnya tadi, sebelum Revan mematikannya.
Ia tahu, itu suara Alina, sahabatnya. Ia melirik jam digital diatas nakas.
"kira-kira curiga gak ya, si Alin tadi?" gumamnya, "kenapa belum tidur juga si mandul itu" sambungnya lagi dengan nada kesal.
Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar, "Aku harus bisa bikin Mas Revan jadi milikku" batinnya dalam hati.
"Aku rasa, gak perlu buru-buru, aku akan buat Mas Revan gak bisa lepas dari aku" Ia menyeringai "Alu bisa deketin Mamanya Mas Revan" gumamnya.
Ia terkekeh pelan, merasa mendapatkan ide baru. Alin pernah menceritakan kepadanya bahwa sang mertua tak begitu menyukainya.
Lenna berfikir akan memanfaatkan orang tua Revan, dengan begitu ia tak perlu susah-susah menyingkirkan Alin sendiri