Cerita romansa mantan kekasih yang masih terhubung meski hubungan keduanya telah kandas. Akankah kebersamaan mereka sejalan atau hanya kenangan? Akankah berakhir di pernikahan atau datang sebagai tamu undangan?
Inilah cerita tentang kisah klise Regan dan Nahla. Dua manusia yang dipertemukan di bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsmeriseee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deja vu
Kota Bandung lagi-lagi dilanda hujan deras. Regan menghentikan mobilnya di depan rumah makan khas Jepang. Mematikan mesin mobil lalu mencondongkan tubuhnya ke belakang mengambil payung.
Nahla diam di tempat duduknya. Kenapa Regan membawanya kesini? Ingin membuat Nahla mengingat masa lalu mereka?
"Ayo turun," Tegur Regan.
"Harus banget makanan Jepang?" Nahla menatap Regan.
Regan mengerutkan keningnya. "Emang kenapa? Bukannya ini makanan favorit kita?"
Berhenti menyebut kita. Batin Nahla.
Regan keluar dari mobil terlebih dahulu, membuka payung lalu menghampiri Nahla. Membukakan pintu sembari mengulurkan tangan membantu Nahla turun.
Nahla menyingkirkan semua rasa di dalam dirinya untuk bersikap seperti biasa. Meraih tangan Regan lalu keduanya masuk ke dalam. Merasakan lembut tangan Regan melingkar di bahu seolah menjaganya seperti dahulu. Nahla tahu bahwa tidak ada rasa lagi dalam diri Regan untuknya. Namun, tidak semudah itu bagi Nahla melupakan segalanya. Biarlah Nahla hilangkan dengan perlahan dengan caranya.
Regan memesan tempat yang tertutup sehingga Nahla tidak perlu khawatir ada yang melihat keduanya.
Deja vu. Kalimat yang pas untuk saat ini. Nahla merasa ia dan Regan seperti dulu. Ketika semua masih baik-baik saja. Tertawa, melakukan hal yang keduanya sukai sampai lupa waktu. Kenangan hanyalah harga yang tidak ternilai, sekarang Nahla hanya bisa duduk diam mendengar Regan memesan menu tanpa harus Nahla kasih tahu.
Nahla ingin sekali melupakan bahwa lelaki di hadapannya ini bukan kekasih perempuan lain, sehingga tidak ada rasa bersalah dalam dirinya.
"Ada tambahan, Na?" Tanya Regan memecah keheningan.
Nahla tersenyum menggeleng. Pelayan restoran pergi usai mencatat pesanan.
"Ini restoran Jepang paling enak di Bandung. Akhirnya kesampaian bawa lo makan disini," Kata Regan tersenyum.
"Kenapa harus bawa gue?"
"Karena lo suka makanan Jepang,"
Nahla membuka tutup botol air mineral. "Pacar lo? Nggak suka?" Tanya Nahla pelan.
"Suka, tapi lebih sering makan di angkringan."
Nahla tersenyum bergetar. "Pacar lo sehebat itu ternyata,"
"Semua perempuan itu hebat. Lo juga hebat,"
Nahla menghembuskan napas berat. "Gue boleh tanya satu hal? Sebenarnya ini pertanyaan sudah gue pendam lama, mungkin ini waktu yang tepat,"
"Em, apa?"
Nahla diam lama namun akhirnya pertanyaan yang mengganjal di hati tidak bisa keluar dari mulutnya. "Nggak, kapan-kapan aja,"
"Ngomong aja,"
"Nggak ada yang perlu di bahas—"
"Hubungan kita?" Regan memotong kalimat Nahla. "Lo masih marah?"
"Nggak," Nahla tersenyum kecil. Berbeda sekali dengan hatinya saat ini. Kenapa Nahla tidak bisa mengutarakan apa yang ia rasakan. Sulit sekali rasanya, seperti ada tembok besar yang harus Nahla panjat mati-matian dan akhirnya menyerah sebelum mencapai puncak.
"Ngomong aja kalau itu mengganggu dan buat lo merasa nggak nyaman. Gue nggak masalah, Na,"
Iya. Segampang itu bagi lelaki.
Dan lagi Nahla hanya bisa membalas dengan senyuman. Rasanya terlalu lelah memikirkan hatinya.
Keduanya memilih diam bermain handphone. Nahla membalas pesan Ayra yang menanyakan keberadaannya. Membaca informasi terbaru di grup yang mengatakan bahwa ospek fakultas dan jurusan akan di gabung dalam waktu bersamaan dan bertempat di salah satu wisata yang terletak di kota Bandung.
Ayrasme Gefanda
Btw, kosan udah di kunci Na. Gue sama Zoya lagi cari hotel. Nanti gue kabarin kalau udah ketemu. Lo bisa kesini, besok pagi kita berangkat pakai bus dari kampus.
Nahla tersenyum tipis lalu meletakkan handphone ke meja. "Gue nggak bisa ikut lo malam ini," Akhirnya Nahla punya alasan.
"Iya gue tau, tidur di mana malam ini?"
"Ayra lagi cari hotel, nanti gue di kasih tau," Nahla menyingkirkan tasnya dari atas meja karena makanan sudah datang. "Lo ikut?"
"Nggak," Regan menyeruput minuman dan makan dengan santai menggunakan sumpit. "Kenapa? Lo mau gue ikut?"
"Dih," Nahla terkekeh pelan. Sepertinya suasana yang canggung kini berubah menjadi santai. "Kali aja lo mau temenin cewek lo. Satu fakultas sama gue, beda jurusan aja,"
"Dia nggak suka gue temenin,"
"Oh, ya?"
"Karena katanya pasti semua orang berfokus ke gue,"
"Percaya diri lo semakin meningkat dengan bertambahnya usia," Keduanya tertawa kecil.
"Gitu dong ketawa, setiap kali ketemu lo kayak lihat tai gitu di muka gue," Ujar Regan membuat Nahla tersedak kemudian tertawa. "Serius Na, lo kayak jijik. Menghindar dari gue,"
"Aduh perut gue sakit," Nahla membungkuk tertawa menekan perutnya.
"Lo harus ketemu sama Aruna, deh. Gue rasa kalian bisa jadi, teman,"
Seketika tawa Nahla terhenti. Kembali duduk tegap.
"Aruna nggak seperti yang di lihat orang. Dia sederhana. Persis seperti lo," Regan tersenyum.
Nahla hanya tersenyum tipis. "Gue nggak mau ada yang tahu hubungan kita di masa lalu."
Regan meletakkan sumpit ke meja, membalas tatapan Nahla teduh. "Aruna tau. Sebelum lo minta kalau kita nggak saling kenal,"
Nahla mengepalkan tangan di pangkuan. "Lalu?"
"Dia mau ketemu sama lo. Katanya penasaran seperti apa sosok yang sering gue ceritain sama dia,"
"Lo ceritain apa?"
"Gue nggak ngejelekin lo, kalau itu yang lo takutkan,"
"Hanya dia yang tau?"
"Em, hanya Aruna."
Nahla menghembuskan napas pelan, kembali makan dengan tenang. Harusnya Nahla bisa berdamai dengan perasaan.
Usai makan, keduanya duduk sebentar sebelum memutuskan pergi. Nahla sudah mendapatkan lokasi hotel dimana Ayra dan Zoya berada. Regan mengantarkan Nahla kesana. Tidak ada percakapan serius, hanya obrolan ringan dan sesekali tertawa.
"Thanks," Kata Nahla turun dari mobil.
"Nggak mau gue antar sampai ke kamar?"
"Terus lo ketuk pintu dan ketemu sama dua temen gue dan bilang hai gue yang antar Nahla." Ekspresi Nahla dengan cepat berubah. "Dan seketika Ayra harus di evakuasi." Kemudian keduanya tertawa. Nahla sudah menceritakan soal Ayra yang nge-fans pada Regan.
"Kalau gitu gue pulang,"
"Em."
Nahla melambaikan tangan tersenyum mengiringi kepergian mobil Regan.
ceritain aja ttg persiapan pernikahan mereka serta ujian² nya/Good/
Bikin penasaran aja
Giliran up paling cuma 2 bab doang, eehh vakum lagi 2 bulan 🤭🤭