Rull, seorang pemuda berusia 17 tahun yang sering menjadi korban perundungan di sekolahnya, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Dalam sebuah kegiatan kemah sekolah, ia tersesat di hutan dan mengalami serangkaian kejadian mengerikan yang membawanya ke ambang kematian. Saat berada di antara hidup dan mati, sebuah entitas misterius memberinya kesempatan kedua di dunia yang asing dan penuh keajaiban.
Terbangun di dunia baru yang indah namun berbahaya, Rull harus belajar bertahan hidup dengan kemampuan serta kekuatan yang ia miliki. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Jack, Blade, dan Arlecchino. Mereka berpetualang bersama dan menyelesaikan konflik di berbagai region.
Entah takdir apa yang mereka hadapi bersama di dunia yang penuh keajaiban dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The rull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arc Irdlia Bab 8 Tekad Kuat
Sesampainya di rumah, Rull melihat Blade sedang makan. "Blade, ke mana saja kau?" ucap Rull dengan lelah. "Aku mencari-mu kemana-mana."
"Hehe, kau mencariku ya? Sebenarnya, pas kau pergi, aku sudah pulang. Aku ingin mengejarmu tapi malas," jawab Blade santai.
"Blade, aku ingin bicara serius denganmu," kata Rull.
"Duduklah dulu, bicarakan sambil makan saja," balas Blade sambil menyuapkan makanan.
"Blade, tolong ajarkan aku berpedang. Hino bilang teknik berpedangmu jauh lebih hebat darinya."
Blade mengangguk, memahami situasinya. "Aku tahu alasan kau ingin belajar berpedang. Kau sudah tahu tentang Demous, kan?"
"Ya, ratu sudah menaruh harapan padaku untuk menghentikan Demous. Namun, aku tidak punya pengalaman bertarung. Aku ingin berlatih dan menghentikan Demous," kata Rull dengan tekad.
"Aku juga menginginkan hal yang sama. Besok pagi, kita pergi ke pohon beringin. Kita akan latihan di sana," jawab Blade.
"Oke, Blade," balas Rull, merasa sedikit lega.
Keesokan harinya, Rull dan Blade memulai latihan mereka. Blade mengajarkan cara menggenggam pedang dengan benar serta teknik-teknik dasar bertarung. Sementara itu, Jack dan yang lainnya sibuk menyelesaikan tempat darurat. Arlecchino mengintip latihan Rull dan Blade dari kejauhan, begitu juga Tsaritsa yang melihat mereka dari jendela kamarnya di atas.
Tidak lama kemudian, jenderal datang menghampiri Arlecchino. "Peruere, sedang apa kau di sini?" tanyanya.
"Ah, tidak, Jenderal, hanya mengisi waktu luang," jawab Arlecchino.
"Kembali ke markas, Peruere. Aku ingin mengadakan rapat untuk semua prajurit," perintah jenderal. Arlecchino dan jenderal kembali ke istana dan mengumpulkan semua prajurit Irdlia.
"Para prajurit sekalian, aku mengadakan rapat ini karena dewa Aonghus memberikan gulungan ini," kata jenderal, memegang gulungan di tangannya. "Gulungan ini mengatakan bahwa segel iblis Belial sudah mulai melemah. Demous berencana ingin mengambil kutukannya karena kutukannya sudah berkembang. Dengan kata lain, Demous berniat menculik tuan putri dan menjadikannya sebagai wadah pembuka segel."
Para prajurit mendengarkan dengan serius. "Hari ini, aku ingin kita menyusun strategi untuk mempertahankan tuan putri agar tidak jatuh ke tangan Demous," lanjut jenderal.
Mereka mulai berdiskusi dan merencanakan langkah-langkah pertahanan yang ketat. "Kita harus meningkatkan keamanan di sekitar istana," kata seorang prajurit.
"Benar, dan kita perlu membuat patroli tambahan di sekitar perimeter istana," tambah yang lain.
Jenderal mengangguk setuju. "Kita juga harus memastikan bahwa semua prajurit siap siaga dan mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi serangan. Tidak boleh ada kelalaian."
Arlecchino berpikir sejenak dan berkata, "Kita juga bisa menggunakan strategi penyamaran untuk mengelabui musuh. Buat seolah-olah putri tidak ada di istana."
Jenderal mempertimbangkan usulan itu. "Ide yang bagus, Peruere. Kita akan membuat rencana cadangan untuk menyembunyikan putri jika situasi menjadi kritis."
Dengan rencana-rencana tersebut, mereka berharap bisa melindungi Tsaritsa dan mempertahankan Irdlia dari ancaman Demous.
Rull dan Blade berlatih tanpa henti dari pagi hingga malam selama tiga hari. Selama waktu itu, Rull berhasil menguasai beberapa teknik dasar berpedang. Sementara itu, Jack dan yang lainnya menyelesaikan tugas mereka, dan jenderal juga menyelesaikan strategi pertahanan mereka.
Pada malam hari setelah latihan, Blade dan Rull selesai berlatih. "Oke, latihannya cukup sampai sini. Bagaimana Rull, apa kau sudah bisa menggunakannya?" tanya Blade.
"Ya, lihat tebasanku, aku sudah terbiasa mengayunkan pedangnya," jawab Rull dengan semangat.
"Bagus kalau begitu. Sekarang ayo kita pulang."
"Ayo," balas Rull. Saat mereka bersiap untuk pulang, Rull melihat Arlecchino sedang menatap langit malam. "Eh Blade, kau duluan saja, aku sedang ada urusan," kata Rull tiba-tiba.
"Hah, serius? Memangnya kau tidak cape?"
"Sudah duluan saja, Blade," Rull menjawab dengan tegas.
Rull menghampiri Arlecchino dan berkata, "Bolehkah aku duduk?"
"Duduklah," jawab Arlecchino singkat. Rull tiba-tiba merasa canggung. "Hino, kau tidak bertugas?"
"Sekarang jadwalku istirahat."
"Oh, begitu," kata Rull. "Kau sudah makan?"
"Mengapa kau mengatakan itu?"
"Ah, tidak-tidak, lupakan," kata Rull, merasa canggung lagi. "Disaat aku istirahat, aku selalu pergi ke tempat ini, menikmati indahnya pemandangan dan ketenangan. Aku tidak tahu apakah suatu hari nanti aku bisa menikmati pemandangan seperti ini lagi atau tidak."
"Jangan bicara seperti itu, Hino. Kau itu kuat, kau tidak lemah. Aku yakin kita bisa melawannya, bersama-sama."
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Arlecchino dengan nada skeptis.
"Karena dari hati. Hino, dengan kekuatan ku, aku akan melindungi semuanya dengan sekuat tenaga," jawab Rull dengan penuh keyakinan.