NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terkecoh

Pov Sukarmin

Aku terus berlari mengikuti suara gonggongan anjing sampai akhirnya tiba di atas bukit. Jaya yang terlihat mengatur nafas yang memburu, dia pun berhenti sambil menatap ke arah lembah yang rimbun oleh pepohonan.

"Anjing kita ke mana sukarmin?" tanyanya sambil menatap ke arahku yang sama-sama sedang mengatur nafas yang memburu.

"Coba panggil siapa tahu saja menyahuti."

Akhirnya Jaya pun memanggil kedua anjingnya, Namun sayang suara anjing semakin lama semakin menjauh, menimbulkan gema yang begitu khas ketika berteriak di dalam hutan belantara seperti ada yang mengikuti.

Setelah tidak membuahkan hasil, dengan terpaksa kita pun mengikuti suara anjing dengan berlari menerjang rimbunnya rerumputan, menghindari pohon-pohon besar yang menghalangi seperti tidak ada rintangan karena sudah terbiasa menjadi pemburu. sampai akhirnya kita pun tiba di suatu tempat terlihatlah anjing yang masih menggonggong.

"Kenapa anjing kita malah berhenti di sini?"

"Ya nggak tahu Kang, mendingan kita samperin aja."

Aku dan Jaya mendekat ke arah anjing, terlihatlah ada seekor babi yang sedang mogok tidak berlari lagi. matanya terlihat memerah bulu-bulunya, terlihat berdiri sepertinya merasa marah karena diganggu oleh kedua anjingnya Kang Jaya.

"Sukarmin anjing kita mau digunakan untuk berburu kijang, bukan untuk berburu babi. Ayo kita hentikan!"

"Tembak aja kepalanya, biar tidak membuang waktu."

"Sayang pelurunya, stoknya tinggal sedikit."

"Ya sudah kita pisahkan saja agar menjauh." jawabku sambil menatap ke arah babi hutan yang berada di sebelah bawah sedang digonggong oleh kedua anjing.

"Caranya bagaimana?"

"Biarkan aku aja yang memisahkan." jawabku sambil mengencangkan ikat pinggang, kemudian dengan perlahan mendekat ke arah babi mencari kelemahannya.

Aku berjalan dengan penuh kehati-hatian tanpa menimbulkan suara sedikitpun, menuju ke arah belakang babi yang sedang terfokus melawan dua anjing yang terus menggonggongnya.

Setelah tepat berada di belakang hewan itu, dengan segera aku pun loncat dengan menegangkan kedua kaki, mendarat di atas punggungnya. kedua tanganku memegang erat telinga sang babi hutan seperti sedang menaiki kuda

Setelah duduk dengan pas, aku pun menjatuhkan tubuh dengan menarik yang kedua telinga babi agar tubuhnya terjatuh.

Brug!

Suara tubuhku yang menimpa tanah, dengan diiringi suara kemrosok dari kaki babi yang terus bergerak-gerak ingin melepaskan diri, kepalanya terus meronta-ronta, namun aku tidak memberikan keleluasaan aku memegang kedua telinganya dengan begitu kuat.

Jaya yang sejak dari tadi memperhatikan, dia tidak tinggal diam dengan segera mengeluarkan tali untuk mengikat kedua kaki babi yang belakang, kemudian diangkat ke atas membuat tubuh babi itu semakin tidak bisa berkutik.

"Mau diapakan babi ini sukarmin?"

"Tidak akan diapa-apakan Kang? kita lepaskan kembali, namun sebelum dilepaskan anjing kita harus dipegang terlebih dahulu agar tidak mengejarnya lagi!"

"Terus bagaimana dengan kakinya karena kalau dibiarkan di tanah pasti akan terus meronta-ronta lagi?"

"Talinya ikat ke pohon Ki hujan!",,

Akhirnya Jaya pun mengikuti perintahku, dengan segera dia pun mengingatkan sisa tali pengikat yang berada di kaki babi, kemudian dia mengambil kedua anjingnya dibawa menjauh.

Aku terus memegangi telinga babi dengan kaki yang ditahankan ke tubuhnya, supaya babi itu tidak berontak atau melawan. namun setelah melihat kedua anjing ditangkap aku pun melepaskan genggaman tanganku, kemudian menjauhkannya dari kepalanya, takut terkena oleh taring yang terlihat sangat panjang.

"Hari ini kamu bebas, Aku sedang tidak ingin mengganggumu. kita hidup masing-masing saja!" ujarku sambil melepaskan ikatan yang berada di kakinya.

Dengan cepat babi itu pun bangkit kemudian berlari menuju semak-semak yang sangat rimbun oleh pepohonan. aku menarik nafas dalam merasa lega karena sudah menyelamatkan kedua anjing, meski babi itu sangat besar. namun aku dan Jaya yang sudah sangat paham dengan cara menanganinya tidak sedikitpun ada ketakutan.

Setelah babi itu tidak terlihat ditelan oleh ribuannya hutan, aku pun membangkitkan tubuh sambil menepuk-nepuk dedaunan yang menempel di baju, kemudian mengambil tali yang masih terikat di pohon Ki hujan, lalu berjalan mendekat ke arah Jaya yang masih memegang kedua anjingnya yang terus menggonggong, seperti tidak setuju dengan kelakuan pemiliknya atau mungkin merasa marah karena sedang asyik menggonggong babi dihentikan begitu saja.

Keadaan hutan yang sangat sepi, sekarang terdengar riuh dipenuhi oleh suara anjing, dari kejauhan terdengar suara monyet yang sedang berebut buah mangis.

"Belum saja sampai ke tempat tujuan, sudah ada saja gangguan itu harus bertarung dengan babi hutan. beruntung babi itu bodoh dan tidak melawan. mungkin sedang lemas belum menemukan sarapan," ujarku setelah berada di depan Kang Jaya.

"Kamu masih memiliki keberanian Sampai berani menaiki tubuh babi. Akang takut kalau babi itu berbalik lalu mengoyak tubuhmu menggunakan taringnya." jawabnya memuji keberanianku.

"Aku bukan berani. Namun sayang kalau dibiarkan nanti anjing kita yang celaka, karena kalau untuk melawan dua anjing Pasti akan sangat mudah dengan ukuran tubuhnya yang sangat besar."

"Benar kalau anjing ini sampai mati Akang akan kehilangan mata pencaharian. Ya sudah ayo kita lanjutkan lagi perjalanannya!" ujar Jaya sambil tetap memegang kedua anjingnya yang diselipkan di bawah ketiak.

Kami berdua pun melanjutkan perjalanan kembali, tadi sebenarnya sudah dekat ke lembah Arcamaya yang dikatakan ada hewan Kijangnya. namun perjalanan itu terganggu dengan seekor babi yang terendus oleh kedua anjing milik Kang Jaya.

Sesampainya ke tempat yang dituju, dengan segera Jaya pun melepaskan anjing yang berada di pangkuannya. sebelum berlari Anjing itu terlihat menggerakkan tubuhnya kemudian berlari dibarengi dengan gonggongan seperti tadi Ketika menemukan seekor babi, membuat aku dan Jaya mengulum senyum karena yakin hewan yang dikejar sekarang bukan seekor babi.

"Kejar kumbang, kejar......!" teriak Jaya sambil berlari yang diikuti olehku di belakangnya.

Kedua Anjing itu terus menggonggong menyusup ke rimbunnya rerumputan, kita berdua terus mengikuti di belakang sampai akhirnya tiba di suatu tempat. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Jaya bahwa di tempat itu ada seekor Kijang yang sedang berlari menyusup ke arah hutan.

"Ke arah barat Min, Barat....!" Teriak Jaya memberitahu sambil terus berlari mengikuti ke arah larinya hewan buruan.

Suara kemerosok dan kemrusuk tidak terhindarkan lagi, ketika tubuhku menabrak dedaunan kering, suara patahan kayu yang Terinjak menambah suasana ramainya keadaan di tempat berburu.

Dor!

Terdengar suara tembakan bedil Cuplis yang di kokang oleh Kang Jaya, namun masih terdengar suara kemrusuk yang semakin menjauh menandakan tembakannya itu tidak mengenai sasaran.

"Kena Kang?" Tanyaku berteriak.

"Tidak soalnya Kijangnya Terus Berlari, mungkin takut dikejar oleh anjing."

"Ya sudah ayo kita kejar lagi!" ujarku memberikan saran.

Jaya tidak memberikan tanggapan dia pun dengan segera mengisi kembali pelurunya kemudian berlari mengejar suara anjing, sampai akhirnya kita pun melihat kembali seekor Kijang yang terus berlari. dengan segera Jaya pun mengokang kembali bedilnya namun tembakannya selalu meleset, begitulah kejadiannya terus menerus sampai pelurunya habis.

"Haduh bagaimana ini peluru sudah habis sedangkan Kijang belum didapat?"

"Kalau mau Berburu menggunakan peluru, seharusnya ada banyak orang, sebagian menggiring sebagian menunggu. kayaknya kalau seperti ini mau tidak mau kita harus memanfaatkan kelelahannya, kita tunggu sampai Kijang itu lemas, baru kita bisa menangkapnya." jawabku dengan mengatur nafas yang terus memburu.

Mendengar penjelasanku, Jaya pun menggendong senjatanya kemudian berlari kembali mengikuti anjing, sedangkan aku berlari ke arah sebaliknya ingin memotong Jalan pelarian Kijang Yang Sedang diburu.

Aku yang sudah terbiasa berburu dengan senjata ataupun tidak sangat paham dengan gerak-gerik hewan yang sedang dikejar, sehingga aku dengan mudah bisa memotong jalan dari arah depan membuat Kijang itu berbalik arah kembali ke belakang.

Keadaan Kijang yang terlihat sudah lelah, mungkin benar Kijang yang sedang diburu, sekarang adalah Kijang yang kemarin diburu oleh Kang Jaya, karena larinya tidak terlalu kencang, bahkan lama-kelamaan Kijang itu semakin lemah sampai akhirnya dia berlari menuju ke arah Jaya yang sudah siap dengan golok yang ada di tangannya.

Ketika hewan itu berlari ke arahnya, dengan cepat Kang Jaya Mengayunkan golok menyambut kedatangannya. membuat rusa itu terpelanting ke arah samping, meski tidak tepat mengenai kepala namun kakinya yang terluka membuat hewan buruan tidak akan bisa berlari jauh kembali.

"Hahaha, akhirnya kamu dapat juga." teriaknya sambil berlari mengikuti rusa yang berlari ke arah lembah mungkin takut tidak bisa disembelih.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!