RINDU GUGAT

Cerita Nara Singa atau Nara Simha memang sangat menarik untuk di simak. Meski kejadian atau yang menjadi latar kisah ada di India.

"Yang menjadi catatan bagi kita adalah, Keberadaan Lilawati yang melahirkan seorang anak bernama Prahlada saat di asuh oleh Batara Narada. Sebab ia dididik menjadi seorang yang taat dalam pemujaan terhadap Wisnu," lanjutku.

"Wah, Raja Hiranyakasipu pasti murka pada Istri dan anaknya, " tebak Anika.

"Tentunya, sebab Raja Hiranyakasipu pembenci Wisnu. Apakah kemudian karena cinta, Hiranyakasipu kemudian ikut memuja Wisnu? " tanya Hengki.

Aku kembali memberi kelanjutan kisah pada Mereka. "Bukan hanya murka. Tetapi Hiranyakasipu menjadi benci pada anak dan juga istrinya,."

Bahkan Hiranyakasipu yang murka tega membunuh anaknya sendiri yang telah menjadi pemuja Wisnu yang taat.

"Wah, gila Hirayakasipu, " ujar Hengki.

"Tetapi perlu di ketahui, berkali kali Hiranyakasipu mencoba membunuh anaknya, ia selalu gagal, " kataku.

"Anaknya juga sakti, Nih, " sahut Ima.

"Anak Hiranyakasipu karena taat pada Wisnu, dia secara gaib dilindungi oleh Dewa Wisnu. Maka saat Hiranyakasipu ingin membunuhnya, Kekuatan gaib itu muncul dari dalam diri Prahlada," terangku.

"Barangkali kekuatan taat akan menumbuhkan energi kebaikan. Dan energi kebaikan ini menjadi tameng tersendiri bagi prahlada," kata Ima, saat aku minum secangkir kopi.

Aku mengangguk, "nah, bila kita berjalan pada kebenaran, itu adalah tameng yang terbaik bagi kita bila ada yang menghendaki kita celaka," terangku.

"Bila dalam falsafah Jawa, ada kalimat pagar yang paling kuat adalah pagar mangkok. Kekuatannya lebih kuat dari pagar tembok," kata Anika.

"itu karena sedekah, sih. Karena sedekah adalah menuangkan welas asih pada sesama manusia, sehingga kita akan tergiur welas asihNya Tuhan," kata Pras.

"Wih, makin dalam aja kalian ini mempelajari falsafah Jawa, " ujarku.

Keempatnya tertawa terbahak bahak.

"Karena berbagai cara telah dijalani oleh Raja Hiranyakasipu untuk membunuh Prahlada gagal, disebabkan adanya kekuatan gaib dari Wisnu. Akan tetapi ia tak melihat keberadaan Wisnu di dalam lokasi tersebut. Ini semakin membuat penasaran dari Raja Hiranyakasipu," terangku.

Tetapi apa yang terjadi, Lilawati dan Prahlada semakin taat pada keyakinannya. Ia bertambah semangat dalam memuja Wisnu.

Karena itu di suatu hari, Prahlada kembali di serang oleh Raja Hiranyakasipu. Dan tetap kekuatan Wisnu muncul tanpa bisa di lihat oleh Raja Hiranyakasipu di mana Si Wisnu.

"Di mana Wisnu?! " tanya Hirayakasipu sambil membentak pada Prahlada anaknya.

Prahlada dengan tenang menjawab, " Dewa Wisnu ada di mana mana, dan juga ada di sini. Dewa Wisnu juga akan datang".

Mendengar Jawaban Prahlada. putranya yang demikian makin murkalah Raja Hiranyakasipu. Dia menghantam pilar rumahnya dengan kekuatannya yang dahsat. Dan pilar rumahnya itu hancur berantakan.

Dari reruntuhan pilar rumah yang di hantam Raja Hiranyakasipu itu terdengar suara aneh. Ternyata, benar apa yang di katakan Prahlada. Yakni Dewa Wisnu muncul dalam wujudnya yang berbeda.

"Wujudnya Wisnu apa, Kak. Sebab Wisnu dalam Avatarnya atau Awatara Wisnu ini kan banyak," tanya Ima.

"Memang benar apa yang anda katakan, Ima. Yakni Awatara Wisnu ini banyak. Pernah ia berwujud Ikan besar, yang di sebut matsya, juga menjelma sebagai Kurma atau Kura kura sebagai alas Gunung Mandara dan saat bertempur dengan Hiranyaksa adik dari Raja Hiranyakasipu ia menjelma sebagai babi hutan atau Waraha. Dan yang sangat terkenal adalah Dasa Awatara atau 10 Awatara dalam Wisnu menjelma dalam misi penyelamatan dunia, " terangku.

"Maaf, Kakak jadi Waraha itu Babi hutan, dan Hiranyaksa yang dibunuhnya itu juga jahat, " tanyaku.

"Iya, karena Wisnu memiliki misi penyelamatan dunia. Tidak mungkin Wisnu datang tanpa misi. Waktu untuk bertempur dengan Hiranyaksa itu ribuan tahun, bukan hal sebentar, ini bila kita baca dari berbagai kisah mitologi Awatara Wisnu," terangku.

"Lantas apa kesalahan dari adik Raja Hiranyakasipu ini," tanya Anika.

"Maaf, Kakak sebentar, untuk pertanyaan Anika kita kisahkan besok atau kapan. Biar Nyambung dulu Kisah Hiranyakasipu ini. Sebab ini penting bagi kita, karena ada kaitannya dengan Reog," kata Hengki. Kemudian ia memandang pada Anika, dan berkata," maaf, Anika, tunda dulu nafsumu tentang Waraha," tambahnya.

Kami tertawa terbahak bahak mendengar ucapan dari Hengki.

"Iya, pokok tanpa mikir cengar cengir, walau terpinggir, " jawab Anika sambil terpingkal menahan tawa.

Aku kemudian melanjutkan kisahku, "Nah, Raja Hiranyakasipu sangat terkejut, melihat kemunculan sosok dari pilar rumahnya yang roboh. Betapa tidak, karena makhluk itu aneh, ia berkepala Singa berbadan manusia."

Raja Hiranyakasipu melihat makhluk itu beberapa langkah mundur. Makhluk itu adalah Nara Singa yang merupakan Awatara dari Dewa Wisnu. Dia hadir hendak menyelamatkan Prahlada dan membunuh Raja Hiranyakasipu yang bertindak Asura.

"Karena Raja Hiranyakasipu telah mendapatkan berkat dari Dewa Brahma, maka untuk membunuhkan butuh cara," tegasku.

"Cara apa yang di pakai oleh Nara Singa, Kak?" tanya Ima.

"Tentunya mencari suasana dan waktu yang tepat," Jawabku.

"Maksi perhitungan kayak di primbon?" tanya Ima.

"Raja Hiranyakasipu mendapatkan berkah dari Dewa Brahma, yang mengakibatkan tidak bisa di bunuh pada waktu pagi, siang dan malam, tidak bisa di bunuh oleh manusia, Hewan maupun Dewa, tidak bisa di bunuh oleh senjatanya manusia maupun Dewa, tidak bisa di bunuh di dalam ataupun di luar rumah, tidak bisa di bunuh di darat, air, api dan udara, " jawabku.

"Lantas, bagaimana cara membunuhnya Raja Hiranyakasipu, Kak?" tanya Pras.

"Kan dia sudah di berkati Dewa Brahma yang demikian, pasti rumit membunuhnya, " kata Hengki

"Jelas, maka Dewa Wisnu harus berawatara dengan Nara singa. Nara Singa bukan Manusia, Bukan Dewa, Bukan Hewan," kataku.

"Kok bisa? " Sela Anika.

"Iya di sebut Hewan berbadan Manusia. Di Sebut manusia tapi berkepala Singa, Dan memiliki kesaktian luar biasa bagaikan Dewa, ini adalah strategi untuk membatalkan, berkah Dewa Brahma yang tidak bisa dibunuh oleh manusia, hewan maupun Dewa," terangku.

"Oh iya, lantas bagaimana?" tanya Ima

Aku kemudian menjelaskan, Raja Hiranyakasipu setelah berhasil di kalahkan ia dipangku oleh Nara Singa. Lantas kukunya yang tajam berhasil merobek Hiranyakasipu pada waktu yang berkah Dewa Brahma tidak berlaku. Dan matilah raja Asura tersebut.

"Hari itu hari apa, Kak, berkah Dewa Brahma pada kesaktian Hiranyakasipu?" tanya Anika.

"Raja Hiranyakasipu dalam berkah Dewa Brahma tidak bisa di bunuh pada waktu pagi, siang dan malam, maka saat dia dikalahkan Nara singa pada senja hari. Sedangkan Dalam Berkah Dewa Brahma yang Dia tidak bisa dibunuh oleh senjata, perutnya di robek oleh kuku Nara Singa," jawabku.

"Dia tidak bisa di bunuh di darat, di api, di air maupun udara, kan?" kata Anika.

"Benar, maka ia tidak di bunuh pada darat, dalam api, air maupun udara, namun dia di bunuh di atas pangkuan Nara Singa, " terangku.

"Tapi tari reog apa mencerminkan gerakan Nara Singa sehingga Kakak beranggapan demikian? "

"Jangankan Tariannya, bentuk reog pada masa lalu saja sudah tidak bisa kita ketahui. Gerakan dan tariannya pasti akan berbeda dari masa ke masa," jawab Pras.

"Benar, tapi dalam mitos hindu, yang berwajah bagai singa dan berbadan manusia juga bermahkota merak adalah Nara Singa. Tapi ini bisa jadi Sekadar Inspirasi akan tetapi bentuknya pasti akan si sesuaikan dengan kondisi geografis yang ada di wilayah tersebut, "tegasku.