Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.
Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.
Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.
Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.
Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Lelaki
"Wow, kau bercanda atau serius mengancamku, Ethan?", tanya Rayden yang masih tampak tenang menikmati secangkir teh yang tadi disajikan Alden.
"Apa aku terlihat bercanda di matamu, hah?!", tegas Ethan lagi.
Rayden tertawa.
"Maaf Tuan Rayden, sebaiknya jaga sikap Anda", ucap Alden berusaha menenangkan ketegangan di ruangan itu.
Zareena yang tidak paham dengan situasi ini pun terkejut mendengar ucapan Ethan.
"Ada apa dengan mereka?", batin Zareena.
Zareena memang tidak mengetahui kedatangan Rayden dan perdebatan antara lelaki itu dengan suaminya sejak tadi karena saat Rayden tiba di ruang kerja Ethan, dia masih dalam perjalanan dari perusahaan A.
"Baiklah, kali ini aku mengalah. Aku senang dengan sikapmu yang tidak pernah berubah sejak dulu, Ethan", ucap Rayden.
"Zareena, kamu beruntung sekali memiliki bos seperti sahabatku ini. Dia pasti sangat menjagamu, ya", giliran Zareena yang Rayden lirik dengan ramahnya.
Zareena tersenyum kikuk, dia tidak tahu harus memberikan tanggapan seperti apa pada Rayden maupun Ethan yang masih saja berwajah masam.
"Ethan, kali ini aku mungkin belum beruntung bisa mengajaknya pergi keluar denganku. Tapi lain kali tolong izinkan aku pergi bersamanya, ya", Rayden masih memperjuangkan tujuannya di depan Zareena.
Ethan menggoreskan pena miliknya dengan kesal, ia menandatangani berkas dan memberikannya pada Zareena.
"Kirimkan langsung berkas ini ke perusahaan A dan jangan lekas kembali ke sini sebelum dia pergi!", Ethan memberikan berkas pada Zareena sambil melirik tajam ke arah Rayden.
"Baik, Tuan", Zareena berdiri dari tempatnya duduk dan berlalu dari ruangan itu.
Ethan memberikan kode pada Alden untuk mengikuti Zareena pergi.
Ruangan kembali hening, hanya menyisakan Ethan dan Rayden.
"Baru kali ini aku melihatmu begitu melindungi seorang wanita. Apa sekretarismu itu begitu spesial bagimu?", tanya Rayden menyelidik.
"Apa urusanmu dengan tindakanku? sejak dulu aku selalu melindungi wanita, terlebih wanita yang hendak kau permainkan", jawab Ethan ketus.
Rayden tersenyum, "Aku tidak sejahat itu pada wanita, Ethan dan kau tahu itu. Aku hanya belum menemukan wanita yang aku inginkan, itu saja".
Ethan menatap Rayden dengan datar, "Kau pemain wanita, mana bisa menemukan wanita yang kau inginkan? jika ku hitung sudah lebih dari seratus wanita yang kau permainkan sejak kita sekolah dulu".
"Ha ha ha ... begitukah? kau pengingat yang baik, Ethan. Ya, mungkin dulu aku memang seperti itu, tapi sekarang tidak. Aku benar-benar ingin menemukan wanitaku dan entah kenapa sejak pertama kali aku melihat sekretarismu, aku tertarik padanya. Perasaan yang tidak pernah aku rasakan pada wanita-wanita sebelumnya", ungkap Rayden jujur.
Ethan tertawa sinis mendengar kejujuran Rayden. Hatinya terasa sesak dan merasa terancam karena sahabat baiknya tertarik pada istrinya, Zareena.
"Jangan pernah berpikir untuk tertarik pada sekretarisku!", tegas Ethan.
Rayden yang sejak tadi berkali-kali mendapat ancaman dari Ethan kini mengernyitkan dahinya.
"Kenapa? apa sekretarismu itu orang spesial buatmu atau mungkin dia istri orang lain sehingga tidak boleh aku dekati?", berondong Rayden penasaran.
Ethan menghela nafas dalam, "Jika aku katakan dia adalah istriku, apa kau percaya?".
Rayden terdiam sejenak lalu tertawa dengan keras.
"Ha ha ha ... apa kau serius dengan ucapanmu itu?. Seorang Ethan Hawkins menikah dengan gadis sederhana seperti Zareena, aku tidak percaya, sungguh".
"Terserah kau mau percaya atau tidak. Satu hal yang pasti aku tidak berbohong tentang status Zareena, dia adalah istriku. Istri sahku, Rayden!", lagi, Ethan memberikan penegasan.
Rayden beranjak pindah tempat duduk dari sofa ke kursi di depan meja Ethan.
"Are you super super super serious, Ethan?", Rayden menatap tak percaya pada Ethan.
"Do I look like I'm joking to you?", Ethan balik bertanya.
Rayden menggeleng-gelengkan kepalanya, "It's really unbelievable, Bro".
"But it's true, Dude".
Sejenak Rayden terdiam. Dia menatap Ethan lebih lekat dan dia tidak menemukan ekspresi bohong atau bercanda di wajah sahabatnya itu.
"Kenapa kamu tidak mengabariku jika benar kamu menikahi Zareena?", Rayden tetap bersikap menyelidik.
Ethan tersenyum sinis, "Apa aku harus memberitahumu tentang apa yang menjadi urusanku?".
"Aku benar-benar terkejut. Aku kira kau akan menikah dengan Nadine, tapi ternyata ...".
"Sudah, jangan bahas lagi wanita itu lagi. Dia masa laluku yang tidak ingin aku ingat!", Ethan memotong ucapan Rayden.
"Baiklah, sekarang aku paham kenapa sejak tadi kau bersikap kasar dan marah-marah padaku. Ternyata wanita yang aku inginkan itu adalah istrimu, ok aku mundur", Rayden mengangkat kedua tangannya di atas bahu.
"Bagus. Seharusnya kau bersikap seperti itu sejak awal", ucap Ethan.
"Ya mana aku tahu Zareena itu istrimu, Ethan. Aku hanya mengenalnya sebagai sekretarismu. Jika saja aku tahu sejak awal, tentu aku tidak akan bersikap seperti tadi. Aku senang mendengar kau sudah menikah. Bagaimana rasanya menikah?", Rayden mengalihkan topik pembicaraan.
"Pertanyaan macam apa itu?", Ethan tertawa kecil dengan pertanyaan Rayden.
"Hei, Bro, aku serius. Ini obrolan lelaki. Aku ingin tahu bagaimana rasanya menikah?. Diusiaku sekarang aku bahkan belum menemukan cinta sejatiku. Wajar bukan jika aku bertanya soal pernikahan padamu?", kilah Rayden.
Ethan dan Rayden tertawa bersama. Memang serandom itu pembahasan mereka dalam mode normal.
"Entahlah, aku tidak bisa menjelaskannya. Satu hal yang pasti, aku rasa menikah itu menyenangkan", terang Ethan singkat.
"Menyenangkan? maksudmu urusan ranjang?", Rayden bertanya setengah berbisik dengan lirikan mata genit.
Ethan melemparkan pena yang sejak tadi ia pegang.
"Bukan itu!".
"Ha ha ha ... kau tidak bisa bohong, Ethan. Bagaimana rasanya bercinta?", pertanyaan Rayden mulai menggila.
"Pertanyaan macam apalagi ini, Rayden?. Aku tidak mau menjawabnya!", tolak Ethan kikuk.
"Hei, aku tahu sejak dulu kita adalah dua pria populer dan digandrungi banyak wanita. Tapi urusan bercinta, bukankah kita sudah sepakat dulu akan melakukannya pertama kali dengan wanita yang kita nikahi?", Rayden menyikut tangan Ethan yang terlipat di atas meja.
Ya, dulu Rayden dan Ethan memang pernah membuat kesepakatan tak tertulis bahwa sepopuler apapun mereka di kalangan para wanita dan dengan siapapun mereka menjalin hubungan, mereka berdua tidak akan merusak wanita itu. Hanya ikatan pernikahan yang akan membuat Rayden dan Ethan mengecap nikmatnya salah satu surga dunia.
"Kau masih mengingat hal bodoh itu ternyata", Ethan tertawa.
"Tentu saja, Ethan. Meskipun aku terlihat brengsek di matamu, tapi aku memegang teguh kesepakatan kita dulu. I'm still a virgin, Dude", ucap Rayden penuh percaya diri.
Ethan tertawa melihat tingkah Rayden yang penuh gaya.
"Me too", jawab Ethan.
"Are you sure? kamu belum melakukan hal itu dengan istrimu?", Rayden tak percaya dengan pendengarannya.
"I just kissed her for once, no more", jawab Ethan jujur.
"What's wrong, Dude?", Rayden penasaran.
"It isn't simple, Ray. Kalau aku ceritakan akan sangat panjang yang jelas kami baru menikah delapan bulan yang lalu. Dia masih beradaptasi, aku tidak ingin memaksanya", terang Ethan miris.
"What? it's so weird to hear. Apa kalian terpaksa menikah atau bagaimana?", Rayden semakin penasaran.
"Aku yang menginginkan pernikahan ini, Ray. Dia tidak. Itulah kenapa aku sedang berusaha membuatnya jatuh cinta padaku", ucap Ethan sendu.
"OMG, Ethan Hawkins, baru sekarang aku melihatmu seperti ini. Aku tak pernah mendengar atau melihatmu seserius ini mendapatkan hati seorang wanita, bahkan tidak dengan mantanmu yang dulu. I support you. I trust you, you can get her heart", Rayden menepuk bahu sahabatnya sebagai bentuk support.
"Thanks. It's so meaningfull for me", Ethan tersenyum menyambut baik dukungan Rayden terhadap perjuangan cintanya.
"I'm with you. Kita bersahabat baik, Ethan. Sudah seharusnya kita saling mendukung. Satu hal lagi yang membuatku penasaran, kenapa Zareena jadi sekretarismu dan memanggilmu Tuan? it's so weird for the couple, you know it", Rayden ingin menghabiskan rasa penasarannya.
Ethan tertawa mendengar pertanyaan Rayden yang seolah tiada habisnya.
"Beberapa hari yang lalu dia meminta izin padaku untuk bekerja karena dia merasa bosan di rumah. Aku hanya mengizinkan dia bekerja denganku saja. Bisa dibayangkan bukan bagaimana nasib istriku jika sampai dia bekerja di perusahaanmu?", Ethan melirik Rayden penuh canda.
"Dan ya, panggilan Tuan memang terdengar aneh bagi orang yang tahu jika kami yang sudah menikah. Tapi itu keinginannya dan hanya berlaku di kantor saja", lanjut Ethan.
Rayden tertawa, dia paham maksud ucapan Ethan.
"Rupanya kalian benar-benar pasangan yang aneh, ha ha ha ... Tentu saja kalau aku tahu dia istrimu, mana berani aku menggodanya. I'll keep the distance with her, swear", Rayden mengacungkan jari tengah dan jari manisnya bersamaan.
Ethan dan Rayden tertawa bersama, menikmati perbincangan mereka. Hingga tak terasa perbincangan itu berjalan lama, seolah mereka bernostalgia dan melepaskan kepenatan yang belakangan ini menyita waktu dan pikiran keduanya.
Momen menyebalkan dan menegangkan yang sebelumnya terjadi kini berubah menjadi obrolan yang hangat antar lelaki dewasa.