Kisah Manis Seorang Penulis

Sefty menuruni tangga menuju lantai dasar untuk pergi ke mall mencari buku bacaan. Ya, Sefty memang kerap menghabiskan waktunya ke mall hanya untuk membeli buku, atau sekedar menghilangkan penat karena menulis. Namun, saat langkah kaki Sefty menapaki anak tangga terakhir, ia mendengar suara televisi yang cukup keras dari ruang keluarga.

"Berita selanjutnya, dikabarkan anak dari pemilik production house Leonardo Entertainment tengah menjalin asmara dan akan segera melangsungkan pertunangan dalam waktu dekat dengan seorang penulis kenamaan Indonesia, Sefty Baskara. Munculnya berita ini ke publik, membuat banyak dari warganet mengucapkan do'a terbaik mereka untuk pasangan tersebut. Kita do'a kan bersama semoga hubungan baik antara keduanya bisa dilancarkan hingga hari bahagianya."

Kaki Sefty seakan tidak bisa digerakkan saat mendengar namanya disebut dalam pemberitaan tv. Awalnya Sefty akan kembali ke kamarnya agar tidak diinterogasi oleh keluarganya. Namun pergerakannya kalah cepat, karena kini dirinya dipanggil oleh sang Papa.

"Pagi, Pa. Kapan Papa pulang?" tanya Sefty. Sebab, seingatnya Papanya sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri.

"Dini hari tadi. Pesawat Papa take of jam dua belas tadi malam."

Sefty mengangguk mendengar jawaban Papanya. Ia memilih ikut duduk bersama sang papa di ruang keluarga sebelum pergi ke mall.

"Pa,"

"Hm?"

Sefty tampak meremas kedua tangannya karena gugup. Ia tahu Papanya pasti ingin menanyakan perihal berita yang tersebar. Namun ia juga tahu seperti apa Papanya, laki-laki itu tidak akan bertanya, kecuali yang bersangkutan sendiri yang menjelaskan.

"Ada apa?" tanya Papa Lion.

"Mmm itu, sebenarnya berita itu hanya salah paham, Pa. Sebenarnya tadi malam kami hanya sedang bermain peran di situ. Tapi, mungkin ada oknum media yang justru melebih-lebihkan."

"Hm, Papa percaya Nak. Lagipula, kalaupun itu benar, Papa rasa juga tidak masalah kalau kau bertunangan dengannya. Usiamu dengannya juga terlihat tidak begitu jauh 'kan?"

"Thank's Papa." Sefty langsung memeluk Papanya dengan erat setelah mendengar tanggapan santai dari papanya.

Sefty benar-benar bersyukur memiliki Papa yang super pengertian seperti Papa Lion. Karena Papa Lion bukan saja berperan sebagai ayah yang baik, tapi juga selalu memberikan figur sahabat dalam hidupnya. Oleh karena itulah, Sefty begitu amat nyaman berbagi segala hal dengan Papanya.

"Ngomong-ngomong, pagi-pagi begini mau ke mana?" tanya Papa lion saat melihat tampilan putrinya yang sudah terlihat sangat cantik.

"Mau ke mall, Pa. Mencari buku."

"Mau Papa temani?"

"Memang Papa tidak lelah?"

"Tidak ada kata lelah kalau untuk menemani anak-anak Papa."

Sefty bahagia mendengarnya, ia bahkan sampai memekik girang karena Papanya akan menemaninya belanja seperti biasa. "Ya sudah, kalau begitu aku akan memilihkan pakaian untuk Papa dulu, tunggu ya."

Sefty menuju kamar kedua orang tuanya, lalu mulai mencari-cari setelan yang sekiranya cocok untuk Papanya kenakan hari ini. Pilihan Sefty mendarat pada kemeja polos berwarna biru muda dan celana bahan abu-abu yang terlihat sangat serasi. Setelah mendapat setelan yang ia inginkan, Sefty keluar dari kamar orang tuanya dan menunjukkan baju pilihannya kepada sang Papa yang masih duduk di ruang keluarga.

"Wow! Warnanya segar sekali," puji Papa Lion. Laki-laki paruh baya itu mengambil setelan yang putrinya berikan dan langsung mengenakannya. "Bagaimana penampilan Papa sekarang?" Papa Lion keluar dari kamar dengan menunjukkan pakaian yang ia kenakan.

"Mmm..." Sefty mengusap-usap dagunya saat melihat penampilan sang Papa yang sedikit kurang memenuhi ekspektasinya. Lantas tanpa sungkan, Sefty membantu menggulung lengan baju sang Papa hingga sebatas siku, dan membuat tampilan Papa Lion seribu kali lebih muda dari usianya. "Nah, sekarang Papa sudah terlihat sangat tampan," puji Sefty.

"Memang, kau mau membawa suami Mama pacaran ke mana?" tanya Mama Diana saat melihat ayah dan anak yang tampak kompak itu.

"Ma, izin membawa suami Mama ke mall ya. Kita mau pacaran sebentar."

"Sejak kau dan Kak Silvia-mu beranjak besar, Mama memang sudah dilupakan oleh Papamu."

"Hei, tidak begitu. Kau ini kenapa cemburu dengan putri sendiri," ucap Papa Lion saat melihat istrinya merajuk.

"Lagian Papa kalau Mama ajak ke mall tidak pernah mau, giliran anak-anak yang ngajak, pasti mau. Dasar menjengkelkan."

"'Kan kemarin-kemarin Papa lagi sibuk. Ya sudah, besok Papa akan menemani Mama ke manapun yang Mama mau, bagaimana?" tawar Papa Lion.

"Serius?" Bagai anak kecil yang ingin membuat janji, Mama Diana mengacungkan jari kelingkingnya kepada sang suami dan langsung ditanggapi suaminya dengan ikut menautkan kelingking pula.

Sefty yang melihat tingkah manja Mamanya hanya mengulum senyum. Entahlah, Mama dan Papanya sudah menikah berpuluh-puluh tahun, tapi keromantisan keduanya tidak pernah lekang oleh waktu. Bahkan, Mama Diana sering sekali merasa cemburu saat melihat Papa Lion menemani kedua putrinya bepergian.

"Ets! Sudah ya romantis-romantisnya, sekarang saatnya Papa harus menemani anak gadisnya yang manis ini untuk belanja." Sefty langsung mengamit lengan sang Papa dengan romantis. "Dah, Mama."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Seneng banget kalo liat anak gadis bisa sekompak itu sama bapaknya.