NovelToon NovelToon
RAMALAN I’M Falling

RAMALAN I’M Falling

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Selasa

Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.

Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.

Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.



Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Soraya yang sebelumnya selalu menjadi pihak membuat orang lain terbentur, kini menjadi pihak yang terbentur itu. Rem panjang dan mendadak yang dilakukan Sean, bahkan membuat mereka hampir ditabrak.

“WOY SIALAN PAKE OTAK KALO NYETIR!” Teriak pengendara di belakang mereka. Posisi mereka yang dekat pinggir, segera diambil Sean untuk menepikan motornya. Hanya saja, pengendara yang memarahi mereka tadi juga ikut berhenti.

Tidak cukup dengan satu kalimat itu, dia melontarkan makian demi makian, pada keduanya. Membuat Sean, menjadi panas dingin.

“TURUN SINI KALO BERANI!” Hanya dalam beberapa detik setelah makin, ajakan berkelahi itu akhirnya sampai. Soraya yang tidak pernah memikirkan apapun selain dirinya sendiri, hanya sibuk mengabsen mulutnya dengan lidah. Dia sedikit bingung dengan rasa asin yang ada.

Sementara Sean, dia saat ini sedang berjuang melawan banyak hal dalam benaknya. Tangannya sudah keringat dingin terkepal, dan jantungnya juga berdegup kencang. Dilihat dari sisi sebagai seorang pria, dia sudah siap bertarung sekarang.

Namun mengingat dia tidak sendirian, tapi sedang membonceng sumber masalah, Sean memilih untuk tetap tenang, agar tidak ada masalah tambahan.

Dia memilih turun dari motor, dan hendak meminta maaf.

“Eh, eh, eh mau kemana?” Bingung Soraya.

“Hanya sebentar. Diamlah.”

Dengan kata-kata ini, Soraya melepas helm full face dari wajahnya, hanya untuk membuat Sean tertegun. “Bibirmu?”

Bibir?  Soraya terdiam sepersekian detik, sebelum memutar bola matanya. “Oh gosh, ini masih terlalu awal, tapi kau sudah terpesona dengan bibirku! Hei, kau sangat mudah.” Ujarnya yang diakhiri kekehan.

Mendengar ini, Sean menelan ludahnya kasar. Dia hanya mengatakan bibir, dan langsung dianggap murahan. Sekarang dia sangat setuju, tentang betapa kosong otak Soraya.

Jadi alih-alih membicarakan bibir gadis itu yang ada noda merahnya, akibat gusi yang terbentur, dia memilih mengurusi pria yang sedang marah-marah itu.

Soraya awalnya memperhatikan dengan biasa saja, namun setelah melihat jam tangan, dia tidak bisa menahan diri memekik. “AWWW, OH GOSH, NO WAY! AKU AKAN TERLAMBAT.”

Mendengar ini, pria yang sedang berbicara dengan Sean teralihkan pada Soraya. Saat ini dia belum sepenuhnya menerima permintaan maaf Sean, jadi ketika melihat Soraya yang cantik, dia tiba-tiba memiliki ide. “Kekasihmu?”

Sean menggeleng, “Bukan. Penumpang.”

“Ohhh, ….” Pria itu manggut-manggut panjang dengan senyuman. Dia kemudian berujar. “Bagaimana kalau turunkan dia, biar aku yang antar, hehehe ….”

Sebagai sesama pria, Sean jelas bisa melihat niat tidak baik pria di depannya. Tidak ingin lebih lama, dia hanya menunduk sekali sebagai permintaan maaf, lalu hendak pergi. Tidak menyangka pria dengan kepala botak itu akan mengikuti dari belakang.

Merasakan hal ini, Sean berhenti tiba-tiba, membiarkan pria itu menabraknya. Kedinginan menjalar di seluruh tubuhnya saat ini. Dia berbalik dengan kedua tangan terkepal di belakang. Sebuah gaya istirahat di tempat yang tegang.

“Aku sudah minta maaf. Lantas apa lagi?” Tanyanya langsung.

Pria botak itu cengengesan. “Tidak, aku hanya mau mengingatkan penumpang-mu agar lebih berhati-hati kedepannya.”

Mendengar ini, Sean terdiam tanpa ekspresi.

Sementara Soraya, yang hanya fokus pada kepentingannya sendiri, kembali mengeluh pada Sean, yang jaraknya sudah dekat.

“Aduh, malah cosplay jadi patung lagi.”

Pria botak itu tertawa mendengar ini. Dia melangkah lebih dekat pada Soraya, dengan kedua alisnya terangkat. “Daripada sama dia, adek om antar saja gimana?”

Mendengar ini, mata Soraya langsung melotot diikuti bibir yang miring. “Dih, iuuuwww. Dasar botak jelek. Siapa yang mau diantar om-om! Dih, dikira dia om-om wattpad kali, yang aduhai. Iiih, pergi sana!”

BAMB. Pria botak itu langsung meledak kembali mendengar penghinaan terbuka Soraya. Sementara Sean, dia sudah tahu bahwa hal itu akan terjadi. Dia sudah tahu, tidak mungkin Soraya melewatkan kesempatan untuk menghina. Dan sudah tahu, tidak mungkin, tidak ada masalah tambahan. Jadi sebelum semuanya semakin jauh, Sean terpaksa mengambil yang paling sulit.

“Kau gadis kurang ajar!” Pria botak itu sudah mengambil langkah dengan tangan terkepal, ketika, BUG. Sebuah hantaman keras mendarat di tepat di rahangnya. Membuatnya jatuh dalam sekali sentuh.

“Ahhh!” Soraya yang melihat ini sempat memekik tertahan. Dia yang begitu terkejut, hanya bisa menutup mulut dengan kedua tangan.

“Ayo pergi!”

Ajak Sean, yang langsung menarik tangannya, dan kembali ke motor. Berdua mereka meninggalkan tempat kejadian dengan sangat cepat. Sean dengan kegusarannya, dan Soraya dalam keterdiamannya. Tapi begitu, Soraya sebenarnya sedang bertanya-tanya dalam benak. Apa memang sekuat itu pukulan Sean, sampai bisa membuat seorang pria besar jatuh dalam sekali gerakan?

Sementara Sean yang terlibat langsung dalam hal ini, hanya bisa merutuki nasib sialnya di pagi hari. Meski dia bisa melihat syok tersisa di wajah Soraya dari spion, tapi dia tidak mau mengatakan apapun lagi. Hanya memacu motornya lebih cepat, berharap akan segera berpisah dari sumber masalahnya.

•••

Sementara itu, di depan gerbang sekolah, Rex sampai bersedia mengontak salah satu guru kenalan keluarganya, hanya untuk memastikan bahwa gerbang belum dikunci, sampai Soraya tiba.

Bagian keamanan yang melihat Rex tidak mau masuk, kembali bertanya untuk kesekian kali.

“Dek Rex tungguin siapa sih sebenarnya?”

Rex tersenyum meminta pengertian, “Itu pak si cantik.”

“Ooh, Nona Kalebic.”

“Iya Pak,”

“Wah tumben banget nih. Cie, cie, cie ….” Sambung satpam lain, sebelum sontak tertawa bersama.

Mendengar godaan ini, dahi Rex mengernyit kecil. Dia bahkan harus mengusap hidungnya, karena harus menyembunyikan senyum bingungnya. Dia bingung, kenapa hal sekecil ini tampak besar bagi mereka. Setahunya, adalah biasa bagi dia untuk tampil dengan teman-teman perempuan, termasuk Soraya.

Hingga akhirnya, dalam situasi yang canggung itu, Soraya pun sampai. Para satpam yang melihat kedatangan Soraya dengan seorang pria lain, langsung melempar pandang kebingungan. Mereka secara serempak memandang Rex dengan kasihan, membuat Rex terkekeh merasa itu konyol.

“Kak Sean!”

Soraya memanggil Sean yang hendak memutar motornya tanpa kata. Sean yang menerima panggilan ini, mau tidak mau harus menahan diri. “Ada apa lagi?”

Soraya yang telah diam sepanjang jalan, sebenarnya telah mengambil suatu kesimpulan, yakni tentang betapa berbahayanya orang-orang seperti Sean. Jadi sebagai seseorang yang sedang memperjuangkan diri sendiri, dia terpaksa harus menjadi pencari muka disini.

“Kak Sean, terima kasih banyak sudah mengantarku. Maaf soal yang tadi. By the way, tadi itu keren sekali. Aku semakin jatuh hati kepada—”

NGENGGGGGGG.

“KAK SEAN? KAK SEANNN? SEANNN? … Yak, keparat bengek. Manusia miskin tak beretika, cuihh!” Serapah Soraya yang setengah histeris.

Tadi itu benar-benar suatu penghinaan baginya. Dia tidak menyangka bahwa Sean akan meninggalkannya begitu saja, saat dia sedang mengerahkan tenaga untuk memuji pria itu.

Wajah putihnya, merah padam saat ini. Namun semua emosinya seolah terbang menghilang, manakala dia mendengar suara Rex.

“Cantik?”

Soraya menatap kaget ke arah pos satpam. Matanya yang penuh kegeraman langsung membulat indah, seperti sediakala.

“Eh, ayang Rex masih disini? ahh, nungguin aku yang cantik ini yah?”

Rex dengan kedua tangan di saku celana, mengangguk dalam senyuman. Ada satu hal yang dia sukai dari Soraya, yakni sikapnya berlebihan namun menghibur. Dan entah kenapa dia semakin terhibur, setelah mendengar Soraya mengumpati Sean dengan lantang.

“Eh cantik, tunggu.” Tahan Rex, ketika melihat gusi Soraya yang terluka. Dia melangkah mendekati Soraya.

Rex benar-benar tipe yang fatal untuk siapapun. Dia dengan sangat alami dan tanpa jijik, langsung mengeluarkan sapu tangannya.

“Gusimu terluka, coba tersenyum. Aku akan membersihkannya, jangan khawatir ini bersih.”

Seolah terhipnotis, Soraya melakukan apa saja yang dikatakan Rex, sampai pria itu berhasil membersihkan noda merah sampai ke bibirnya. Pemandangan ini, sampai membuat para satpam menjatuhkan rahang.

Melihat apa yang dilakukan Rex padanya, Soraya langsung menyentak-nyentak kakinya. “Ih ayang!! jangan gitu dong. Kan sudah aku bilang, ntar aku move on-nya gimana.”

Rex kembali terkekeh dibuat, dia merangkul pundak Soraya dan mengacak-acak pelan rambut gadis itu. “Ya jangan move on!” Balas Rex, yang sontak membuat blush on alami di pipi Soraya.

•••

Kembali kepada Sean. Dengan kecepatan diatas rata-rata, dia melajukan motornya membelah jalanan menuju ke Rumah Sakit. Dia menolak memikirkan kegilaan apapun tentang Soraya, terutama apa yang dikatakan gadis itu.

Karena Sean tidak berbohong sejak awal, bahwa dia sedang terburu-buru. Dia keluar untuk membeli bubur ayam kesukaan sang Ibu. Sementara kini, setelah perjalanan bolak-balik mengantar Soraya, belum lagi kejadian tambahan lain, membuat bubur ayam yang seharusnya dimakan hangat-hangat, menjadi dingin dan sudah pasti tidak selezat diawal.

Hanya dengan membayangkan Ibunya akan memakan makanan dingin, itu sudah cukup untuk mendinginkan hati Sean. Itulah kenapa, tidak peduli seberapa manis Soraya berkata-kata, dia tidak bisa menerima hal itu. Yang ada malahan, dia hanya semakin bertambah benci.

Jadi ketika akhirnya dia sampai ke Rumah Sakit, Sean langsung melanggar aturan dengan berlari masuk, secepat yang dia bisa. Namun betapa terkejutnya dia, ketika mendapati sang Ibu tidak lah sendirian di ruangan.

“Taira?”

1
Esti Purwanti Sajidin
wedewwww lanjut ka sdh tak ksh voteh
Nixney.ie
Saya sudah menunggu lama, cepat update lagi thor, please! 😭
Ververr
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Oralie
Masuk ke dalam kisah dan tak bisa berhenti membaca, sebuah karya masterpiece!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!