ADILA ARSYAF
Setelah semua yang ku korbankan ternyata hanya sakit yang aku dapatkan. Semuanya meninggalkan aku ketika aku tidak punya apa apa lagi. Hingga akhirnya aku hanya bisa menunggu malaikat mau menjemput ku.
Tapi ternyata tuhan masih memberikan aku satu kesempatan lagi.
pengen tau bagaimana perjalanan Adila menjadi wanita kuat, cuss baca👉👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
"Buk Sintia ada beli saham Equil nggak? Saya lihat tiap hari saham itu terus meroket." Adila membawa nampan makanan, berjalan bersama Sintia menuju meja yang kosong.
"Nggak, itu cuman saham bodong. Nanti setelah orang banyak yang beli saham disana trus pemiliknya lari dengan uang mereka." Jawab Sintia menatap dengan wajah serius khas Sintia sekali.
Akhirnya mereka duduk di sebuah kursi yang berada di dekat jendela dengan pemandangan langsung ke arah depan kantor.
"Benarkah? Saya baru mau beli saham disana."
"Nggak usah, nanti kamu di tipu, lebih baik beli saham yang pertumbuhannya perlahan tapi pasti tiap tahun."
Adila mengangguk angguk dan menatap kagum pada Sintia. Wanita yang berada di depannya saat ini benar benar wanita yang mandiri, tegas dan berpendirian.
Untuk pertama kalinya Adila menemukan teman yang begitu baik. Meskipun Adila berbicara dengan nada jutek tapi ada bentuk perhatian di setiap ucapannya.
"Makanlah, kamu tidak akan kenyang dengan memperhatikan aku." Ucap Adila sambil menyuap makanan.
"Aku kagum dengan buk Sintia. Selain cantik buk Sintia juga sangat pintar." Adila dengan terbuka mengungkapkan rasa kagumnya.
"Tidak usah berbicara seperti itu, aku tau kamu mendekatiku karena ingin mendekati pak Haris." ucap Sintia dengan santai.
Mata Adila membulat mendengar hal itu, sebenarnya memang itu tujuan dia mendekati Sintia, tapi ketika melihat respon Sintia yang jauh lebih perhatian dari yang iankira membuat dia ingin menjadikannya teman.
"Kelihatan sekali ya?" Adila sedikit terkekeh dengan wajah canggung.
"Hmmm, melihat perubahan kamu yang begitu drastis dan juga apa yang kamu lakukan tadi pagi, itu kelihatan sekali." Sintia memang orang yang terlalu berterus terang.
"Sebenarnya aku memang ingin dekat dengan pak Haris tapi saat ini aku masih berpacaran dengan Joan. Aku ingin putus dengan dia."
"Bukankah kalian ingin menikah akhir tahun ini?"
"Ibuk tau? ternyata ibuk juga tau gosip gosip perusahaan ya." Adila tersenyum meledek ke arah Sintia.
"Saya tau semua yang terjadi di perusahaan termasuk apa yang kamu lakukan di pantry kemarin." Sintia menatap langsung pada mata Adila membuat yang di tatap sedikit gelagapan.
Adila mengalihkan perhatian kearah luar sambil meletakkan sendoknya, lalu ia kembali menatap Sintia dengan wajah yang lebih serius.
"Aku mengetahui satu hal tapi aku tidak bisa memberitahu ibuk untuk saat ini. Dan aku juga akan berpisah dengan Joan cepat atau lambat. Aku ingin mendekati Pak Harus bukan untuk memanfaatkan hartanya tapi posisi yang ia miliki." Adila menghembuskan nafas kasar.
"Joan bukan pasangan yang baik, aku ingin berpisah dari dia tapi aku harus memiliki benteng yang kuat di belakangku. Joan tidak akan mau melepaskan ku semudah yang dikira." Adila kembali menatap ke jendela dengan tangan yang saling menggenggam.
Wajah Adila berubah sendu dengan air mata yang bergenang di kedua matanya. Kembali teringat bagaimana dia ke rumah sakit sendirian tiap Minggu untuk cuci darah sedangkan suaminya entah kemana.
Saat saat menyakitkan itu akan ia ingat selalu.
Dibelakang Adila ada Haris yang berdiri dengan jarak tiga meter dari tempat duduk Adila. Haris mendengar semua yang dibicarakan Adila.
Dan Adila juga tau bahwa Haris berada di belakangnya sedari tadi.
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote ya
salam hangat dari author
udh d ksh ksmptan lg,msa ga d mnfaatin.....ga ush tkut,lwan aja mreka yg mnindasmu.....smngttt.....
udh mmpir....slm knl y....
aku ko gmes sih sm adila...pdhl udh d ksh ksmptan kedua,tp msh aja mau pduli sm joan....mngkn krna msh pnya hti nurani,mkanya dia jd labil....
crazy uup dong thoor 😢