" Om om, mau jadi ayah Aga ndak. Aga ndak punya ayah. Ibu Aga tantik lho Om."
" Hahaha, anak ini lucu bener."
Seorang bocah kecil tiba-tiba bicara seperti itu kepada pria asing. Wajah polosnya tersebut tidak bisa membuat si pria marah meskipun dia dipinang dadakan oleh bocah itu.
Tapi siapa sangka anak kecil itu datang bersama dengan seseorang yang ia kenal.
" Kamu, ini anakmu?"
" Maaf, kami permisi."
Wanita itu langsung pergi membuat si pria penasaran.
Siapa sebenarnya mereka dan apa yang terjadi? Dan mengapa Aga mengatakan bahwa tidak punya ayah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAYO 29: Sebuah Ide
Semalaman memeriksa kamera pengawas membuat Kaivan hari ini begitu mengantuk di perusahaan. Tadi pagi ia pun mengantar Aga bersama dengan Rendi, ya dia meminta Rendi untuk mengemudi dan dia memilih duduk di belakang bersama dengan Aga.
" Nyari supir aja nggak sih Van," ucap Rendi memberi usul.
" Kagak udah deh, gue masih sanggup kok. Ini cuman karena semalam nggak tidur aja."
Tak
Rendi meletakkan secangkir kopi hitam panas untuk sang teman sekaligus bosnya. Melihat wajah Kaivan yang kuyu dan lesu, Rendi percaya bahwa temanya itu sungguh tidak tidur semalaman.
Tapi meskipun begitu Rendi juga tidak bisa menghalangi Kaivan. Karena jika sudah bertekad maka Kaivan tidak akan mempan dikasih tahu dengan cara apapun.
" Ah iya Ren, gue punya ide. Lo setuju nggak kira-kira. Gimana kalau Dara kerja di sini aja. Jadi sekertaris gue, lumayan kan tugas Lo jadi ringan."
" Preet, modus aja Lo. Pake segala bilang tugas gue jadi ringan. Lo pasti ada maksud tuh. Awas Lo ya mau macem-macem, stay halal brother."
Tak
Kaivan melempar pena kearah Rendi. Beruntung Rendi langung bisa menangkapnya sebelum mengenai keningnya. Ia tahu Kaivan tidak memiliki pikiran buruk ke arah sana, sepenuhnya Rendi hanya bergurau. Pasti ada alasan lain mengapa tiba-tiba Kaivan ingin membawa Dara kemari.
" Kampret, otak Lo ngeres. Gue cuma mau bisa ngelindungin dia aja. Lo tahu kan kemarin si mantan nemuin dia lagi, dan gue yakin tuh laki nggak akan berhenti ganggu. Satu lagi, gue khawatirnya calon istrinya si laki jadi ikutan ngarah Dara. Pasti dia nggak akan diem kalau tahu calon lakinya nemuin Dara."
Sudah mendengar cerita Kaivan perihal kehidupan masa lalu Dara, Rendi pun mengerti kekhawatiran Kaivan. Terlebih Kaivan juga menceritakan gerak-gerik Davka yang sepertinya hendak kembali mendekati Dara. Sungguh pria yang tidak tahu malu si Davka itu.
Dan jika memang kasusnya begitu, Rendi akan setuju-setuju saja. Lagi pula bekerja bersama teman lama yang sudah dikenal dekat tentu akan menyenangkan karena mereka sudah saling tahu dan memahami. Hanya saja pertanyaannya adalah apakah Dara mau? Itu saja, karena bagaimanapun ini yang akan menjalani Dara.
" Tanyain ke dia, inget jangan maksa Van. Lo lebih tahu kondisi psikis Dara."
" Iya gue paham, makanya gue bakalan bilang pelan-pelan nanti."
Rendi mengangguk, ia yakin temanya itu masih bisa menggunakan kerasionalitasnya. Hanya saja Rendi juga tidak bisa menjamin apakah Kaivan akan tetapi bisa berpikir logis jika terjadi sesuatu dengan Dara. Melihat bagaimana bucin nya Kaivan kepada Dara meskipun belum sepenuhnya tampak, tapi Rendi yakin betul bahwa Kiavan bisa melakukan banyak hal untuk Dara. Sekarang saja dia sudah berpikir sejauh itu, jadi tidak menutup kemungkinan dia akan menggunakan cara yang lebih frontal.
" Ah iya Van, gimana apa udah ada titik terang perihal cctv itu?"
" Belum Rend, nggak mudah juga. Soalnya banyak yang musti gue lihat. Tapi gue Nemu wajah-wajah nggak asing deh di rekaman cctv itu. Apa ada karyawan dari pusat yang dikirim kemari?"
Rendi tengah berpikir dan mengingat, ketika mereka kemari beberapa tahun yang lalu, memang tidak semuanya karyawan baru. Ada beberapa yang memang ditunjuk untuk ikut kemari.
" Gue tanyain ke HRD dulu, ntar gue bawa datanya ke Lo."
" Siiip, thank Rendi. Lo emang terbaik."
Rendi langung melenggang pergi, sisi seperti ini lah yang disukai oleh Kaivan. Rendi dulu yang menganggap dirinya adalah rival ketika masih masa abu-abu malah sekarang menjadi orang yang paling dekat dengannya. Mereka sungguh saling mengerti satu sama lain. Hanya saja ada hal yang disayangkan oleh Kaivan yakni Rendi tidak bisa menjadi iparnya.
" Haah, namanya juga jodoh. Nggak ada yang tahu, gue harap Lo segera ketemu sama jodoh Lo Rend."
Doa tulus keluar dari mulut Kaivan untuk sahabatnya itu. Kaivan menyayangi Rendi sebagai teman, sahabat dan juga partner kerja. Maka dari itu dia sungguh ingin Rendi mendapatkan wanita yang baik yang bisa mendampingi Rendi ke depannya nanti.
TBC
Teman-teman maaf ya, sementara ini aku up nya baru bisa satu-satu. suatu saat nanti kalau semuanya udah kembali oke, aku bakalan up 2 seperti biasanya. Tengkiuuuu.
