Karena kesalahpahaman, Mavra dan Enrique berpisah cukup lama. Namun, dengan bantuan saudara kembarnya, Mavra berhasil mengatur skema untuk menjebak Enrique. Pada Akhirnya Enrique masuk dalam jebakan Mavra si putri mafia.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Simak kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Kedatangan Keluarga
"Kau terlambat datang, Mavra."
"Oh maafkan aku. Ada sedikit kendala tadi, tapi aku sudah menyingkirkan kendala itu tadi," ujar Mavra sembari memeluk sepupunya yang bernama Diandra. Usia Diandra saat ini menginjak 20 tahun, dia dua tahun lebih tua dari Mavra dan Marvel.
"Kau ada masalah, Mavra?" Tiba-tiba suara tegas penuh wibawa itu mengalihkan perhatian dua gadis keturunan Alexander itu. Itu adalah suara milik Jackson ayah Diandra.
"Hmm, tidak ada paman. Semuanya aman dan baik-baik saja."
"Kau yakin?"
"Sangat yakin," jawab Mavra dengan mantap. Dia tahu pasti salah satu orangnya ada yang melapor pada sang paman mengenai hal ini.
"Mommymu dan yang lain akan tiba malam ini. Dia cukup kecewa karena kau tidak mengangkat teleponnya terakhir kali," ujar Jack. Meski status Mavra hanya sebagai keponakan, tapi Jack memperlakukan Mavra sudah seperti putri kandungnya sendiri.
2 tahun yang lalu, Mavra datang ke mansionnya dengan mengendarai motor. Namun, ada luka yang terlihat di matanya. Dia datang dan mengatakan ingin tinggal di sana.
Sebagai seorang paman, Jack dan keluarganya menerima Mavra dengan tangan terbuka. Mereka tahu jika ada yang tidak beres dengan keponakannya itu. Selama seminggu tinggal di sana, Mavra lebih sering mengurung dirinya di kamar. Jack merasa cemas. Dia menghubungi Celine, adiknya sekaligus ibu dari Mavra untuk menanyakan masalah apa yang sedang Mavra hadapi.
Tidak ada yang ditutup-tutupi, cerita mengalir begitu saja dari mulut Celine. Jika kemungkinan Mavra sedang berselisih paham dengan kekasihnya. Namun, untuk menghargai keputusan Mavra, Celine dan anggota keluarga lainnya memutuskan untuk tidak ikut campur dalam hal ini.
Dan pada akhirnya sampai 2 tahun, kesalahpahaman itu sampai saat ini belum terurai. Mavra cukup pandai menyembunyikan diri dan juga semua keluarga tampak sangat melindunginya hingga mereka bisa menutupi keberadaan gadis itu.
Selama 1 tahun pertama tinggal di San Francisco, sifat Mavra perlahan berubah. Gadis yang dulunya ceria dan sangat terbuka itu, kini menjadi sosok yang Introvert dengan segala kenakalannya.
Louisa istri Jack pernah menemukan botol minuman keras dan banyak puntung rokok di kamar Mavra. Karena khawatir, Louisa pun melaporkan semuanya pada sang suami, hingga Jack pun akhirnya memanggil Mavra.
Saat ditanya, Mavra hanya bilang jika dirinya sedang penat dan berjanji itu adalah pertama dan terakhir kalinya dia seperti itu. Namun, apakah janji itu ditepati? jawabannya adalah TIDAK. Mavra justru sering keluar malam setelahnya. Setelah Jack menelusurinya, rupanya sang keponakan sering datang ke sebuah Bar atau Klub malam untuk menyalurkan kesenangannya terhadap minuman keras.
Damian sempat marah saat itu mendengar laporan dari Jack. Dia terbang dari L.A ke San Francisco malam hari untuk memarahi putrinya. Ini kemarahan yang pertama yang ditujukan secara langsung oleh Damian. Damian mengancam akan menyeret Enrique untuk mempertanggungjawabkan semuanya pada Mavra detik itu juga. Dan ancaman itu berhasil menghentikan kegilaan Mavra. Meski kini Mavra tidak lagi minum minuman keras, tapi dia tetap tidak bisa lepas dari rokok. Untuk hal yang satu ini, Jack masih bisa mentolerirnya.
Kembali ke masa sekarang, Mavra terdiam sesaat saat mendengar jika keluarganya akan datang. Rindu, sudah pasti dia rindu, tapi ada hal lain yang dipikirkan oleh Mavra saat ini, Bagaimana jika sampai Enrique tahu keberadaannya?
"Kau takut dia akan datang?" tanya Jack.
Seluruh keluarga sudah tahu bagaimana kisah Mavra dan Enrique di masa lalu. Mavra menyukai Enrique sejak gadis itu berumur 4 tahun. Setelah mereka sama-sama sudah besar, keduanya memutuskan untuk berpacaran. Namun, seperti keterangan Enrique sebelumnya, Mavra sepertinya salah paham terhadapnya. Dan kesalahpahaman itu berlanjut sampai sekarang. Karena Mavra memang tidak berniat mengurai kesalahpahaman ini.
Mavra bukannya takut bertemu mantan kekasihnya itu, dia hanya khawatir rasanya masih terlalu kuat untuk pria itu, meski jelas-jelas dia sempat kecewa. Mavra sadar betul rasa kecewanya tidak lebih besar dari rasa cintanya. Hanya saja saat itu, Mavra merasa lelah berjuang sendiri karena Enrique adalah pria yang pasif, ditambah muncul kebohongan yang dilakukan Enrique pada hari itu. Mavra langsung menyerah memperjuangkan cintanya.
"Mau dengar saran paman?"
"Dad .... " Diandra menegur ayahnya saat melihat wajah sepupunya yang berubah murung.
"Daddy hanya ingin, Mavra mau menghadapi pria itu. Kesalahpahaman atau apapun itu sebaiknya segera diurai," ujar Jack dengan suara tegas, tapi terdengar penuh perhatian.
"Ini juga berlaku untukmu, Diandra. Berlarut-larut membiarkan masalah itu adalah tindakan seorang pengecut. Dan keluarga Alexander tidak boleh berlaku seperti itu. Selesaikan setiap masalah yang kalian hadapi."
Mavra menegang. Tidak ada yang salah dengan ucapan pamannya. Dia memang sangat pengecut karena terus menerus bersembunyi dari Enrique.
"I'm sorry," ujar Mavra lirih. Diandra yang ada di samping Mavra menoleh mendengar ucapan sepupunya. Suaranya terdengar bergetar penuh dengan emosi yang selama ini tertahan.
Louisa, istri Jack mendekat. Dia sejak tadi berdiri di belakang tembok mendengarkan ucapan suaminya. Dia mendekati Mavra dan memeluk gadis itu.
"It's oke, Honey. Kamu memiliki kami di sampingmu. Kami akan selalu mendukungmu. Hadapi masalahmu, ketakutanmu. Manusia memiliki ketakutan itu wajar, Sayang."
Untuk yang pertama kalinya Mavra menangis. Suasana hatinya sejak pagi tadi sudah buruk dan ditambah hari ini dia menghabisi nyawa 3 orang sekaligus tanpa ampun. Energinya, emosinya seperti sedang dikuras habis-habisan oleh keadaan.
Diandra ikut berlinang air mata melihat sepupunya yang kuat, kini menjadi rapuh.
Celine dan Damian serta kedua putranya yang tiba lebih awal untuk memberi kejutan pada Mavra. Akan tetapi, mereka justru dibuat terkejut melihat Mavra menangis dipelukan Louisa.
"Sayang, apa yang terjadi padamu?" Celine melepaskan handbag seharga 1 miliarnya begitu saja di lantai dan berjalan cepat mendekati putrinya. Mavra menegakkan tubuhnya mendengar suara ibunya.
"Mom," panggil Mavra dengan suara serak.
"Ya, Sayang. Ini mommy. Apa yang terjadi padamu, kenapa menangis, hmm?" Celine memeluk putri pertamanya itu dengan erat. Hatinya ikut sakit melihat putrinya menangis seperti ini.
"Aku merindukanmu, Mom," jawab Mavra mengalihkan pembicaraan.
"Kau hanya rindu dengan mommy?" Suara Damian terdengar tidak terima, tapi itu semua termasuk salah satu cara untuk menghibur putrinya. Dan benar saja, Mavra tertawa mendengar protes ayahnya.
"Kau tidak merindukanku, Kak?" Helios adik bungsu Mavra yang berusia 14 tahun ikut protes. Saat Celine melepaskan pelukan Mavra, Mavra merentangkan tangannya, Damian dan kedua putranya mendekat dan memeluk Mavra bersamaan.
"I'm miss you all, so bad."
"Kenapa tidak pulang jika kau merindukan kami?" tanya Helios terus terang. Celine tersenyum dan mengusap kepala Helios dengan lembut.
"Aku sibuk."
"Kau pikir aku bodoh. Aku bahkan tahu jadwal kuliahmu, Kak," ketus Helios. Setelah pelukan mereka terlepas, Mavra mencium pipi Helios dengan gemas.
"Kau sangat pintar, terlalu pintar sampai-sampai ingin meretas satelitku." Wajah Helios langsung memerah mendengar tuduhan sang kakak. Semua orang tertawa melihat reaksi Helios.
...----------------...