"Ahhh, sakit sekali. Apa yang kau lakukan?”
“Maaf, aku tidak sengaja.”
“Aku tidak akan memaafkanmu, kecuali kamu bertanggungjawab atas apa yang terjadi padaku.”
“Ya. Kalau perlu Aku akan menikahimu!” Siapa yang akan menyangka perkataan tanpa pikir panjang itu, mendatangnya kepada masalah yang rumit dan mengubah hidupnya sangat jauh hingga tak ada jalan untuk kembali.
Kecelakaan hari itu, membawa mereka berdua pada ikatan paksa bernama pernikahan.
____
Pernikahan yang semula indah dan damai seolah pernikahan pada umumnya, hingga Ia lupa, bagaimana pun Ia adalah penyebab kehancuran suaminya. Ia layak untuk di benci.
Kau bersabar atas luka di sekujur tubuhmu
Aku bersabar atas sikapmu yang menyakitiku.
Jika kau tak pernah selembut itu mungkin perubahanmu tak begitu menyakitiku. Figuremu di hatiku seindah itu, sebelum sifatmu berubah membekukanku.
#Nikahpaksa
#Cintahadirkarnaterbiasa
Jangan lupa tinggalkan tanda di setiap partnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Light_Ryn23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keraguan
Keraguan
Yamani Merenung di ranjang di rumah lama. Kakinya kanannya yang patah ditulang kering, Jadi dia masih bisa mengusahakan saat pernikahan nanti untuk duduk dipelaminan. Malam ini rasanya bener-bener berkecamuk.
Tangannya gemetar memegang CV Ta'aruf dari Perempuan yang dua hari lagi akan menjadi Istrinya, Tak ada Foto hanya ada beberapa surat keterangan termasuk Akta, Ijazah, dan surat kesehatan.
Nama \= Hafidzatul Noor Mekkah حفظه نور المکه
Umur \= 22 tahun
"Fidz nih, Bunda Udah Nulis yang akan kamu Hafal waktu Akad." Bundanya Yamani Menyerahkan secarik kertas bertulis nama lengkap calon Istrinya beserta Binti.
Ingin sekali rasanya Yamani menanyakan siapa laki-laki yang beberapa hari lalu ditelpon Jefri. Hatinya sedikit ragu sekarang tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan keyakinan. Ia takut mengambil Calon orang. Tapi bagaimana lagi? Keputusan akhir sudah disepakati oleh dua keluarga.
Berkali-kali Yamani berpikir apakah Ia harus menarik perkataannya dan berbicara ulang pada Ayahnya terkait pernikahan. Yamani dapat meyakini, bahwa Fidzah adalah perempuan baik, justru terlalu mengherankan dia perempuan sebaik dan sesholehah Anak itu tidak memiliki orang yanh mengasihi.
Yamani meragukan kualitas dirinya, setelah beberapa kali mendapati Fidzah seolah masih berhubungan dengan lelaki yang mungkin saja pemilik hatinya. Apakah Yamani kecolongan start dengan laki-laki memang ada di hati calon istrinya.
Pernikahan mereka adalah paksaan, bukan karna keikhlasan. Bukan pernikahan yang diimpikan, namun pernikahan bertanggung jawaban. Kemana akhir dari pernikahan yang bermula pada lautan luka ini akan menggembara? Harusnya terombang-ambing dalam keraguan? Keterpaksaan yang menimbulkan ombak dahsyat.
Semakin dipikirkan, semakin dia meragukan apa hal dia putuskan. Apakah dia mengambil kekasih oranglain sebagai istri? Bahkan calon istrinya dengan terang-terangan masih berhubungan baik dengan kekasihnya.
Dia tidak akan menuntut cinta pada awal pernikahan mereka, cukup menjadi dua insan yang saling bahu-membahu dalam menuju taatnya kepada Allah. Dia yang hanya ingin, bersama menuju jannah. Sebab cinta hadir karna terbiasa, menjaga kesetian adalah jalan yang paling mudah menujunya. "Tak perduli siapa dia untukmu, karna akulah yang esok hari akan menjadi suamimu." Bisik hatinya yang lain, meyakinkan.
Ia harus punya saran dari orang terdekatnya. Bunda sudah keluar dari ruangan entah kemana perginya. Ayahnya keluar dan belum kembali, Dia tak punya saudara kandung untuk bertukar Pikiran. Akhirnya dia ingat punya temen seperti saudara di pondok yang dapat diajak tukar pikiran.
Lekas dia mengambil Handphone yang tergeletak di nakas. Membuka Kunci layar dan mengetik nama seseorang dikontaknya. Ba'da Isya semoga saja orang diseberang sana menganggkat Telponnya.
Panggilan pertama tak terjawab, panggilan kedua setelah terdengar nada dering panjang barulah telpon terhubung dengan seseorang diseberang saja.
"Assalamu'alaikum. Apa kabar Ente?" Tanya Yamani sambil membenarkan duduknya diranjang yang ditempatinya.
"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah Ane baik, Ente sendiri gimana kabarnya habis pulang kenegri asal?" Jawab orang diserang sana.
"Alhamdulillah, Cuma sedikit kurang baik kena Musibah diuji sama Allah Ane. Do'ain mudahan Ane Sabar, Ikhlas dan lebih baik kedepannya."
"Aamiin, pasti Ane Do'ain Ente. Ente juga Do'ain Ane, Berhasil dinegri Orang,"
"Udah ke Tarim?"
"Dua hari Ba'da kelulusan Ane langsung terbang ke Yaman,"
"Alhamdulillah, Kalau gitu. Baik-baik Ente disana! Yang bener nuntut Ilmunya, Pulang ke negri sendiri harus jadi Orang bermanfaat."
"Iya, Mudahan lancar Ane disini, Ente apa nih siang-siang begini nelpon Ane? Kangen sama Ane ya Ente?"
"Iya, kangen tigkah anehnya Ente waktu diaula, Ngacauin Panitia Hadrah! Orang disini Udah Malem, Lupa Ente waktu Kita beda sekarang?"
"Wah tajam juga Ingetan Ente, Pantes bisa Hafidz Lebih dulu dari Ane. Iya Ane Lupa kalau Ane Di Tarim, Haha,"
"Sebenarnya Ane Nelpon Ente mau Minta saran Nih, Ente pasti gak sibuk kan!"
"Ente, Nanya tapi Pake Nada perintah. Gak lebih merdu gitu pakai Nada Nahawand? Maaf-maaf ya Bosqu Ane sekarang Ini, jadi Mahasantri. Garis bawah Loh ya! MAHASANTRI, pasti sering sibuk,"
"Intinya aja! Ente punya waktu apa enggak sekarang?"
"Ya ada Tapi waktu Ane terlalu berharga gimana nih?"
"Berapa? Satu Juta juga hayo! Ane transfer entar tenang Aja!"
"Wah Bisa bisa, Sedekah sama Mahasantri dapat banyak pahala ente Fidz. Emang ada apa Si?"
"Kepo ya? Cerita Ane terlalu berharga gimana nih?"
"Ente emang paling bisa bikin Ane penasaran. Berapa hayuk dua ratus ribu perjam.Ente paling bisa bikin orang penasaran."
"Ente emang Shohib ane lah."
Mengalirlah cerita panjang oleh Yamani kepada seseorang d iujung sana tentang kebingungan dan kegelisahannya tentang Hatinya yang meragu setelah semua keputusan dan rencana dua keluarga telah disepakati.
"Ya itu, Biasa Ujian kalau udah mau Nikah pasti ada keraguan dihati rasa was-was. Restu yang sulit didapat apalagi Mantan yang kembali datang. Itu Ujiannya kalau kita gagal, berarti kita gak siap Mental. Saat mengambil keputusan, kalau udah sepakat seperti ini kamunya aja sholat istikharah lagi. Minta petunjuk sama Allah jalan terbaiknya. Harusnya kamu udah siapkan ini Jauh sebelum kamu berucap hal yang Fatal. Masalah pertanggung jawaban yang kamu pinta bukan masalah sehari dua hari, setahun dua tahun. Tapi seumur Hidup! Saranku sih kamu yakinin Hati. Kalau ragu tanyakan pada hatimu siap gak kamu sekarang ngelepas Perempuan itu, kalau siap ya, Ambil keputusan yang meyakinkanmu.
Ingat pernikahan adalah Ibadah paling Lama. Jangan cepat mengambil keputusan karna disana ada pertanggung Jawaban."
"Makasih Ya fis, Ane rasanya bingung banget sekarang kalau gak ada temen bertukar pendapat."
"Bener Ya! Kata Ustadz Zaini bahwa seorang Penasehat sekalipun ketika dilanda masalah, membutuhkan sebuah Nasehat untuk dirinya. Ane kira Ente gak akan nanya sama orang bertukar pendapat atau semacamnya, Karna Entekan manusia paling rasional yang Ane kenal."
"Ya Nafis, Temenmu ini Juga Manusia."
"Entah kenapa Orang-orang pinter yang Ane kenal bawaan Galau Mulu. Gak Ente, gak Hafidz Ente Tau gak? Ane punya temen disini sama-sama dari Kalimantan juga Alhamdulillah, Satu semester cuma berangkat duluan dia dua hari dari Ane. Namanya sana lagi kaya Ente."
"Alhamdulillah, Kalau disana Ente punya Temen senegri. Biar ada tempat bertanya atau temen pulang. Ente kalau punya temen baru ya, temen lama jangan dilupain."
"Ente mah ada ada aja. Kan Ente tetep Teman Ane, Biar gimana pun. Do'ain Ane aja disini Mudahan dilancarkan."
"Aamiin, kalau gitu telponnya Ane tutup dulu, Ada yang dateng nih! Assalamu'alaikum,"Ucap Yamani mengakhiri telponnya saat dilihatnya perempuan berstatus sebagai calon Istrinya itu datang.
***
Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis
Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.
Cinta yang rela menunggu, tapi bukan sebagai kekasihmu 🤕
Ditunggu Partnya Satriaa ya Thor