NovelToon NovelToon
Destiny

Destiny

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Romansa / Slice of Life
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Dia adalah gadis kecil itu...
teman kecilku.
Tanpa aku tau siapa dia,
aku sudah terpikat padanya.
Apa yang membuatku menyukainya? Entahlah.
Selama ini aku suka melihatnya tersenyum dan menyukainya, tanpa tau siapa dia sebenarnya.
Setelah aku tau yang sebenarnya, semuanya terasa seperti kepingan puzzle yang saling melengkapi.
Aku mencintainya.
Asa yang kumiliki, kuharap ia merasakannya.
Berharap bersamanya, selamanya.
Selamanya adalah waktu yang lama.
Tetapi waktu adalah sesuatu yang fana,
cintaku abadi.

sometimes you need to wait and watch
what destiny has got for you...!

Full of love from me,
Author

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Butuh uang

Besok adalah hari jadi kami genap 1 tahun. Aku merencanakan sesuatu yang romantis seperti hari jadi kami yang ke 100 hari. Rencananya aku akan menjemputnya sepulang kantor, lalu membawanya ke gereja berdoa dan aku akan mengucapkan janjiku untuk setia kepada Natalie di hadapan Tuhan, lalu kami akan makan malam di salah satu restoran yang telah aku booking sebelumnya.

"Nat...", panggilku saat membuka kaca mobil, lalu ia melangkah masuk ke dalam mobil.

"Jadi apa kejutannya Van? Kita mau ke mana?".

"Ikut saja Nat", kataku sambil tersenyum.

Natalie tersenyum membalasku.

Saat aku mengendarai mobilku ke salah satu gereja tidak jauh dari apartemen kami, Natalie mendapat telepon, dari nada bicara Natalie telepon itu berasal dari panti, sepertinya terjadi sesuatu dengan mama Natalie.

"Van, mama jatuh dari tangga, mama pingsan, dokter sedang dipanggil untuk memeriksa mama".

"Tenang Nat, mama pasti baik-baik saja".

Aku mengubah haluan mobilku menuju panti. Sesampainya kami di panti, sedang dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Dari keterangan suster yang berjaga, mama mengalami lupa ingatan lagi, tiba-tiba mama meminta untuk dibawa ke rumah sakit karena teringat papa juga Natalie terkena kecelakaan mobil, suster sudah berusaha menenangkan mama dan mengatakan bahwa Natalie baik-baik saja dan tidak ada kecelakaan. Suster mengira mama sudah tenang, kemudian saat suster lengah mama berlari hendak keluar, karena sudah gelap juga dan pintu masuk menuju panti ada bagian bertangga, mama jatuh dari tangga lalu kepalanya membentur ujung tembok tangga dan mama pingsan di aspal jalan masuk menuju panti.

Natalie menangis saat mendengar penjelasan suster, aku hanya bisa merangkulnya saat itu.

Karena mama sudah usia lanjut, dokter mengatakan bahwa mama mengalami pendarahan otak dan fraktur kompresi tengkorak (ada bagian tulang tengkorak yang patah), maka harus segera dioperasi. Natalie menandatangani dokumen untuk persetujuan tindakan operasi, ia dan mama masuk mobil ambulans, sedangkan aku mengikuti dari belakang dengan mobilku.

Kami menghabiskan malam kami diruang tunggu operasi. Karena kami belum makan malam sama sekali aku membeli makanan sederhana untuk kami makan.

Operasinya berhasil kini tinggal menunggu mama siuman, mama juga sudah dibawa ke ruang perawatan.

Kami bermalam di rumah sakit menunggu mama siuman.

"Happy anniversary Van, maaf rencanamu berantakan hari ini".

"Happy anniversary Nat. Tidak berantakan kok, aku berencana bermalam denganmu, buktinya saat ini kita bermalam bersama", ucapku sambil tersenyum.

Natalie tersenyum lalu memelukku.

Keesokan paginya aku pamit pulang, karena aku harus masuk kerja di siang hari, sedangkan Natalie mengajukan izin ke kantor.

Sebelum pamit aku ke ruang administrasi menanyakan biaya perawatan mama, ternyata operasi mama cukup memakan biaya yang tidak sedikit, dan asuransi yang mama miliki hanya bisa menggantinya sebagian saja. Masih ada tagihan besar menanti yang harus kami bayar. Aku bertanya tanya dalam hati apa tabungan kami berdua cukup untuk membayarnya, aku sendiri baru saja bekerja dan membeli mobil bekas dalam bentuk cash agar mendapat diskon lebih.

Selama perjalanan ke rumah dan di kantor, aku memikirkan beberapa kemungkinan yang harus aku lakukan jika ternyata tabungan aku dan Natalie tidak mencukupinya.

Saat malam aku menjenguk mama, mama tidak mengenaliku. Dokter berkata dalam 2 hari ke depan kalau keadaannya stabil mama sudah boleh pulang kembali ke panti. Menurut Natalie, meski dokter mengatakan keadaan mama dalam keadaan baik, namun mama tidak banyak berbicara, hanya sesekali berbicara saat membutuhkan sesuatu.

Kemudian aku membahas keuangan dengan Natalie, ia kaget mendengar bahwa asuransi hanya mengganti sebagian saja dari total biaya. Kemungkinan jika mama keluar 2 atau 3 hari lagi maka kekurangan biayanya sekitar 100 juta rupiah. Dulu nominal itu hanyalah angka kecil bagiku, namun aku memang terbiasa tidak menghitung pengeluaranku, baru aku mulai berhemat dan mengatur keuanganku semenjak hidup mandiri. Angka itu sungguh sangat besar bagiku saat ini. Dari seluruh tabungan kami berdua, hanya mencukupi sekitar 70 juta saja, itupun sebagian besar adalah tabungan Natalie. Masih ada kekurangan 30 juta lagi.

"Nat seharian ini aku telah memikirkan hal ini, kupikir cara tercepat aku mendapatkan uang adalah dengan meminjam kepada kak Axel atau kak Dira".

"Tapi aku tidak mau menjadi beban keluargamu sama sekali Van".

"Ya aku mengerti Nat, aku telah berjanji tidak akan mengusik mengenai uang sama sekali kepada papaku, jika papa mengetahui hal ini, maka aku takut ia akan menggunakan ini untuk memisahkan kita".

"Dengarkan aku Nat, aku akan mengganti secepatnya uang itu, seakan kita tidak pernah meminjamnya. Bagaimana kalau kita tinggal bersama Nat? Aku akan menyewakan apartemenku, uang hasil sewanya akan digunakan untuk mengganti pinjaman itu".

"Van..."

"Nat aku tau ini langkah besar dan tergesa-gesa, cuma hanya ini cara yang terpikir olehku. Anggap saja kita seperti anak kos berbeda kamar Nat. Kemarin saat anniversary, sebenarnya aku ingin membawamu ke gereja untuk mengucapkan janji setiaku kepadamu, kupikir tahun depan di anniversary berikutnya saat aku lebih mapan, aku ingin melamarmu di gereja yang sama".

"Nat, aku tau seharusnya aku tidak mengatakan ini di situasi seperti ini, namun aku ingin menikahimu suatu saat nanti. Aku tidak memintamu kita menikah sekarang. Namun takdir berkata lain, setidaknya untuk saat ini, maukah kamu tinggal bersamaku Nat?".

"Van aku tidak tau harus berkata apa", jawab Natalie.

"Aku mengerti Nat, aku tau ini adalah hal absurd yang hanya terpikirkan oleh orang gila sepertiku bukan?", candaku sambil tersenyum.

"Terima kasih Van, untuk ketulusanmu".

Aku memeluknya, lalu keluar ruangan untuk merokok, aku sendiri butuh menenangkan diriku.

Setelah aku tenang, aku memutuskan untuk menceritakan masalah dengan kak Dira. Kak Axel pasti lebih banyak pertimbangan dibanding dengan kak Dira. Aku harap kak Dira bisa membantuku dan merahasiakannya.

Kring....kring.... aku coba menelepon kak Dira.

"Hai Van, ada apa?".

"Kak, aku sedang ada masalah, tapi kakak janji ya jangan menceritakannya pada siapapun".

"Ok Van".

Lalu aku menceritakan masalah secara rinci juga rencana gilaku untuk tinggal bersama Natalie.

Kak Dira menyanggupi untuk melunasi biaya rumah sakit bahkan jika semuanya, agar aku dan Natalie masih memiliki cadangan uang untuk kebutuhan mendadak lainnya. Tapi aku menolaknya. Aku tau papa pasti cepat atau lambat akan mendengar berita ini, tidak ada berita yg bisa luput dari telinga papa. Aku tidak mau hal ini dijadikan alasan untuk mempersulit hubunganku dengan Natalie.

"Van, apa kamu mau berkorban apa saja demi Natalie?", tanya Dira.

"Tentu kak, aku mencintainya".

"Bagaimana kalau kalian menikah saja? Bukan berarti saat ini juga, tapi nanti segera setelah kesehatan mama Natalie membaik".

"Kak kamu lebih gila daripada aku".

"Van tidak ada bedanya situasimu sekarang atau tahun depan, papa tetap tidak akan merestuimu, kamu juga sudah keluar dari rumah, siapa tau jika kalian menikah justru suatu saat papa akan luluh Van".

"Entahlah kak...".

"Pertimbangkanlah Van, mengenai keuangan kamu jangan khawatir aku bisa membantumu tanpa sepengetahuan papa Van".

"Terima kasih kak".

Lalu kami menyudahi pembicaraan kami.

Saat kembali ke kamar, terngiang di telingaku ucapan kak Dira mengenai menikahi Natalie, apa aku sudah siap bertanggung jawab sepenuhnya dengan hidup Natalie? Namun apa bedanya dengan aku mengajaknya tinggal bersama? Aku tidak berpikir sejauh itu, aku hanya memikirkan bagimana cara melunasi pinjaman 30 juta dalam waktu dekat. Kurasa aku tidak sedewasa yang aku pikir? Atau ini karena aku hanya fokus pada masalah uang saja? Toh aku tadinya memang mau mengucapkan janji di hadapan Tuhan, dan berencana melamarnya tahun depan bukan?

Aku sungguh bingung.

1
KEMSTzy
Gelooo
anggita
like👍+☝iklan... semoga novelnya banyak pembacanya.
fien: terima kasih kak 🙏🏻
total 1 replies
anggita
Evan...😘 Natalie
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!