Zombie Hunter, sebuah game misterius yang telah membawa satu tim yang beranggotakan dua puluh orang masuk ke dalam dunia pararel. Sehingga kedua puluh orang itu terjebak di sebuah kota mati yang dipenuhi dengan jutaan zombie.
Seakan di dunia tersebut telah terjadi hari kiamat, hanya dipenuhi dengan mayat hidup yang sangat menyeramkan. Mereka akan menyerang manusia dengan cara membabi buta.
Tapi bagaimana kalau ternyata game tersebut telah membuat peraturan bahwa hanya satu orang saja yang memiliki kesempatan untuk menang dan bisa keluar dari dunia yang mengerikan itu? Akankah ada yang berhasil selamat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Malam pun telah tiba, suasana sangat terasa hening. Beruntung di gedung tersebut terdapat lampu walaupun nampak remang-remang, setidaknya tidak terlalu gelap disana.
Mumpung Liondra berada di balkon, Raka mencolek bahu Amel. Kemudian Raka segera pergi ke kamar mandi. Itu artinya Raka memberikan sebuah isyarat kepada Amel agar Amel segera mengikutinya ke kamar mandi.
Mumpung orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut fokusnya sedang terbagi-bagi. Sehingga Amel pun segera mengikuti Raka ke kamar mandi.
Raka segera menarik tangan Amel setelah Amel masuk ke dalam kamar mandi. Dia mengunci kamar mandi tersebut.
"Apakah tidak akan ketahuan?" Tanya Amel.
Raka tak langsung menjawab, dia melorotkan rok mini yang dipakai oleh Amel dan celana dal-amnya. "Gak lah, aku lagi pengen. Setidaknya setelah ini aku memiliki kekuatan untuk melawan zombie sialan itu."
Amel tersenyum, dia mengecup bibir Raka. "Malam ini aku sangat kedinginan. Aku juga memang ingin dihangatkan."
Raka tersenyum, dia menghentakkan tubuh Amel ke dinding. Kemudian Raka mencium bibirnya dengan penuh naf-su. Pria itu segera membuka celananya, dan menyatukan tubuh mereka berdua. Mereka bercinta dengan posisi berdiri.
"Kau harus janji akan membawa aku pulang dari sini!" Pinta Amel disela-sela desa-hannya.
Raka tak menjawab, mungkin karena dia tidak memiliki niat untuk keluar bersama dengan wanita itu. Raka segera membuka kancing kemeja Amel, untuk menikmati area dadanya.
Setelah selesai bercinta, Raka merapikan kembali pakaiannya. Dia sangat merasa lega, karena malam ini dia sudah mendapatkan kehangatan di malam hari yang sangat dingin ini.
"Aku keluar duluan!" Ucap Raka kepada Amel yang sedang membenarkan roknya.
...****************...
Sementara di balkon sana, Alex sangat merasa terharu, dia sama sekali tidak menyangka ternyata masih ada yang peduli kepadanya. Putra, Liondra, Tian, Riska, dan Gina memilih untuk tetap tinggal bersamanya. Walaupun sebenarnya dia memiliki sedikit ketakutan, bagaimana kalau seandainya dia benar-benar terinfeksi?
Riska memandangi sepuluh orang yang ada di dalam ruangan. Kesepuluh orang tersebut nampak berkumpul bersama sambil memakan cemilan, rupanya beberapa diantara mereka ada yang tidak sengaja membawa cemilan. Ada yang di dalam saku celananya, ada pula yang di dalam saku bajunya.
Riska nampak menelan saliva, mungkin karena dia juga sangat merasakan lapar.
Tian yang cintanya sudah puluhan kali ditolak oleh Riska, dia segera merogoh saku celananya, terdapat ada satu buah coklat yang berukuran panjang 20 cm. Coklat itu memang sengaja dia beli untuk Riska, tapi dia keburu masuk ke dalam dunia game.
"I-ini... coklat untukmu. Aku harap coklat yang ini tidak kamu tolak." Ucap Tian dengan gugup sambil memberikan coklat tersebut kepada Riska. Dari dulu Riska memang selalu menolak coklat pemberian darinya.
Bagaimana mungkin Riska tidak menolak, dia memang sangat kelaparan sekali. "Beneran?"
"He-eum." Tian menganggukkan kepalanya.
"Terimakasih banyak, ya. Nanti lain kali kalau seandainya kita selamat dari sini, aku akan mentraktir kamu makan malam." Riska memberikan janjinya kepada Tian.
"Beneran?" Sewot Tian. Walaupun suasana sangat terasa tegang, tapi hatinya sempat berbunga-bunga.
Riska menganggukkan kepalanya, "Iya."
Riska memotong sedikit coklat yang ada di dalam genggamannya. "Tapi saat ini kita harus kompak. Kita harus bertahan hidup. Jadi kamu juga harus memakan coklat ini."
Riska telah membagi coklat tersebut menjadi enam bagian. Mereka semua harus makan walaupun sedikit saja, agar memiliki tenaga untuk menghadapi para zombie yang mengerikan itu.
Keenam orang yang berada di balkon, mereka sedang berkumpul bersama sambil menikmati sepotong coklat yang dibagikan oleh Riska. Di dalam situasi ini pasti tidak akan mudah, tapi mereka berusaha untuk membuang rasa takut mereka. Sehingga mereka semua mencoba untuk mengakrabkan diri sambil berbagi cerita.
"Jujur saja aku baru mengenal kamu, Alex. Mungkin karena kamu orangnya jarang sekali bergaul. Tapi aku harap kita bisa bersahabat." Ucap Putra. Putra saat ini telah mencapai level 5, senjata yang dia miliki adalah pedang yang berukuran sedang.
Alex menganggukan kepalanya, "Iya, aku harap kita semua kompak. Dan terimakasih sudah peduli padaku."
Putra tersenyum tipis sambil menepuk-nepuk pundaknya Alex.
Liondra dengan malu-malu memberikan syalnya kepada Alex, "Emm... Luka kamu harus ditutupi."
Alex sangat menyadari bukan saatnya untuk baper-baperan. Dia segera membawa syal pemberian dari Liondra, "Terimakasih, Liondra."
Liondra menganggukkan kepalanya dengan pelan, "Iya sama-sama."
Malam semakin larut, terlihat semua orang sudah terlelap tidur. Mungkin yang di ruangan sangat merasakan nyaman, karena mereka tidak begitu kedinginan. Sementara keenam orang yang berada di balkon, mereka harus tidur dengan berusaha untuk melawan hawa dingin yang kian menusuk kulit.
Rupanya Alex tidak bisa tidur, mungkin karena sangat gelisah dengan luka cakaran di lengannya. Dia takut tiba-tiba saja dia berubah menjadi zombie dan mencelakai semua teman-temannya.
Alex sangat bernafas lega, rupanya luka cakaran tersebut tidak bereaksi apa-apa. Sebenarnya dia pun masih sangat merasa sedih telah kehilangan sahabatnya. Padahal Dion mati-matian ingin mengikuti event game tersebut untuk mendapatkan biaya perawatan ibunya.
Dan Alex pun sangat terpukul dengan kematian tiga orang yang lainnya, walaupun mereka tidak dekat. Tapi bagi Alex mereka semua adalah teman.
Alex segera berdiri, dia berjalan ke teralis balkon, untuk melihat berapa banyak zombie yang ada di jalan raya sana. Apakah jumlahnya semakin banyak?
Namun, Alex tidak sengaja menjatuhkan sebuah vas bunga. Membuat vas bunganya tersebut jatuh ke bawah.
Braaakkk!
Sehingga terdengar suara raungan zombie-zombie di bawah sana.
Aarrggkkhh!
Aarrggkkhh!
Aarrggkkhh!
Alex nampak terperangah, ketika melihat semua zombie yang ada disana berlarian mencari sumber suara, mendekati letak jatuhnya vas bunga. Rupanya pada malam hari zombie-zombie yang ada disana buta. Mereka hanya mengejar suara-suara yang menarik perhatiannya.
Kira2 Liondra bisa selamat enggak ya? dengan darah yang terus merembesss, sedang zombie jika memciumm bau darah seperti manusia yang menciumm bau duitt warna merahh 🤭
Alex dan Tian...bagaimanapun caranya kalian bertiga harus selamat, meski harus melawan syistem...kalian harus bisa keluar dari dunia portal yang menyesatkan..
Memang Raka sungguh terlalu, ambisi dan keserakahan sudah menutup akal sehatnya 😱. Bahkan wanita yang "katanya" sempat disayang akhirnya dijadikan lawan 😉😞.
Apa iya hanya sampai di sini kisah Alex dan Liondra? Akankah Liondra masih bisa untuk bertahan ....
biar si Raka yng di cabik² oleh zombie 😏
Raka memamg bringsikk, pengecut, mana ada laki2 yang katanya mencintai tapi tega menyakiti..untung saja kamu sudah putus sama Raka...li? andai kamu pergi, kamu pergi dengan senyuman dan membawa cintamu..
Sepertinya memang smeuanya harus meninggal..kecuali Alex...👻👻