Denis Agata Mahendra, seorang bocah laki-laki yang harus rela meninggalkan kediamannya yang mewah. Pergi mengasingkan diri, untuk menghindari orang-orang yang ingin mencelakainya.
Oleh karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan kematian sang ayah, ia tinggal bersama asisten ayahnya dan bersembunyi hingga dewasa. Menjadi orang biasa untuk menyelidiki tragedi yang menimpanya saat kecil dulu.
Tanpa terduga dia bertemu takdir aneh, seorang gadis cantik memintanya untuk menikah hari itu juga. Menggantikan calon suaminya yang menghamili wanita lain. Takdir lainnya adalah, laki-laki itu sepupu Denis sendiri.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Asisten
"Kau tidak melihat ada suaminya di sini? Larisa sudah menikah, dan aku adalah suaminya."
Raditya melirik ke arah Denis sinis, kemudian berdiri tegak sembari memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Ia tak peduli pada reaksi Karin yang tengah dibakar cemburu.
Larisa, kau tetap menjadi pengganggu dalam hubunganku meski sudah menikah. Aku tidak bisa tinggal diam.
Karin membatin, mengancam istri Denis yang tidak bersalah.
"Oh, aku tidak melihatmu," ucap Raditya sembari tersenyum remeh, matanya memindai tubuh Denis dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Lalu, mendekatkan wajah seolah-olah menemukan sesuatu yang aneh di sana.
"Oh, Larisa! Aku sungguh kasihan kepadamu. Sebegitu putus asanya kau tidak jadi menikah denganku hingga rela menikahi laki-laki yang tidak jelas seperti ini. Seorang pelayan dengan gaji yang tidak seberapa, dan apa itu? Dia juga memiliki bekas luka di wajah yang menjijikkan. Ck-ck-ck." Raditya menggelengkan kepala.
Ia mundur dan berdiri di sisi Karin, menatap remeh pada Denis juga merasa iba pada mantan kekasihnya itu.
Denis melirik Larisa yang terlihat menahan emosi. Dia ingin segera pergi dari sana, tapi jalan keluar dihalangi Raditya dan Karin. Sudah pasti mereka tidak akan memberikan jalan dengan mudah kepadanya.
"Setidaknya dia lebih baik dari pada kau yang tidak bisa menghargai pasangannya," ujar Larisa membuang pandangan dari Raditya yang tak tahu malu.
"Hahaha ... dia tidak bisa dibandingkan denganku. Dia dan aku, bagai langit dan bumi. Aku yakin kau akan menyesal telah menikah dengannya," ucap Raditya begitu angkuh dan sombong.
Larisa mendengus, membuang pandangan darinya.
"Ayo, kita pergi. Aku sudah tidak memiliki urusan di sini," ajak Larisa sembari menggandeng tangan Denis.
Laki-laki itu mengangguk patuh dan tersenyum manis membuat Larisa terpesona karenanya. Mereka berjalan hendak menerobos Raditya dan Mia yang sudah menghalangi jalan.
"Kenapa? Apa kalian malu?" sindir Karin yang bergelayut manja di lengan Raditya. Ia sengaja menghalangi jalan mencegah mereka pergi.
Larisa melirik tajam, mencibirkan bibir kemudian. Sungguh Karin adalah orang yang tidak tahu malu.
"Bukankah yang seharusnya malu itu kau? Kau merebut calon suami orang lain, dan kau lihat apa yang dia lakukan tadi? Dia bahkan berani merayuku dan memintaku untuk menikah dengannya di hadapanmu," ucap Larisa sembari memainkan alis dan tersenyum penuh kemenangan saat melihat Karin terdiam dengan rahang yang mengeras.
"Kau!"
Larisa melengos, sengaja menyenggol bahu wanita hamil itu. Ia tak peduli apapun yang akan terjadi.
"Kita lihat saja siapa yang akan menyesal di kemudian hari," bisik Denis yang ikut melangkah melewati mereka berdua.
Karin merasa geram dan tidak dapat menahan diri, ia lantas menarik rambut Larisa dan menjambaknya dengan cukup kuat hingga membuat Larisa menjerit terkejut. Begitu pula dengan Denis yang sigap mencengkeram lengan Karin.
"Ah, sakit!" rintih wanita hamil itu sembari melepaskan cekalannya pada rambut Larisa.
"Aku tak peduli kau seorang wanita. Jika berani menyakiti istriku, tiada ampun bagimu," kecam Denis dengan mata elangnya yang menyalang.
"Ah, tidak, tidak! Ampun, lepas!" mohon Karin sambil mencoba untuk melepaskan cekalan Denis.
Namun, Denis yang terlanjur marah, tak kunjung melepaskan tangannya dari lengan Karin. Meski sudah memohon dengan air mata bersimbah, ia tak peduli.
"Hei! Kau tahu siapa dia? Dia istri CEO perusahaan ini!" bentak Raditya yang sama sekali tak diindahkan Denis.
Sentuhan lembut di lengan laki-laki itulah yang membuatnya melepaskan cekalan. Ia melirik Larisa yang menggelengkan kepala meminta untuk tidak melakukan perbuatan kasar.
Denis menghempaskan tangan Karin dengan kasar hingga membuat tubuh wanita hamil itu hampir terjerembab di lantai. Beruntung, Raditya sigap menangkapnya.
"Kau! Kurang ajar!" Raditya mengangkat tangannya hendak memberikan pukulan kepada Denis. Namun ....
"Tunggu, Tuan!" sergah Hasto yang datang terburu-buru melerai pertengkaran mereka.
Laki-laki paruh baya itu menghampiri Denis, bertanya padanya tentang keadaan dia.
"Tu ... Asisten Denis, Anda baik-baik saja?" tanyanya dengan cemas.
Sikap Hasto yang demikian membuat semua orang tercenung. Dia bertanya pada Denis, sedangkan tuannya ada di sana.
"Hasto!" bentak Raditya yang tak senang dengan sikap Hasto.
"Tuan Hasto, karyawan Anda ini sudah berani menggertak istri saya," ucap Denis menuding pada dua orang itu.
Karin mendengus, berjalan menghampiri Hasto dan merengek padanya.
"Paman, dia dan suaminya tadi hampir mencelakai aku. Beruntung, Radit datang dan mencegah mereka," adu Karin meminta perlindungan darinya.
Namun, yang terjadi, Hasto bukannya membantu Karin.
Plak!
Dia menampar wanita hamil itu, cukup keras karena kesal.
"Diam kau! Seharusnya kau bisa memperlakukan tamu dengan lebih baik. Bukan menindas mereka seperti ini. Kau ingin mencoreng nama baik perusahaan?" bentak Hasto benar-benar diluar prediksi Karin juga Raditya tentunya.
Tak hanya Karin yang terkejut, tapi Raditya juga semua karyawan yang ada di sana ikut tertegun melihat apa yang dilakukan Hasto.
"Paman! Kenapa kau memukulku?" protes Karin sambil memegangi pipinya.
"Diam! Minta maaf sekarang juga pada mereka!" titah Hasto pada Karin.
Larisa sungguh tak habis pikir, ia menatap Denis yang tersenyum tipis seolah-olah menikmati pemandangan itu.
"Kenapa harus aku yang meminta maaf? Mereka yang bersalah, bukan aku," tolak Karin mendengus kesal.
"Direktur Hasto sudah salah, jelas-jelas mereka yang membuat masalah. Apakah kau sudah bosan bekerja di sini!" ujar Raditya menggunakan kekuasaannya.
Bukannya takut, Hasto justru menantangnya.
"Saya dipekerjakan oleh tuan Jaya Mahendra, hanya beliau yang bisa memecat saya. Tak peduli apapun jabatan Anda di perusahaan ini, Anda tidak bisa memecat saya," timpal Hasto dengan berani.
"Kau!" Radit mengepalkan tangan emosi, tidak terima tak dihormati bawahan sendiri. Dia memang CEO, tapi tak diberi hak kuasa atas perusahaan juga karyawan.
"Saya sungguh tidak menduga, perusahaan Mahendra yang begitu terkenal dan bermartabat memiliki karyawan yang tidak kompeten dalam bersikap. Saya khawatir, perusahaan Mahendra akan lenyap dari perputaran roda bisnis jika terus seperti ini," ucap Haris yang muncul dari lorong setelah mengurus beberapa masalah yang muncul.
"Tu-tuan Haris!" Hasto merunduk, keringat dingin kembali bermunculan.
Mereka semua ikut menunduk, siapa yang tidak mengenal Haris. Kaki tangan tuan Agata, pemilik perusahaan Agata Grup.
"Maafkan saya, Tuan. Anda tidak perlu khawatir, saya akan memberi mereka hukuman," ucap Hasto dengan suara yang bergetar.
Haris tidak menggubris, dia mendekati Denis yang berdiri menatap tajam ke arahnya.
"Asisten Denis, Anda dan istri Anda baik-baik saja? Mereka tidak berbuat lebih, bukan?" tanya Haris berakting.
Denis tersenyum, mengibaskan tangan sekali enggan menjawab. Larisa menatap bingung suaminya, kemudian beralih pada Haris. Ia tersenyum canggung, merasa tak enak dengan sikap sang suami.
"Aku perkenalkan kepada kalian. Dia Denis, asisten tuan Agata. Menghinanya sama dengan menghina tuan Agata, merendahkan istrinya sama dengan merendahkan tuan Agata. Kalian tahu harus melakukan apa?" ucap Haris memperkenalkan Denis kepada mereka semua.
Larisa tersenyum takjub kepada suaminya, baru melamar sudah menjadi asisten orang nomor satu di kota itu. Tak sabar ingin segera tiba di rumah, bertanya banyak hal padanya.
Karin terpaksa merendahkan diri, meminta maaf pada mereka.
"Maafkan saya, sudah salah menyinggung Anda," ucapnya dengan berat hati.
"Kau urus mereka, aku jengah berada di sini," bisik Denis seraya berbalik pergi bersama Larisa tanpa menggubris permintaan maaf Mia.
Sial, awas kalian. Kali ini kalian beruntung karena kedatangan tuan Haris. Lain kali, jangan harap bisa selamat.
gk mau Kalah Sam Denis ya....
Yg habis belah durian......