NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:6.9M
Nilai: 4.6
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Hasna menyambut kedatangan Rama di teras, saat mendengar deru mesin mobil memasuki pekarangan rumah.

"Assalamualaikum, Mas." Sapanya dengan nada yang ceria. Tak lupa senyuman ia tarik di kedua sudut bibirnya.

Tak ada jawaban salam dari Rama. Laki-laki itu terus melangkah masuk ke dalam rumah.

"Mas mau makan dulu apa mandi dulu? Biar aku siapin ya airnya." Tawar Hasna.

Tak merespon, Rama terus melangkah.

"Aku bantu bawa tasnya ya, Mas." ucap Hasna hendak menyambar tas kerja yang ditenteng Rama.

Rupanya lelaki itu begitu kesal dengan tingkah istrinya.

"Saya bisa sendiri." Jawabnya sambil menjauhkan tas itu dari tangan istrinya.

"Aku bantu siapin baju ganti ya, Mas." kata perempuan itu lagi.

Kekesalan Rama benar benar memuncak. Ia menghentikan langkahnya tepat di hadapan Hasna. Menatap tajam mata teduh istrinya.

Tak ada yang salah memang dengan ucapan juga perbuatan Hasna. Itu memanglah tugasnya sebagai seorang istri. Menyambut dan menyiapkan segala kebutuhan suaminya.

Tapi itulah yang membuat Rama kesal. Sepertinya perempuan itu sengaja ikut campur dengan urusan pribadinya. Dan dia tidak suka.

"Sudah saya katakan, saya bisa sendiri. Kamu tidak perlu melakukan apa-apa untuk saya." Ucap Rama berusaha mengontrol emosinya.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol, demi membalas budi. Jadi jangan pernah campuri urusan saya." Ucap Rama dengan penuh penekanan. Telunjuk kanan laki-laki itu mengarah tepat didepan wajah perempuan yang belum genap sebulan menjadi istrinya itu.

Hasna Hanya terdiam, menatap lelaki yang telah menikahinya itu. Bibirnya terkatup rapat. Hanya helaan nafas yang terdengar.

Dengan langkah lebar, Rama meninggalkan Hasna yang masih diam terpaku.

Braaakkkk...

Suara pintu yang ditutup cukup keras, membuyarkan lamunan wanita cantik itu.

Baru dua hari, Rama mengajak Hasna pindah ke rumah pribadinya. Dengan alasan, ingin mandiri setelah menikah. Namun ini yang terjadi, ia memperlakukan sang istri seperti orang asing.

Hasna menatap pintu kamar di lantai dua yang ditempati suaminya. Rama yang menginginkan agar mereka tidur terpisah. Dan tidak saling mencampuri urusan masing-masing.

Menghirup nafas dalam-dalam, Hasna pun melangkah menuju ke dalam kamarnya. Berusaha menetralkan perasaannya saat ini.

Hasna mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas, untuk mengalihkah rasa yang bercampur aduk di dalam dadanya. Setelah kepergian sang kakek, tak ada lagi tempat ia berkeluh kesah. Tak mungkin juga mengadu kepada keluarga suaminya. Karena setelah menikah, kehidupan rumah tangga hanya milik mereka berdua. Tak berhak ada yang mencampuri, sekalipun itu orang tua.

Drrrttt...drrrrttt....

Terdengar suara panggilan dari ponsel miliknya. Ternyata dari ibu mertua.

"Assalamu'alaikum, Ma." Ucap Hasna

"Wa'alaikum salam, sayang. Mantu mama lagi apa?." Ceria sekali suara ibu mertuanya itu, namun berkebalikan dengan sang putra.

"Baru selesai nyiapin makan malam, Ma."

"Oh iya sayang, Rama suka banget sama sup iga loh. Dia pasti makannya makin lahap kalau kamu yang masak. Mama keinget pas grand opening restoran kamu kemarin. Sup iganya, juara." Puji bu Diana.

"Iya ma, besok akan Hasna masakin sup iga buat mas Rama." Jawab perempuan itu dengan seulas senyuman.

Pernikahan mereka terjadi dari perjodohan yang tidak di sengaja. Jadi masih banyak sekali yang belum mereka pahami dari pasangan. Baik itu karakteristik, hobi, hal yang disukai, dan segala hal yang bersifat personal lainnya.

"Hasna, apa anak mama bikin kamu kesal?" Tanya mertuanya lagi.

Hasna tak langsung menjawab pertanyaan mertuanya itu. Ia memilih untuk menghela nafas panjang untuk menekan emosinya.

"Tidak Ma, kami hanya mencoba saling mengenal dan mendekatkan diri saja." Dusta perempuan cantik itu.

Lancar sekali kalimat itu keluar dari bibir Hasna. Ia hanya tidak mau mertuanya tau apa yang terjadi dengan rumah tangganya saat ini.

Pernikahan masih belum genap satu bulan. Masih banyak yang harus mereka kenali dari pasangan. Hasna masih menganggap wajar tingkah sang suami. Mengingat pernikahan mereka terjadi lantaran kondisi kakek yang kritis saat itu. Rencana awal masih dua minggu lagi tapi terpaksa dilaksanakan dua minggu yang lalu.

"Hasna, sekarang tanggung jawab atas diri kamu beralih pada pundak putra Mama. Jika ada hal yang tidak baik dari Rama, baik itu perkataan maupun tingkah lakunya, tegurlah dia nak. Kamu berhak mengingatkan suamimu jika ia berbuat salah. Namun jika masih tetap seperti itu, katakanlah nak. Rama putra Mama. Mama yang akan menegurnya." Ucap bu Diana dengan lembut.

Setetes air mata mengaliri pipi sang menantu. Betapa ia sangat menyadari bahwa dia sudah tidak memiliki keluarga lagi selain suami dan keluarganya.

"Iya, Ma." Lirihnya

"Ma, sepertinya mas Rama sudah pulang. Hasna tutup dulu ya, assalamu'alaikum." Panggilan pun diakhiri oleh Hasna.

"Maafkan Hasna, Ma." Batinnya.

***

Pagi-pagi sekali Hasna sudah rapi dengan setelan dan juga blazer mocca. Sepertinya dia akan bersiap dengan rutinitasnya. Selama dua minggu belakangan ini, dia tak pernah datang di toko, maupun restoran miliknya.

Rencananya ia akan melihat gerai miliknya untuk sekedar mencari kesibukan.

"Mas, aku minta izin mau keluar. Sebelum sore, insyaallah aku sudah ada di rumah." Ucapnya saat melihat sang suami berjalan menuruni tangga dan mendekat ke arahnya.

Rama sibuk memasang dasinya, bahkan tak menyahuti perkataan Hasna.

"Mas." Tegur perempuan itu.

Tak menggubris perkataan sang istri, justru Rama melangkah menuju pintu utama. Dengan langkah sedikit cepat, Hasna mengejarnya. Dia mensejajarkan langkah dengan sang suami, dan kemudian berhenti tepat dihadapan lelaki itu. Hasna mengulurkan tangan hendak berpamitan pada Rama. Namun Rama justru melanjutkan langkahnya, kemudian menaiki mobil dan melaju meninggalkan rumah.

Ada rasa kecewa dalam diri perempuan itu. Tak ingin berlama-lama, Hasna pun segera mengunci rumah dan segera pergi menggunakan taksi online yang telah dipesannya.

Tempat pertama yang dikunjunginya adalah tempat katering yang besebelahan dengan toko roti. Dia memeriksa semua laporan mingguan di ruangannya. Setelah itu mengunjungi tempat katering dan tokonya yang lain. Dan yang terakhir ke restoran.

***

Tok...tok...tok...

Ketukan pintu ruangan Rama terdengar, sesaat setelah ia melepaskan jasnya.

"Masuk."

Seorang perempuan berpakaian pressbody, melangkah dengan anggun memasuki ruangan bernuansa monokrom itu. Dia adalah Marissa, sekretaris Rama.

Marissa berdiri tepat di hadapan bossnya itu. Dengan pakaian super ketat yang haya dilapisi blazer dan terbuka bagian atasnya, ia begitu memikat. Ditambah polesan lipstik merah di bibirnya.

"Maaf Pak Rama, saya hanya ingin mengingatkan kalau lusa kita ada pertemuan penting dengan klien di Jepang. Anda ingin reservasi tiket dan hotel untuk berapa orang dan berapa malam?" Ucap Marisa dengan nada yang terdengar sedikit manja.

Rama mengalihkan fokusnya dari berkas yang sedang ia pelajari. Berkas untuk pertemuan pentingnya di Jepang.

"Untuk tiga orang." Jawabnya datar

"Tiga orang?" Tanya Marissa sedikit terkejut. Sepertinya ia berharap dengan kalimat yang diucapkan bosnya barusan.

"Ya, untuk hotel pesankan untuk satu minggu." Kata Rama lagi.

"Satu minggu, Pak?." Senyuman samar tersungging di bibir wanita seksi itu. Rama hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Marissa.

"Ada lagi?" Tanya Rama, karena Marissa tak beranjak dari tempatnya.

"Ah, tidak Pak. Kalau begitu saya permisi."

Rama kembali memfokuskan diri mempelajari berkas-berkas penting yang akan dipresentasikan dihadapan kliennya besok.

Sementara Marissa terlihat tengah berbunga-bunga hatinya. Ia mengira, dirinya akan diajak serta ke Jepang. Karena biasanya Rama hanya pergi berdua dengan asisten pribadinya, Ivan.

Tapi kali ini Rama memesan tiket untuk tiga orang, dan reservasi hotel untuk satu minggu. Padahal waktu pertemuan hanya butuh waktu sehari saja. Jadi sisanya akan dipakainya untuk jalan-jalan. Kurang lebih begitulah pemikiran perempuan itu.

Hanya dengan membayangkannya saja, ia begitu bahagia. Sudah sejak lama, Marissa memiliki rasa lebih dari sekedar bos dan sekertarisnya. Apalagi selama ia bekerja di sini tak terlihat seorang wanita pun digandeng sang CEO. Itu artinya, ia memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi istri bosnya itu.

Siapa yang akan bisa menolak pesona dari seorang Rama? Lelaki berperawakan tegap, dengan tatapan matanya yang begitu tajam. Ditambah lagi dia seorang lelaki yang memiliki sejuta daya pikat bagi kaum hawa, termasuk Marissa.

"Ahhhh.... tak sabar menunggu lusa, aku akan persiapkan baju-baju terbaikku untuk mendampingi Pak Rama di Jepang." Ucapnya dalam hati.

***

1
Heriyani Lawi
lemah banget si Hasna masa sama2 perempuan tdk berani melawan
Winarti Winarti
Alhamdulillah Thor alur nya bagus
salam kenal kembali thor
Heriyani Lawi
huh jd geregetan dg Hasna, jd perempuan kok terlalu naif
Amelia Syangawenk
Lumayan
Amelia Syangawenk
Biasa
Nuraini Nuraini
Luar biasa
Kartini Davi
akhirnya ada rasa cemburu rama
Kartini Davi
rama buat mut Hasna hilang
Wy Ky
keren
Cindy Risch
cerita nya bagus.. konfliknya jga tidak terlalu berat... semangat buat authornya
Anonymous
keren
Samsudin
Luar biasa
Melly Mariam
kynya g pas klw pake kata saya

pake aku lebih okk
Yulina Serdang
tinggalin aja tom, perempuan ngak nyadar kayak gitu.
Nurmi Nuhung
Sebelum melamar selidiki dulu orang nya apa masih gadis atau sudah punya suami karna kalau yg ingin dilamar sudah ada yg punya tentu membuat malu diri kita sendiri
Nurmi Nuhung
Mantap alur ceritanya bikin sedih dengarnya
Nurmi Nuhung
Mantap semoga Rama segera melupakan masal lalunya , sehingga dapat mencintai istrinya setulus hati
Nurmi Nuhung
Mantap alur ceritanya
Yulina Serdang
koq ngenes banget jadi hasna 😭😭😭
Efni Simamora
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!