NovelToon NovelToon
Married With Mr. Idiot

Married With Mr. Idiot

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / CEO / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Niat hati mencari suami kaya agar terbebas dari belenggu ibu tiri, membawa seorang Lilyana nekat mengait pria kaya yang ditemuinya di taman. Namun, apa jadinya jika pria itu mengalami keterbelakangan mental alias idiot.

"Ya, ayo menikah ...!" pria berpenampilan tuan muda bertepuk tangan dengan gaya khasnya yang seperti bocah.

"Oh, no!"

Bagaimana kelanjutannya? Yuk, simak ceritanya.

***

Jangan lupa juga baca novel author yang lainnya: (My Son Is My Strength, Sang Antagonis & Membalaskan Dendam Janda)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obat dari Kirana

"Kamu terlihat sangat merindukan ku!" orang itu terkekeh penuh karisma, menunjukkan ketulusan dan keramahan pada Vian. Namun, suami dari Lily malah terlihat sebaliknya. "Kenapa menatap ku seperti itu?" tanyanya sembari ingin menyentuh Vian yang kian terlihat tegang.

Menyadari kejanggalan itu Lily bersikap siaga, hidup bersama Davina dan Naura membuat ia mengerti akan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang bermuka dua. Seperti pria paruh baya di depannya ini contohnya, jika ditaksir ia sepantaran dengan sang ayah mertua.

Pria itu mengurungkan niatnya menyentuh Vian tak kalah istri dari pemuda itu menarik mundur lengan suaminya. Kini ia beralih menatap Lily yang menatapnya dengan penuh curiga.

"Oowhh, aku lupa memperkenalkan diri," orang itu tergelak sendiri. "Perkenalkan... namaku, Abra Abrisam. Saudara Arthur, ayah mertuamu." Ia mengulurkan tangan pada Lily yang menautkan alis.

Jika dia saudara ayah mertuanya, kenapa ia tidak mengenalnya. Ia pun tidak mengenakan nama Adhitama pada nama belakangnya.

Abra tersenyum kecut, menarik kembali tangannya karena tidak ada tanda-tanda disambut oleh istri dari keponakannya.

"Saudara tiri." Celetuk Vian dengan nada mencicit, membuat perhatian Lily dan Abra tertuju padanya.

Abra kembali tergelak, tangannya yang masih dipenuhi oleh otot itu memukul bahu Vian pelan, dan Vian malah terhenyak. Ia membisikkan sesuatu di telinganya membuat pupil mata keponakannya itu melebar besar.

"Baiklah, aku berdoa semoga kalian selalu bahagia." Abra menampilkan senyuman, terlihat tulus namun ketulusannya sama sekali tidak dirasakan oleh Lily. Ia malah melihat maksud lain dari senyuman saudara tiri ayah mertuanya itu.

Abra berjalan pergi tanpa berbalik lagi, tanpa dia ketahui dirinya telah menyenggol piring yang ada di tangan Vian.

Vian tentu terkejut, apalagi bajunya kini telah ternoda oleh coklat dan es krim yang mencair.

"Lily, baju aku...!" Vian mengusap-usap bajunya dari noda tersebut dengan tangan bergetar, dan noda itu bukanya menghilang malah semakin menyebar dan melebar saja di kemeja putih dan tuxedo hitamnya.

"Jangan diusap, nanti nodanya ke mana-mana." Lily mengambil alih piring yang masih ada di tangan Vian lalu menyimpannya di meja terdekat.

"Huwaaa ...," tangis Vian seketika, nadanya pelan namun masih terdengar menggelegar. Satu dua orang kerabat melihat, dan malah menertawai tingkah pria itu.

Lily mengedarkan pandangannya, ia mencari keberadaan sang mertua. Ternyata mereka sedang berbincang dengan kerabat yang lain. Tidak mengetahui kekacauan yang tengah terjadi, Lily pun mengurungkan niat untuk memberitahu keadaan mereka sekarang. Ia pun membawa sang suami masuk kamar untuk menenangkan, setelah memberitahu kepada pelayan agar menyampaikan hal ini pada mertuanya.

***

Mereka berdua masuk ke sebuah kamar yang sudah disiapkan, terlihat Vian masih dengan isak tangisnya. Lily sudah berulang kali menenangkan, membujuknya dengan segala cara, dan suaminya itu masih belum bisa ditenangkan. Malah sekarang tangis Vian semakin menjadi dengan tangannya yang meremas rambut.

"Bang, jangan ditarik begini rambutnya. Nanti kepala kamu sakit!" pinta Lily berusaha melepaskan tangan Vian agar tidak menyakiti dirinya sendiri. Tidak berhasil, Lily pun menuntun Vian menuju ranjang tempat tidur. Lalu kembali berusaha melepaskan tangan pria itu, Lily yakin rambutnya telah rontok beberapa helai.

"B-bang...." Lily mengiba.

"S-sakit... kepala aku sakit!!!" desis Vian menahan rasa sakit yang begitu hebat tiba-tiba menderanya. Lily semakin gelagapan, dengan mata mengkristal. Perasaan yang lembut tidak bisa melihat Vian mengalami hal tersebut, walaupun belum mencintainya tetapi mereka telah menghabiskan waktu bersama belakangan ini.

"Tunggu, aku cari bantuan dulu ya, Bang!" raut wajah gadis itu yang selalu ceria dan songong kini tampak khawatir. Kirana menaikkan salah satu alis merasa penasaran, kakinya pun melangkah menghampiri gadis itu yang beberapa langkah di depan pintu kamarnya.

"Ada apa?" tanya Kirana yang sebenarnya malas berbicara dengan Lily, karena gadis kampung ini rencananya menjadi tidak berjalan sesuai yang ia inginkan.

"Tante, kepala bang Vian! Kepala bang Vian sakit!" beritahu Lily, berharap perempuan yang selalu tidak suka padanya ini mau membantu. Lily menyesal tidak membangun hubungan yang baik padanya, tapi tampang Kirana memang mengundang sisi lain dari dirinya. Makanya selama ini hubungan mereka tidak bisa baik dan akur.

Kirana memalingkan wajah, sekilas seringai tipis tercipta di bibirnya. "Hm, tunggu di sini. Aku akan mengambilkan obat, Vian memang sudah biasa kambuh seperti ini." Kirana pergi, segera mengambil obat untuk anak tirinya. Lily melongo, rupanya wanita itu mau membantu tanpa ada drama sedikit pun.

Tidak ingin ambil pusing, Lily kembali masuk ke kamar untuk melihat keadaan Vian. "Banggg!" kaget Lily melihat apa yang dilakukan pria yang baru saja berstatus sebagai suaminya.

"Arghhh! Sakitttt!" Kini bukan lagi menjambak, tetapi Vian memukul kepalanya sendiri dengan brutal. Lily berusaha menahan dengan sekuat tenaga, matanya yang mengkristal kini tumpah ruah. Tidak membayangkan seberapa sakit yang Vian alami saat ini.

"Bang... udahhh... " tangis Lily sedikit mendapatkan perhatian Vian yang tengah didera rasa sakit.

"J-jangan nangisss," lirih Vian tidak beraturan, tangannya berusaha tenang untuk tidak menyakiti dirinya sendiri.

Lily dengan cepat menggunakan kesempatan tersebut untuk memeluk Vian erat, tepatnya agar menahan tangan pria itu untuk tidak menyakiti dirinya sendiri.

Vian menenggelamkan wajahnya di dada Lily, karena posisinya yang tengah duduk dengan Lily yang berdiri memeluknya.

Tak lama kemudian Kirana masuk membuat gadis itu menoleh dengan cepat, rupanya tidak hanya Kirana yang datang tetapi juga ayah mertuanya, Arthur.

"Vian kenapa, Nak?" tanya Arthur terlihat khawatir. Lily pun menceritakan dari awal sampai Vian yang menyakiti diri sendiri karena sakit kepala yang dideranya.

Kirana ikut menyimak sembari menyiapkan obat, melirik anak tirinya itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Ini, berikan obatnya agar meringankan sakit kepalanya." Kirana menyodorkan obat bersama air dalam gelas.

"Meringankan saja? Tidak menghilangkan?" tanya Lily menginginkan rasa sakit Vian hilang sepenuhnya.

"Obat itu akan membuat Vian tenang dan nantinya tertidur, sakit kepalanya juga akan perlahan hilang." Jelas Kirana dengan sabar penuh perhatian pada Vian. Arthur mengangguk mengiyakan.

Lily pun memberikan obat tersebut pada Vian yang setengah hati menerimanya. "Abang baring, ya." Lily menuntun suaminya yang mulai terlihat tenang setelah meminum obat, ia juga menarik selimut sampai menutupi dada Vian.

"Apakah rasa sakit Bang Vian akan kembali, Paman?" tanya Lily ingin mengetahui keadaan suaminya, pasalnya baru kali ini Lily melihat Vian seperti ini.

Arthur mengangguk dengan wajah muram, "Vian sebenarnya tidak seperti ini, tetapi karena kecelakaan itu membuat kepalannya mengalami benturan keras dan cedera. Hal tersebut mengganggu fungsi normal otaknya dan Vian menjadi berperilaku seperti ini." Jelas Arthur tanpa ada yang ditutup-tutupi pada gadis yang baru saja resmi menjadi menantunya itu.

"Jadi, Bang Vian awalnya normal, Paman?" tanya Lily yang mengira Vian seperti ini sudah sejak lahir, Kirana menunjukkan tatapan ejeknya.

'Bilang saja idiot!' batin wanita paruh baya itu.

"Eh, aku nggak bermaksud bilang Bang Vian mengalami keterbelakangan mental!" tegas Lily melihat tatapan mertua perempuannya itu. Tukan! Inilah sifat Kirana yang selalu membuat Lily tidak bisa memperlakukannya dengan baik. Kirana tak lain seseorang yang bermuka dua, membuatnya mengingat akan paman tiri Vian yang tak lain adalah Abra.

"Nyatanya Vian memang seperti itu," Arthur terlihat membuat nafas. "Terima kasih kamu sudah menjaga Vian dengan baik," lanjut dengan tulus, melihat bagaimana gadis ini memperlakukan anaknya dengan baik.

"Itu sudah menjadi tugas aku, Paman." Jawab Lily, Kirana memutar bola mata malas. Ingin segera pergi dari sini.

Arthur tersenyum, "Jangan panggil paman lagi, tetapi ayah. Kamu adalah anak perempuanku sekarang!"

***

1
Tantri Tantri
mana ni update yg baru
Lisa Kusmiran07
lanjut
R4Z1
up lagi Thor
Lisa Kusmiran07
Kirana penuh siasat
Lisa Kusmiran07
semangat up
Lisa Kusmiran07
Lily jangan terpengaruh sama nenek lampir,
Lovely_88
Hahahaha lucu 2 org yg sama2 polos ternyata 😅😅 lily otw unboxing nih
Lisa Kusmiran07
semangat kak up nya
Nurwana
keren...
Lovely_88
Bertindaklah lbh cerdas lili licik dibalas ama licik li kerjain jg tuh emak tiri'y Vian biar kapok loe kan cerdas li 😅😅klo perlu bikin kyk vian jg tu emaknya biar idiot.
Nur Afifah
😁😁😅
Lisa Kusmiran07
lanjut kak,,lucu menghibur
Naaila Qaireen: Siap Kak, makasih dukungannya❤
total 1 replies
Nurwana
Lily mo dikadalin....
Nurwana
dasar Nenek lampir Thu Kirana... gara gara obat itu Vian berubah total.
Nurwana
hahahaha 😂😂😂😂😂
Nurwana
jgan sampai nhe Vian pura pura idiot deh....
Lovely_88
kapan up'y kakak 😊g sabar nih
Lovely_88
aduh jgn2 yg ngebuat vian kecelakaan tuh semoga lili bisa nolongin Vian syukur2 bisa ngebuka deh y busuk'y paman'y 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!