NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Perjuangan

Antara Cinta Dan Perjuangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Cinta Murni
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Raira Megumi

Ahmad Hanafi, seorang laki-laki cerdas dan tangguh yang ikut serta dalam perjuangan memerdekaan bangsa Indonesia dari jajahan negeri asing yang telah menjajah bangsanya lebih dari 300 tahun.
Saat mengabdikan seluruh jiwa dan raganya demi bangsa yang dicintainya, ia dibenturkan pada cinta yang lain. Cinta lain yang ia miliki untuk seorang gadis cantik yang sulit ia gapai.
Rosanne Wilemina Van Dijk adalah nama gadis yang telah memporak-porandakan keyakinan Ahmad Hanafi akan cintanya pada bangsa dan negaranya.
Cintanya pada dua hal yang berbeda memberikan kebimbangan luar biasa pada diri seorang Hanafi.
Pada akhirnya, cinta siapa yang akan dipilih Hanafi? Cintanya pada bangsa Indonesia? atau pada Rosanne? atau ada wanita lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Merindu

Lebih dari dua minggu Rosanne tidak berkunjung ke rumah Hanafi untuk mengajar. Hampir setiap hari pula anak-anak menanyakan keberadaan guru cantik mereka, tetapi Hanafi tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan pada mereka.

Hanafi pun bertanya-tanya mengenai keberadaan Rosanne yang selama lebih dari dua minggu tidak memberikan kabar apapun. Ada yang hampa di sudut ruang hatinya karena tidak melihat sosok perempuan muda cantik dan enerjik yang sering mengganggu dirinya. Ada perasaan aneh yang kembali menyeruak ke dalam tiap sudut hatinya.

Hingga suatu pagi, ia melihat pelayan Rosanne yang tempo hari ikut mendampingi Rosanne.

“Hei, kamu pelayan Nona Rosanne, kan?”

Perempuan yang dimaksud oleh Hanafi pun mengangguk.

“Kemana Nonamu? Sudah lebih dari dua minggu ia tidak mengajar.”

“Nona Rosanne sedang sakit, Tuan. Sudah dua minggu ia terbaring di tempat tidur. Satu hari setelah Nona pulang dari rumah Tuan, tubuhnya demam tinggi.”

“Sakit apa?” tanya Hanafi khawatir. Ia terkejut dan dilanda perasaan khawatir yang menerpa. Ia tidak tahu alasan ia begitu khawatir setelah mendengar keadaan Rosanne yang sakit.

“Tuan Edward bilang sakit malaria.”

“Malaria?”

“Iya, Tuan. Satu minggu Nona terbaring lemah tanpa bisa berbuat apapun. Sekarang Nona Rosanne sudah mampu untuk berjalan sedikit-sedikit. Nona juga tidak makan selama satu minggu. Hanya minum susu saja.”

Hanafi semakin khawatir mendengar keadaan dan penyakit yang diderita Rosanne. Ia sangat paham bahwa malaria adalah penyakit yang mematikan. Sudah banyak korban yang meninggal akibat penyakit malaria. Berdasarkan kabar yang ia dengar, wabah malaria tidak hanya menyerang para pribumi tapi juga para noni dan mener Belanda.

“Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Hanafi. Saking khawatirnya, ia tidak menyadari bahwa ini kedua kalinya ia menanyakan kabar Rosanne.

“Kan sudah saya katakan tadi, Tuan. Nona Rosanne sekarang sudah bisa bangun dan berjalan walau baru sedikit saja. Keadaan tubuhnya masih lemah.”

“Oh, tadi saya tidak mendengarnya.”

“Nona Rosanne juga sudah mampu berdebat dengan Tuan Edward.”

Kemudian pelayan Rosanne menengok ke kanan dan ke kiri. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu kepada Hanafi dan tidak ingin orang lain mendengarnya.

“Tuan…” bisik pelayan itu.

“Ada apa?”

“Apa Tuan tahu masalah yang diperdebatkan oleh Tuan Edward dan Nona Rosanne?”

“Saya tidak berada di dekat mereka. Mana mungkin saya mengetahuinya.”

“Tuan ingin tahu tidak?”

“Jangan bertele-tele! Kalau kamu ingin memberitahu saya, cepat katakan!”

“Tuan Edward bersikeras kalau Nona Rosanne mendapatkan penyakit malaria karena nona sering berkunjung ke rumah Anda. Tuan Edward beranggapan bahwa rumah Tuan kotor sehingga banyak nyamuk.”

“Apa? Seenaknya sekali dia menuduh rumah saya kotor. Saya membersihkan rumah setiap hari.” Hanafi tidak terima rumahnya dituduh menjadi sumber penyakit yang diderita Rosanne.

“Itulah sebabnya, Tuan Edward akan menyuruh orang-orangnya untuk memeriksa lingkungan rumah Tuan esok hari,” bisik pelayan Rosanne.

“Seenaknya sekali ia menuduh orang sembarangan,” gerutu Hanafi.

Segera setelah bertemu dengan pelayan Rosanne di pasar, Hanafi langsung pulang dan mendapati murid-muridnya sudah berkumpul di teras rumah.

“Pak Ustadz, apakah Nona Rosanne tidak akan mengajar kami lagi?” tanya salah seorang murid perempuan.

“Nona Rosanne sedang sakit. Sudah dua minggu dia sakit dan terbaring lemah.”

“Sakit apa, Pak Ustadz?”

“Sakit malaria.”

“Sakit malaria?” Murid-murid terkejut mendengar kabar tentang penyakit Rosanne. Mereka mengkhawatirkan keselamatan Rosanne karena beberapa dari mereka mengetahui ganasnya penyakit malaria. Orangtua dari beberapa murid meninggal akibat wabah malaria.

Obat untuk penyakit malaria sangat mahal sehingga pribumi biasa seperti mereka tidak memiliki biaya untuk mendapatkan obat. Keterbatasan rumah sakit dan obat membuat wabah malaria semakin meluas.

Beruntung Rosanne bukan berasal dari kalangan pribumi biasa sehingga ia bisa mendapatkan penanganan yang tepat atas penyakitnya.

“Apa penyebab sakit malaria, Pak Ustadz?” tanya salah seorang murid.

“Penyakit malaria disebabkan karena gigitan nyamuk yang banyak hidup di tempat yang kotor,” jelas Hanafi.

“Tapi rumah Pak Ustadz kan bersih. Apakah mungkin Nona Rosanne terkena penyakitnya di rumah Pas Ustadz?”

“Saya juga tidak tahu,” ungkap Hanafi lirih. Pikirannya masih melayang-layang memikirkan Rosanne.

“Kita bersihkan saja rumah Pak Ustadz bersama-sama!” ajak salah satu murid yang sudah cukup besar. Tak disangka semua anak-anak menyetujuinya. Tanpa dikomando, mereka segera membersihkan kebun depan dan belakang rumah Hanafi. Mereka mengambil sapu dan mulai membersihkan daun-daun kering yang berserakan.

Hanafi bukannya tidak pernah membersihkan rumah dan kebunnya. Hampir tiap hari, ia menyapu daun-daun kering lalu membakarnya. Setiap pagi dan sore, Hanafi membersihkan kendang ternak-ternaknya sehingga tidak tercium bau yang menyengat akibat kotoran hewan ternak.

Sepertinya Hanafi menyalahkan dirinya atas penyakit yang diderita oleh Rosanne. Ia khawatir Rosanne memang tergigit nyamuk di rumahnya. Hanafi menatap anak-anak yang sibuk membersihkan rumah dan pekarangannya. Ia sendiri tidak melakukan apapun karena masih terbebani pikiran jika ia lah penyebab sakitnya Rosanne.

“Pak Ustadz tidak ikut bersih-bersih?” tegur salah seorang murid.

“Oh? Eh… iya…”

Hanafi segera masuk ke dalam rumah dan membersihkan semua barang yang ada di rumah. Ia menyapu semua lantai rumahnya, kemudian mengepelnya, tidak hanya menyapu dan mengepel satu kali tapi beberapa kali. Sekarang adalah kali keempat Hanafi menyapu dan mengepel lantai rumahnya yang sudah terlihat mengkilat saking seringnya disapu dan dipel.

Hampir dua jam Hanafi bersama anak-anak membersihkan rumah dan pekarangan. Anak-anak telah selesai membersihkan teras dan pekerangan rumah, sedangkan Hanafi menghabiskan dua jam itu hanya untuk menyapu dan mengepel di dalam rumah. Hanafi sendiri masih belum percaya jika ia sanggup melakukan hal yang menggelikan seperti itu demi seorang perempuan.

Hari itu, murid-muridnya tidak belajar karena terlalu kelelahan akibat membersihkan rumah Hanafi. Setelah semua murid-muridnya pulang, Hanafi bergegas menuju pekarangan belakang. Ia melihat kandang ternak yang sebenarnya masih belum terlalu kotor, tetapi ia beranggapan kandangnya sudah begitu kotor.

Ia buka kausnya dan langsung bekerja membersihkan kandang. Peluh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya yang bertelanjang dada. Suara perut yang keroncongan tidak ia pedulikan. Hingga akhirnya ia selesai membuat kandang ternak-ternaknya mengkilap, perutnya sudah tidak bisa ia kendalikan lagi. Ia sangat lapar.

***********

to be continued...

1
Nurgusnawati Nunung
Hanafi mulai berubah, jd luluh
Nurgusnawati Nunung
Hanafi orang yang tegas..
Nurgusnawati Nunung
hadir...
Anna Kusbandiana
lanjut ya, thor...👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!