NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Untuk Gendis

Cinta Terakhir Untuk Gendis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Angst
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: 9irlpower

Sekuel ketiga, dari kisah cinta Gendis yang tragis, dan menyedihkan.

Setelah serentetan kejadian yang menimpa Gendis. Gendis pun sudah berusaha lagi untuk bangkit, dengan bantuan para power rangersnya dan teman-temannya yang lain.

Kali ini, Gendis dipertemukan dengan seorang wanita baik yang mau memberikan cintanya ke Gendis. Wanita itu berniat menjodohkan Gendis dengan putra bungsungnya.

Siapakah dia? yang akan menjadi tambatan hati Gendis. Dan apakah kali ini Gendis bisa mengakhiri serentetan kisah tragisnya? dan berakhir dengan dia—, yang nggak pernah Gendis sangka-sangka, akan ada di dalam kisah percintaannya yang terakhir.

Dan semua kisah pun akan terkuak di seri terakhirnya Gendis, dengan kemunculan orang-orang lama yang pernah ada di kesehariannya Gendis.

Yuk ... kembali ramaikan kisahnya Gendis.

Yang kepo sama kisah sebelumnya, baca dulu yuk [Cinta Pertama Gendis] dan [Mencob Jatuh Cinta Lagi] Karya 9irlpower.

Selamat Membaca 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 9irlpower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Season 3 [Wejangan]

Gendis pun fokus menunggu apa yang mau Katte sampaikan, dan begitu juga sama Permata yang menantikan perkataan yang mau adik iparnya itu ucapkan.

"Itu salah satu contohnya kamu dipilih sama Mami Ndis, walaupun Mami sekarang nggak lihat kamu memperlakukan kak Permata, sampai membantu kak Permata merajang bumbu dan tadi kamu sampai ambilkan wadah. Dan dari situlah Mami bisa menilai, kalau kamu adalah wanita yang tepat untuk dijodohkan sama Daniel."

Penuturan panjang dari Katte, membuat Permata juga ikutan menimpali. "Oh iya, aku jadi inget kejadian waktu itu."

"Waktu kamu temenin Bulan di tempat les nya, Bulan cerita ke aku dan Omanya sampai antusias banget, dia kepingin punya kakak seperti kamu."

"Kamu sudah menebar kebaikan Ndis, kakak berharap kamu bisa jadi bagian dari keluarga kami." sambung Permata lagi.

"Iya, aku juga. Dulu, waktu aku dijodohkan sama Danish. Awalnya aku menolak, karena memang belum bertemu satu sama lain. Danish sih memang dari awal nggak bisa menolak, karena sudah diputuskan dari awal, kalau urusan jodoh Maminya yang mengurus."

"Nah, sekarang kamu bisa lihat hasilnya sama aku dan kak Permata." sambung Katte lagi.

Yang kemudian ditimpali sama Permata, "Apa yang membuat kamu menolak Ndis? selain kendala ancaman itu?"

Dengan jujur Gendis sampaikan, kalau dia kaget dijodohkan dengan keluarga kaya raya. Yang benar-benar nggak melihat dia dari latar belakangnya, dan langsung meminta izin untuk dinikahkan.

"Banyak loh Ndis, yang kepingin jadi Cinderella seperti kamu. Coba kamu ambil sisi positifnya. Kamu diharapkan sama Mami, bisa membahagiakan anaknya kelak. Dan kamu juga dipastikan nggak akan kekurangan kebahagiaan, karena selama ini kak Permata dan Katte selalu disayang sama suami kita, disayang juga sama kedua mertua kami."

Penuturan Permata, lalu ditimpali lagi sama Katte karena Gendis udah melepaskan pekerjaanya tadi, yang sekarang diambil alih sama Permata.

"Awal-awal perjodohan, memang terasa canggung karena benih-benih cinta belum terasa. Tapi setelahnya, bukan hanya cinta yang kamu dapatkan Ndis. Kamu juga dipastikan aman, karena Mami punya semuanya yang belum saatnya kamu tau."

"Maaf, non Katte. Den Danish sudah pulang." sela seorang asisten, untungnya Katte juga sudah selesai memberikan nasihat, dan juga sarannya ke Gendis.

"Yah ... padahal aku mau denger jawaban kamu. Yaudah deh, aku temuin suami aku ya. Nanti kapan-kapan, kita ngobrol lagi."

"Aku berharap, kamu menerima perjodohan dari Mami. Dan kalau kamu mau curhat, atau butuh nasihat. Kamu bisa telfon aku," ucap Katte sambil meminta Gendis memberikan ponselnya, sebelum Katte pergi.

Keduanya bertukar nomor telfon, lalu Katte pun pergi karena dicari sama suaminya yang baru pulang bekerja, apalagi Katte juga baru pulang syuting di luar kota.

"Ya sudah, nanti kamu capek dengerin ocehan kita berdua. Sebaikanya kamu pulang dan istirahat, terus renungi apa yang kita berdua tadi sampaikan."

"Kakak juga sama sepeti Katte, bahkan David dan juga Bulan berharap, kalau kamu bisa jadi bagian dari keluarga kita." sambil Permata mengusap kepala Gendis, dengan mata yang menunjukkan kalau Permata begitu tulusnya, berharap Gendis nggak menolak lagi permintaan bu Denayu.

Selama ini, ketakutan Gendis karena nggak diterima sama keluarga Daniel yang terbilang dari keluarga kaya raya. Yang punya citra baik, apalagi setiap orang yang memiliki usaha. Nggak mau berhadapan dengan penilaian orang, yang dampaknya akan berpengaruh dengan bisnis mereka.

Contohnya aja sama Mamanya Rezy, yang tegas dan nggak mau anak atau karyawannya berperilaku buruk, karena akan berimbas pada bisnisnya.

Sekarang Gendis dihadapkan lagi dengan orang-orang kaya, namun kali ini cukup berbeda.

Mamanya Daniel nggak sama sekali memandang Gendis sebelah mata, karena memang tau Gendis anak baik. Gendis malah ditawarkan banyak hadiah, sampai akhirnya Gendis diberikan sebuah hadiah besar berupa cinta.

Selama ini cinta Gendis selalu kandas, dari kisah percintaannya dengan Doni. Rezy, dan terakkhir dengan Teddy. Meskipun sama Teddy, nggak ada keputusan berpacaran. Tapi perpisahan di antara mereka, sama rasanya seperti saat Gendis kehilangan dua sosok lelaki yang menawarkannya cinta dan effort yang nggak main-main.

Apakah ini, jawaban dari doa-doannya? begitulah batin Gendis, yang sambil mencerna percakapannya dengan kakak-kakak ipar Daniel, yang keduanya sama-sama mengharapkan Gendis bisa menjadi bagian dari keluarganya.

...****************...

Sementara itu dengan Daniel. Ternyata sejak tadi Daniel menguping percakapan antara Gendis, dengan kedua kakak iparnya. Dan begitu Katte dicari suaminya, Daniel langsung kembali ke kamarnya.

Seperti yang udah dibicarakan dengan Maminya tadi, kalau Daniel diam-diam mendukung apa yang Maminya lakukan. Dan di satu sisi, Daniel juga sedang mengupayakan supaya bisa mendekati Gendis.

"Tadi kenapa nggak gue tanya aja ya, siapa temennya Gendis yang sekolah di 88? Siapa tau gue kenal sama orangnya, dan sekalian aja gue ajakin kerja sama." gumam Daniel, sambil merebahkan tubuhnya di kasur.

Sementara itu dengan Gendis, yang baru ke luar dari dapur kediaman Rama.

"Lo sibuk nggak Wid? gue mau ke rumah lo." tanya Gendis memastikan, sambil berjalan dan didampingi sama asisten rumah tangga di kediaman bu Denayu.

"Nggak, ke sini aja. Nanti gue panggilin yang lainnya, buat dengerin curhatan lo." sahut Widi, sudah hafal dan memang menunggu Gendis cerita kelanjutan pertemuannya dengan bu Denayu.

Setelah dapet jawaban dari Widi, Gendis diantar ke parkiran mobil keluarga Rama. Lalu Gendis meminta diantar ke rumah lamanya, untuk bertemu dengan teman-teman power rangers nya.

Tiba di tempat tujuan, Gendis nggak menyangka kalau ketiga power rangers nya udah menantikan kedatangan Gendis.

"Ngapain pada di sini?"

"Ya nungguin lo, lah." sahut Ade, sambil menyuntrung dahi Gendis.

"Kita khawatir Ndis, perasaan gue nggak enak aja bawaannya." timpal Widi.

"Iya, gara-gara lo ngomong gitu. Gue juga jadi takut beneran, dan nyaranin mereka berdua buat jemput lo di sini. Takutnya lo kenapa-kenapa, setelah ngobrol sama calon mertua lo itu." timpal Bejo, sampai nyerocos dan meluapkan kepanikannya.

"Yaudah, kita langsung ke rumah gue aja. Gue nggak bisa ninggalin si Yugo. Dia ditinggal bentaran aja udah ngayab, makanya harus dijagain." cicit Widi, sebelum teman-temannya mengajukan pertanyaan dan menagih Gendis untuk cerita.

Begitu sampai di rumah Widi, Gendis ditemani sama Ade dan Bejo. Karena Widi lagi nyiapin minuman, dan juga cemilan untuk Gendis dan teman-temannya yang lain.

Keduanya diwanti-wanti sama Widi, nggak boleh nanya-nanya sebelum Widi muncul.

Dan setelah Widi selesai sama kesibukannya, Gendis pun mulai menjelaskan obrolan dengan bu Denayu tadi.

"Gila! Nekat banget, sampai mau nyari Bram. Padahal, polsi aja gak bisa nyari keberadaannya Bram, sampai sekarang." Ade nyeletuk, sambil geleng-geleng kepala setelah tau kalau bu Denayu senekat itu.

"Kalau menurut gue nih, ya. Ibu itu bakal melakukan apapun, apalagi kan ibu itu punya penyakit. Dan beliau juga udah minta Gendis, jadi calon menantunya. Beliau juga punya kekayaan, pasti bakalan dimanfaatkan sama ibu itu buat bikin Gendis luluh." timpal Bejo, mengomentari dengan antusiasnya.

"Sebenernya, lo udah kalah Ndis, mendingan sih terima aja tawaran ibu itu."

"Kan lo juga nggak langsung dinikahin besok juga kan?" imbuh Widi lagi.

Gendis hanya menghela napasnya, mendengarkan saran dari sahabatnya itu.

"Gue jadi penasaran, kayak apa sih calon tunangan lo itu. Sampai lo ogah banget, nerimanya cuma karena pertemuan pertama kalian yang nggak ngenakin." timpal Ade, yang malah penasaran.

"Pertemuan pertama kan, emang gitu Ndis. Siapa tau, aslinya nggak gitu cuman karena kalian baru kenal." imbuh Bejo, menasihati Gendis yang jadi sepemikiran sama Ade, kalau penolakan terbesarnya Gendis, selain kendala Bram. Ya karena pertemuan pertamanya dengan Daniel, yang Gendis nilai kalau Daniel cowok yang sombong.

Gendis pun menjawabi ocehan teman-temannya, terutama ocehannya Ade yang penasaran sama calon tunangannya.

"Gue juga baru tau tadi, kalau dia satu sekolah sama lo di 88. Tapi gue nggak tau, dia di kelas mana. Dan yang gue tau, cuma emblem kelas 2 aja."

Ade, Bejo dan juga Widi langsung antusias setelah Gendis menjelaskan, lalu Ade langsung mengajukan pertanyaan.

"Siapa namanya? Besok gue cari deh tu anak, biar gue ajak ngobrol."

"Ekh ... Mendingan jangan lo ajak ngobrol De. Mulut lo itukan, nggak bisa jaga rahasia. Lo cukup tau aja, siapa orangnya dan kabarin ke kita-kita biar jadi bahan pertimbangan juga. Gimana kesehariannya di sekolah, dan pergaulannya." timpal Bejo, sekaligus mengingatkan kebiasaannya Ade yang susah jaga rahasia.

"Kan gue udah pernah cerita namanya, masa lo nggak kebayang siapa orangnya sih?" celetuk Gendis, sambil merogoh tasnya dan mencari handphonenya.

Di handphone itu, Gendis mencari siapa nama panjang Daniel yang udah dia simpan di phone book. Yang sebelum Gendis diprotes Ade, Gendis udah siap-siap buat kasih jawaban.

"Nama Daniel itu banyak Gendis! Sama pasarannya kayak nama depan gue." imbuh Ade, dan bener dugaannya Gendis tadi kalau Ade bakalan protes.

Bejo sama Widi sampai ketawa mendengar ocehan Ade, yang sadar sebelum ditimpali sama sama ketiga sahabatnya, mendingan Ade sendiri yang me–roasting dirinya.

"Nih, namanya! Baca sendiri aja tuh," ucap Gendis sambil memberikan ponselnya ke Ade, soalnya Gendis juga males nyebut-nyebut nama Daniel yang langsung bikin dia keinget sama kesombongannya Daniel.

"What!!!" desis Ade, sampai membuat Bejo dan juga Widi reflek nutup kuping mereka, karena tepat ada di samping Ade.

"Ini sih gue kenal Ndis!" timpal Ade lagi, yang kemudian direspon antusias sama Gendis, dan juga kedua sahabatnya yang lain.

🔜 Next Part 🔜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!