My Wife My Enemy

Tak butuh waktu lama untuk Bintang melajukan motornya sampai di kampus universitas Adi jaya.

Dia melajukan motornya ke arah parkiran khusus pemotor.

Sebenarnya Kinan meminta Bintang untuk menurunkannya di sebelum gerbang, agar tidak banyak orang yang melihat dirinya berangkat bersama seorang most wanted kampus.

Namun Bintang yang keras kepala, menolak permintaan itu dan tetap menurunkan Kinan saat mereka berdua telah sampai diparkiran.

Kinan menuruni motor Bintang dengan berpegangan pada punggungnya.

"Awas... Hati-hati." Bintang menoleh ke belakang.

Tanpa di perintah, Bintang membukakan pengait helm milik Kinan membuat semakin banyak saja yang menatap kagum kepada Bintang dan merasa iri kepada Kinan.

"Ngeyel sih dibilangin, jadi pada liatin kita kan." ucap Kinan namun Bintang hanya mengendikkan bahunya acuh.

"Udah biasa jadi pusat perhatian."

"Ntar ada yang ngadu ke pacar lo, dan nanti kalau lo berantem sama dia, gue gak ikut-ikutan ya !"

"Oke, bisa gue handle sendiri. Gak usah khawatir." ucap Bintang sembari mengacak pelan poni Kinan.

Kinan pun sontak menghindar.

"Bisa gak sih gak usah pegang-pegang gue !"

Bintang hanya terkekeh mendengar ucapan kesal Kinan.

"Nanti pulangnya bareng gue ya Kin. Gue anterin lo sampek rumah." ucap Bintang kemudian meninggalkan Kinan yang masih termangu mendengar kata-kata nya.

"Tuh anak emang sukanya cari ribut mulu sama pacarnya. Udah jelas-jelas punya Eva, masih aja sok sok an anter jemput gue !"

Kinan memandang tubuh Bintang yang semakin hilang di balik koridor arah kantin.

"Hhhh... What ever lah !" Gumam Kinan, kemudian meletakkan helm yang dia bawa ke motor Bintang dan berlalu menuju ke gedung fakultasnya.

Sedangkan Bintang yang hendak menuju ruang dosen untuk menyerahkan tugas, tidak sengaja melihat Eva yang sedang ada dikantin bersama Della.

"Sayang !" panggil Bintang membuat Eva menoleh ke arahnya sambil tersenyum.

"Sarapan Del !" sapa nya juga kepada Della.

"Iya nih, tapi kebetulan udah habis. Hmm, Va gue ke kelas duluan ya..." ucap Della yang seolah memberi ruang kepada sepasang kekasih ini untuk mengobrol bersama.

"Oh iya iya... Nanti gue nyusul." sahut Eva sambil tersenyum.

Kini Eva beralih menatap sang kekasih.

"Baru sampek yang." ucap Eva lembut.

"Iya, tadi kamu dianterin papa kamu?" tanya Bintang balik bertanya. Dia menyuapkan kuah soto milik Eva.

"Iya kan, kayak biasa." Eva menopang dagu sambil tersenyum menatap Bintang yang memakan soto miliknya.

"Tumben kamu sarapan di kantin, biasanya juga sarapan ala-ala roti sama susu yang." canda Bintang membuat Eva terkekeh.

"Sekali kali lah...Tadi aku diajak sama Della."

Bintang menyuapi Eva yang sedari tadi menatap dirinya yang makan. Dan Eva menerima suapan itu dengan senang.

"Maaf ya... Aku jadi merampas soto punya kamu."

"Gak lah, justru aku seneng bisa makan semangkuk berdua sama kamu." sahut Eva membuat Bintang mencolek pucuk hidungnya dengan gemas.

"Eh, udah bayar belum, biar aku bayarin?" tanya Bintang dan Eva pun menggeleng sebagai jawaban.

Bintang beranjak menghampiri si penjual dan membayar pesanan soto dan teh anget milik Eva.

"Yuk, aku anter ke kelas kamu." ajak Bintang sembari meraih tangan Eva.

Mereka pun berjalan menuju ke gedung fakultas kedokteran.

"Eh, kemarin pas aku gak jadi pergi sama kamu, terus kamu nonton film nya sama siapa?" tanya Eva membuat Bintang menghentikan langkahnya.

"A-aku sama Darren. Iya sama Darren." Jawab Bintang cepat.

"Loh tapi pas malem itu, kamu bilang Darren sama Edo nonton balapan?"

"Ah itu, kita nonton dulu. Baru habis itu susul Edo ke tempat balapan." jawab Bintang diakhiri senyumannya.

Eva mengernyitkan dahinya.

"Kamu lagi gak bohong kan?" tanya Eva penuh selidik.

"Gak lah, mana ada."

"Kamu masih inget pesen aku kan... Aku paling gak suka kamu deket-deket sama cewek lain, terutama anak se fakultas kamu yang sok cantik itu."

"Sefakultas aku yang sok cantik? Siapa?" tanya Bintang benar-benar tidak tahu.

"Kinan lah. Siapa lagi emang !" ucap Eva dengan pelan tapi penuh penekanan.

Bintang pun menghela nafas. "Iya, aku usaha in."

"Soalnya aku sama Kinan itu ada di satu organisasi dan satu fakultas yang sama, jadi aku harap kamu juga coba pahami kalaupun aku misal berinteraksi dengan Kinan atau cewek siapa pun itu, kamu jangan cemburu, ya...?!

"Yang penting sewajarnya aja, gak usah yang sampek antar jemput ke kampus gitu gitu deh." ucap Eva yang sontak membuat Bintang tertawa lebar.

"ih kok kamu malah ketawa sih !" bisik Eva sedikit malu karena mereka menjadi pusat perhatian beberapa mahasiswa.

"Kalau kamu lihat aku sama Kinan naik motor bareng, itu karena aku cuma lagi ada perlu aja sama dia, gak ada sangkut pautnya sama hubungan kita." Bintang menjeda kalimatnya.

"Jadi Kalau kamu percaya sama aku, kamu bisa pegang kata-kataku. Tapi kalau kamu gak percaya, aku bisa lamar kamu sekarang ke papa kamu biar kamu percaya." sambung Bintang diakhiri kekehannya.

"Kamu mah becanda mulu jawabnya." gerutu Eva.

"Lah aku juga serius, kamu kira aku becanda, hmm !" Bintang mengelus pelan pucuk kepala Eva.

Eva memalingkan mukanya kesal. Kata-kata dari teman-temannya yang melihat interaksi mesra antara Bintang dan Kinan masih terngiang ngiang di kepalanya.

"Dah sampai. Kamu yang semangat belajar nya." ucap Bintang sambil menatap Eva.

Eva menatap lekat wajah Bintang membuat satu ide terbersit di otak nya.

"Kalau aku minta kamu antar jemput aku tiap hari, kamu mau gak?" ucap Eva, berharap dengan Bintang yang mengantar jemput dirinya setiap hari, Bintang jadi tidak punya kesempatan untuk pulang bersama Kinan.

"Hah, antar jemput? Ya boleh lah... Dengan senang hati." bisik Bintang membuat Eva pun tersipu.

Dia tidak menyangka Bintang akan langsung meng acc permintaannya, Eva jadi semakin yakin kalau Bintang memang hanya mencintainya.

"Ya udah kalau gitu aku masuk dulu. Kamu juga semangat ya belajarnya." ucap Eva dengan tangannya yang merapikan kembali kaos dan outer kemeja yang sedang Bintang pakai.

Bintang pun tersenyum sembari menunduk menatap Eva.

"Weh Bin... Pagi-pagi udah mesra-mesra an aja." sapa salah satu teman Eva yang hendak memasuki kelas.

"Yoi." jawab Bintang sambil tersenyum manis.

"Dah... " Ucap Eva.

"Aku masuk dulu, nanti kalau kamu udah selesai kelas, kamu tungguin aja di sini, ntar aku samperin kamu." pesan Bintang yang diangguki Eva.

Eva pun melambaikan tangannya sambil tersenyum dan berlalu memasuki kelas.

Bintang menatap Eva sejenak lewat jendela, dan setelah itu dia juga berlalu ke kelasnya karena dia juga ada jadwal mata kuliah pagi.

Bintang sama sekali tidak mempermasalahkan Eva yang seolah cemburu dengan kedekatannya dengan Kinan.

Dia merasa dirinya dan Kinan hanya sebatas bercanda sebagai seorang teman saja, tidak ada perasaan lebih. Walaupun Bintang juga tidak memungkiri, di dekat Kinan dia juga merasa nyaman.

Nyaman dengan omelannya, tingkahnya yang membuat kesal, dan selalu ada perdebatan absurd yang membuat Bintang kangen akan perdebatan itu jika sehari tidak melakukannya bersama Kinan.

Bintang menghalau pikiran itu, dan segera berlalu menuju gedung fakultas management.