Pernikahan adalah sebuah impian bagi semua orang, termasuk Zahra. Namun, pernikahan yang bahagia kini rusak akibat kehadiran orang ketiga. Evan selaku suami, mulai membandingkan Zahra dengan gadis lain.
Suatu hari dia memutuskan untuk menjalin hubungan hingga tidak memperdulikan hati Zahra. Akankah pernikahan mereka mampu diselamatkan? Ataukah Zahra harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12 Pindah rumah
Satu Minggu kemudian, Evan dan Zahra berpamitan untuk pindah ke rumah milik Evan. Tentu saja sang Mama sangat sedih karena dia harus berpisah dengan putri sulungnya, yang selalu menjaga dan menemaninya.
"Ma, sudahlah. Mama tidak perlu bersedih. Tempat tinggal kita tidak terlalu jauh, jadi Mama bisa menghubungi Zahra dan Zahra akan datang untuk menemui Mama." Zahra memeluk tubuh Jessica. Dia menghapus air mata mamanya dan mencoba menghibur.
Disisi lain, Anna memasang wajah masam karena dia akan sulit untuk menggoda Evan.
'Baiklah, rencana pertama. Aku harus mengambil hati Mama terlebih dahulu, lalu setelah itu, aku akan mencoba mendekati Mas Evan. Lihat saja, Zahra. Kau akan merasakan apa yang aku rasakan selama ini.' batin Anna memiliki ide jahat.
"Kakak, aku harap kau baik-baik saja di manapun dirimu berada." Anna memeluk Zahra. "Pergilah sejauh mungkin, kakakku yang baik. Aku akan tetap menganggu kehidupanmu dan Mas Evan." ucapnya berbisik di telinga Zahra.
Zahra tercengang, dia menelan ludah dan menetralkan detak jantungnya karena kekesalan yang memuncak.
"Berusahalah, Anna. Kita lihat apa yang akan terjadi berikutnya. Aku yakin jika Tuhan pasti memihak pada yang benar."
Anna tersenyum remeh. Pelukan pun terurai, gadis itu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Evan.
"Semoga kalian berdua bisa hidup tenang dirumah baru nanti, Mas. Maaf jika selama kau tinggal disini, aku pernah merepotkanmu dan berbuat salah."
Evan membalas jabatan tangan itu. "Kau tidak pernah memiliki salah, Anna. Tolong jaga Mama, jangan biarkan mama merasa kesepian."
Anna mengangguk. Dia dan sang Mama melambaikan tangan ketika Zahra memasuki mobil. Kendaraan roda empat itu pun melaju pergi.
"Ma, pasti rumah ini akan terasa sangat sepi tanpa kak Zahra."
"Awalnya mama juga berpikir seperti itu, tapi sekarang ada kau, Nak. Mama tidak akan kesepian karena dirimu menemani Mama."
"Tapi, Ma. Ada hal yang Anna inginkan."
"Katakan, Nak? Mama pasti akan berusaha memberikannya untukmu."
"Anna ingin bekerja."
"Kau ingin bekerja? Bagaimana jika kau bekerja di kantor kakakmu,"
"Tidak, Ma! Anna akan bekerja di kantor Mas Evan saja. Boleh tidak? Jika di kantor kakak, maka Anna pasti akan manja dan susah untuk Mandiri."
"Baiklah, Mama akan bicara pada kakakmu nanti. Ayo, kita masuk." Jessica yang memang tidak tahu tujuan Anna hanya mampu mengiyakan permintaan Anna. Sementara Anna, gadis itu bersorak riang karena jika dirinya bekerja di kantor Evan, maka dia bisa setiap hari bertemu dengan Evan.
'Mama telah masuk ke dalam perangkapku.' batin Anna bahagia.
****
Di rumah Evan, Zahra membereskan barang-barangnya. Dia menyusun pakaian di dalam lemari.
"Mas, malam ini kau ingin makan apa?" Zahra bertanya ketika Evan mendekatinya.
"Apa saja, aku akan memakan apa pun yang kau hidangkan untukku." Evan memeluk tubuh Zahra dari belakang.
"Aku akan merasa lega kita tinggal terpisah begini dari Mama. Bukan apa, hanya saja mengurangi kesalahpahaman dan pertengkaran."
"Aku tau itu, Sayang." Evan melihat Zahra yang seperti kelelahan. "Malam ini kau tidak perlu masak, aku yakin jika kau pasti lelah. Kalau begitu, bagaimana jika kita pesan gofood saja? Atau tidak, makan di luar mungkin."
"Kita pesan gofood saja, Mas. Aku sedang tidak berselera untuk makan diluar."
"Baiklah, aku akan segera memesannya."
Cup
Evan mengecup kepala Zahra dan dia mengurai pelukan, lalu pergi keluar mengambil ponselnya untuk memesan makanan.
****
Satu bulan pun berlalu dengan cepat, hari ini Anna sudah masuk kerja di kantor milik Evan. Ini adalah salah satu rencananya agar bisa mendapatkan hati Evan. Awalnya Zahra tidak setuju, tetapi Evan sang suami menenangkannya dan mengatakan pada Zahra jika Anna tidak seburuk yang Zahra pikirkan.
"Mas, firasatku tidak enak, aku mohon tolak Anna untuk bisa bekerja di kantormu. Demi kebaikan rumah tangga kita, Mas." ucap Zahra dengan sendu.
"Sayang, Mama yang secara langsung meminta agar Anna bisa bekerja di kantorku. Tidak mungkin aku menolaknya. Percayalah, dia tidak seburuk yang kau pikirkan, aku akan menjaga hatiku untukmu. Hm?" Evan mengelus rambut milik Zahra.
Penjelasan itu mau tidak mau harus Zahra terima, dia pun mencoba untuk mempercayai perkataan Evan barusan.
Di kantor, Anna berdandan secantik mungkin. Dia tersenyum saat salah satu karyawan memintanya untuk memberikan berkas kepada Evan. Di sana, Anna menjabat sebagai staff biasa dan hal itu tidak dipermasalahkan.
Tok tok tok.
"Masuk!" teriak Evan dari dalam yang masih memeriksa beberapa berkas.
"Permisi, Mas."
Evan hanya menoleh sejenak dan itu membuat Anna kesal.
"Ada apa, Anna?"
"Mas, aku ingin memberikan berkas ini. Tolong tanda tangani di bagian ini." Anna menunjuk tempat kosong di kertas itu.
Evan pun mulai membaca lalu kemudian menandatanganinya. Setelah selesai, dia memberikan berkas itu kembali kepada Anna.
"Aku permisi, ya, Mas." Anna sengaja menunduk sambil mengambil berkas itu, tentu saja buah melon nya terlihat jelas dimata Evan.
"An, tunggu!"
Anna menghentikan langkahnya dan dia tersenyum menang.
'Pasti mas Evan memanggil untuk mengatakan jika buah melonku sangat indah.' batin Anna.
Evan beranjak dari tempat duduk, dia mendekati Anna yang masih membelakanginya.
"An, boleh aku mengatakan sesuatu?"
Anna mengangguk.
"Jika boleh jujur, buah melonmu sangat indah dan besar dibandingkan dengan milik Zahra." Evan menjeda perkataannya hingga membuat Anna tersenyum senang sembari menggigit bibir bawahnya.
"Aku tau, Mas. Apa kau mau melihatnya lebih—" ucapan Anna terpotong karena Evan langsung berbicara.
"Dan sebaiknya, mulai besok kau harus berpakaian lebih sopan. Di kantor ini bukan hanya ada aku saja, An. Masih banyak pria lain yang pastinya akan menikmati dan menyukai gaya berpakaianmu saat ini. Tapi tidak dengan aku, aku sama sekali tidak menyukainya karena biar bagaimanapun kau itu adalah adik iparku. Aku harus menjagamu."
Senyum Anna pun surut, dia menggertakkan giginya karena tidak suka dengan perkataan Evan barusan. Dia pikir, pria itu akan memuji dirinya atau bahkan meminta lebih.
"Baik, Mas. Aku akan mengubah gaya berpakaianku. Permisi!" Anna dengan cepat keluar dari ruangan itu membuat Evan menggelengkan kepalanya.
"Siapa saja bisa berbuat lebih jika melihat hal indah seperti tadi." Evan tersenyum tipis lalu dia kembali ke kursinya.
Siang hari.
Zahra datang ke kantor milik Evan sambil membawa makan siang. Dia ingin makan bersama dengan suaminya. Gadis cantik itu mulai masuk ke dalam ruangan Evan, dia tersenyum manis ketika melihat suaminya yang sedang berkutat dengan beberapa dokumen.
"Sayang!" panggil Zahra pelan dan berjalan menghampiri meja suaminya.
"Hei, Sayang. Kau berkunjung ke kantorku?"
"Hm, aku membawakan makan siang untukmu. Tidak-tidak, bukan hanya untukmu saja tapi untuk kita berdua karena aku ingin makan siang bersama denganmu."
"Baiklah, sekarang kau duduk dulu. Aku ingin menyelesaikan pekerjaanku sebentar."
Zahra mematuhi perintah suaminya, dia duduk di sofa dan menatap Evan yang sedang serius melakukan tugasnya. Gadis itu tersenyum manis, dia bersyukur memiliki suami seperti Evan yang tidak hanya tampan tapi juga mapan.
Bersambung